Apa sebenarnya yang ada di balik pintu ini?
"Raja Malaikat" Mekhantron yang berdiri di ujung lain lorong bawah tanah keabadian juga bertanya pada dirinya sendiri - Misteri keabadian yang telah dicoba diraba oleh jutaan petarung kuat selama generasi, sebenarnya apa gerangan ini?
Rudolf II yang sekarang sudah menjadi "Mekhantron" tidak memperhatikan bentuknya saat ini, dengan kebiasaan memicingkan mata sambil menahan kewibawaannya. Dalam hati ia bergumam, "Setelah mengetahui rahasia keabadian, aku akan mencari kesempatan untuk mengalahkan Lucien Evans dan Rhein Carneldia sekaligus. Di sini, Bulan Perak seharusnya tidak bisa turun ke dunia."
Rahasia keabadian jelas hanya boleh dimiliki satu orang!
Mengapa tidak menyerang mereka berdua sekarang? Rudolf II tidak bodoh. Ia sangat senang ada orang yang membantunya menghadapi bahaya di depan. Siapa yang tahu apa yang tersembunyi di balik "Pintu Keabadian"!
Apa sebenarnya yang ada di balik pintu itu?
Sang Penguasa Neraka yang tersembunyi secara misterius di dalam "Lorong Keabadian" mengawasi Lucien dan Rhein di depannya, juga "Raja Malaikat" di sekitarnya, diam-diam bertanya pada dirinya sendiri.
"Dunia mayat hidup" selalu tersembunyi, bahkan di era mitos, diri mereka sendiri hanya menyadari adanya dunia rahasia ini, namun tidak pernah menemukan pintu masuk, hingga "Tuhan Perak Putih" Tifitidis yang memiliki sifat mirip secara kebetulan menemukan tempat ini, namun disegel oleh para Penyihir Legendaris seperti Maskelyne, barulah mereka benar-benar terhubung dengan dunia mayat hidup. Saat itu entitas mistis dunia mayat hidup telah mendekati kebangkitan, menunjukkan jejak keabadian kepada bawahannya seperti "Raja Lich".
Dengan demikian, diri mereka pun mengetahui "ruang rahasia keabadian", memahami sebagian rahasia Gereja Kebenaran. Perencanaan ribuan tahun, kegagalan demi kegagalan, yang ditunggu adalah momen sekarang ini!
Asalkan gerbang terbuka, Misteri keabadian akan terpampang di hadapan mata mereka!
Meski terlahir sebagai makhluk mirip dewa, Penguasa Neraka percaya bahwa dirinya, Bulan Perak, dan Abyss sebenarnya baru mulai memiliki kesadaran diri pada awal Zaman Mitos. Mereka tidak mengalami proses kelahiran alam semesta maupun kemunculan kehidupan pertama, sehingga tidak memahami misteri penciptaan dunia maupun pembentukan makhluk hidup.
Lebih lanjut, firasat tingkat mirip dewa dalam dirinya menyatakan bahwa meskipun Neraka takkan binasa dan dirinya takkan runtuh, suatu hari kelak Neraka akan membusuk dan hancur bersama seluruh alam semesta. Tak ada satupun hal yang benar-benar abadi dan tak berubah. Oleh karena itu, setelah mengetahui rahasia keabadian, dirinya menjadi sangat antusias.
Mengenai entitas mistis dunia mayat hidup, Penguasa Neraka menilai bahwa kesadaran-Nya juga terbentuk dalam periode waktu yang sama. Namun setelah menciptakan banyak mayat hidup, sebelum sempat menginvasi dunia material utama dan berbagi kecemerlangan era mitos, Ia justru menemukan "Lorong Abadi" di "kampung halaman"-nya sendiri, jatuh dan binasa di dalamnya, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk kembali. Sayangnya, Ia kembali dijebak olehku dan Bulan Perak, terjerumus kembali ke dalam tidur panjang. Sungguh nasib yang tragis.
"Rahasia Keabadian hanya bisa dikuasai olehku, Penguasa Neraka Maldimor! Sekarang aku sudah memahami sebagian besar misteri konversi ini. Sebentar lagi, wujud asli-Ku akan turun langsung ke dunia. Sebelum Bulan Perak menyadari, Rhein Carneldia, Lucien Evans, dan Mekhantron akan Kuhapuskan seketika!"
Dengan mengorbankan tubuh Geno ini, Penguasa Neraka yakin bisa mewujudkan diri sejatinya di luar dunia material utama!
Apa sebenarnya yang ada di balik pintu itu?
Lucien dan Rhine terus-menerus dipenuhi pertanyaan ini, merasa jiwa mereka hampir tercekik. Mengapa Tanos, Viken, dan monster itu tak bisa menyembunyikan kekecewaan? Apakah yang mereka lihat akan berbeda?
Dengan sekuat tenaga, Pintu Batu kecil berdebu itu seolah memiliki bobot seluruh istana. Lucien hampir kehabisan napas sebelum berhasil membuka celah tipis.
Begitu celah muncul, Pintu Batu tiba-tiba kehilangan beratnya dan terbuka lebar ke belakang. Tayangan di dalam Ruang Rahasia Keabadian terpampang di depan mata Lucien dan yang lain!
Di dalam Ruang Rahasia Keabadian tak ada dinding, ubin, atau materi apa pun. Di balik pintu batu kecil terbentang langit berbintang yang maha luas, memancarkan kesan transenden dan mengungguli segalanya.
Kedalaman hitam langit dipenuhi kilatan cahaya bintang-bintang yang membentuk sistem galaksi demi sistem galaksi. Gemerlap namun dingin, luas nan tak bertepi.
Lucien awalnya terkejut, tangan kanannya secara tidak sadar meraih ke depan, melintasi gambar langit berbintang tanpa hambatan. Ia terlihat ada di sini, namun sebenarnya tidak di sini, tak bisa disentuh, tak bisa didekati, sama seperti Tungku Jiwa dan makhluk mirip dewa.
Namun, seolah ada harmoni tanpa alasan yang terasa antara dirinya dengan dunia ini.
Galaksi dalam langit berbintang berubah seperti film, dari jauh mendekat, perlahan membesar, hingga sebuah bintang yang familiar muncul dalam pandangan Lucien. Yang lebih dikenalnya adalah planet biru muda itu!
"Ini..." Pupil Lucien menyempit dengan cepat, rasa familiar yang aneh tiba-tiba bergemuruh dalam dirinya.
Ini Bumi?
Ini Bumi!
Ini alam semesta sebelum aku melintas ke dunia ini!
"Inikah rahasia keabadian?" Lucien berseru tanpa sadar, dengan rasa terkejut dan kebingungan yang kuat.
"Inikah rahasia keabadian?" Suara Rhine penuh keheranan, kekecewaan, dan ketidaktahuan. Di belakangnya tiba-tiba muncul bulan perak yang perlahan terbit, sementara aura bulan perak di tangan kiri Lucien yang menyelimuti aura kematian melompat keluar, menerima pancaran cahaya dari bulan perak tersebut.
Karena raga Lucien termasuk aura-auranya telah berubah menjadi keadaan hantu yang misterius, kedua gumpalan aura ini pun tak terkecuali. Di bawah sinar bulan, mereka dengan cepat berkembang menjadi Aetna berambut pirang bermata merah.
"Ternyata proyeksi langsung turun ke dunia..." Saat bertemu monster, Lucien pernah membuat hipotesis bahwa Aetna mungkin akan meminjam raga Rhine untuk menurunkan tenaga guna melawan monster itu. Namun tak ada tanda-tanda sama sekali. Siapa yang tahu, Tuhan justru menggunakan ritual pemanggilan Rhine ditambah aura di tangan kirinya sendiri untuk turun secara proyeksi langsung, alih-alih sekadar memanggil tenaga biasa.
Rupanya saat itu meninggalkan aura di tangan kiri adalah persiapan untuk digunakan kemudian, harus segitunya "jahat"-kah ini!
"Ini rahasia keabadian?" Aetna masih terlihat polos, menatap langit berbintang di dalam ruang rahasia keabadian, mengerutkan alis keemasannya yang indah, dan berkata dengan bingung: "Makanan enak mana... Ini rahasia keabadian?"
"Ini rahasia keabadian?" "Raja Malaikat" di dalam "lorong bawah tanah keabadian" bertanya dengan suara penuh kekecewaan dan keterkejutan yang tak terbendung, gemanya bergema di telinga Lucien dan yang lain.
"Ini rahasia keabadian?" Senyum mengejek khas "Penguasa Neraka" seakan membeku di wajahnya.
Untuk melihat langit berbintang, diri-Nya bisa langsung lompatan ruang! Ini disebut rahasia keabadian?
Tuhan tidak berusaha mengendalikan diri-Nya, "rahasia keabadian" seperti ini bahkan tak layak mengorbankan perpanjangan diri Geno!
Sebagai Penguasa Neraka, Tuhan selalu berprinsip seperti pedagang sejati yang mengutamakan kepentingan, mutlak takkan melakukan bisnis rugi.
Baru setelah suara Tuhan terdengar, Lucien tersadar bahwa ternyata ada "segerombolan besar" musuh yang mengikuti dari belakang. Tapi dengan kehadiran bulan perak di sini, nyawanya tak perlu dikhawatirkan.
Menoleh kembali, memandangi langit berbintang, melihat planet biru muda yang sangat akrab di hati, Lucien mengerutkan kening sejenak sebelum ekspresinya perlahan cerah: "Inikah rahasia keabadian?"
"Apa yang kau lihat?" Rhine bertanya.
Apakah benar seperti kata Tanos, harus menjadi Tuhan baru bisa melihat rahasia keabadian?
Lucien menggambarkan dengan jujur: "Hamparan langit luas, tak terhitung planet bercahaya seperti matahari, dan planet yang tak memancarkan cahaya."
"Kita sama, inikah rahasia keabadian?" Rhine menyeringai kecut.
Aetna bulan perak menarik pandangannya, mata merah darahnya menatap Lucien: "Terima kasih atas kerjamu."
Raja Malaikat Rudolf II melihat ini adalah rahasia keabadian semacam ini, sementara proyeksi bulan perak dan Penguasa Neraka sama-sama berada di TKP, sudah tak ada niat menghabisi saksi. "Rahasia keabadian hanyalah penipuan!" hardiknya.
Sambil berkata, dia mundur cepat ke Dunia Gerbang.
Penguasa Neraka secara alami juga tidak punya niat untuk bertempur. Rahasia keabadian seperti ini bahkan terlalu rendah nilainya untuk sekadar membayar tindakanku sekali saja. Meski mengendalikan "Raja Malaikat" merupakan bisnis yang menarik, dengan kehadiran bulan perak di sampingku dan status siaga-Nya, saat Penjagaan Ilahi diaktifkan, peluang untuk kabur sangat besar.
Adapun rencana "membalas dendam" dengan membunuh Lucien, awalnya Penguasa Neraka memang punya niat tersebut. Namun turunnya Aetna bulan perak telah menyela, memaksanya untuk menunda sementara. Dengan cemoohan keras ia tertawa: "Inikah yang disebut rahasia keabadian? Arwah kematian itu benar-benar tolol! Tanos itu dungu! Sampai kapan kalian mau mengawasi? Pikir bisa melihat kebenaran?"
Sebelum menyaksikan kebenaran mutlak, setiap makhluk akan menganggap dirinya sebagai 'itu' yang paling spesial.
Di tengah gelak cemooh, Penguasa Neraka mulai menjauh keluar dari "Lorong Bawah Tanah Keabadian".
Setelah Penguasa Neraka pergi, Rhine memperhitungkan waktu: "Kita juga harus segera pergi. Jika wujud asli kita pulih di sini, pasti akan langsung runtuh."
Lucien menarik pandangannya dari langit berbintang, menutup mata sejenak dan berkata: "Baik."
Aetna membawa Lucien dan Rhine keluar dari lorong bawah tanah Keabadian. Setelah memastikan Penguasa Neraka telah pergi, ia mengangguk halus ke arah Lucien menyampaikan "ucapan terima kasih" lagi, kemudian menyebar dan menarik kembali tenaga proyeksi.
Di saat yang sama, di pintu masuk Dunia Gerbang, Fernando dan Douglas juga keluar, melihat Lucien dan Rhine.
Fernando diam-diam melegakan napas, lalu menggeram: "Bagaimana kau bisa muncul dari sana?"
Dalam rasa akrab yang familiar, tiba-tiba Lucien merasakan getaran tak terduga: Apakah petualangan ini berakhir dengan cara seperti ini?
Memandang Tungku Jiwa lalu ruang rahasia di dasar lorong Keabadian, Lucien berbisik dalam hati: "Rahasia Keabadian..."
……
Dalam perjalanan ke basis depan, Lucien menceritakan secara garis besar peristiwa yang dialaminya kepada Douglas dan Fernando.
Ekspresi Fernando terlihat serius, sambil memikirkan urusan Viken, namun mulutnya mencaci Lucien: "Diam-diam diikuti Penguasa Neraka saja tidak tahu? Kalau bulan perak tidak turun ke dunia, masalahmu akan gawat!"
"Kalau bulan perak tidak turun ke dunia, menyerang di tempat itu..." gumam Lucien dalam hati.
"Apa?" Fernando tak mengerti maksudnya.
Lucien menggelengkan kepala, memberi isyarat tak ada maksud lain, sambil berbisik dalam hati: "...yang bermasalah belum tentu aku."
"Di langit berbintang selain bintang tetap, planet, ada juga lubang hitam..."
Di dunia kognitifnya, lubang hitam dan bintang raksasa terus bertransformasi posisi.
……
Di dalam "ruang rahasia keabadian", panorama langit berbintang terus berubah tayangan. Tiba-tiba, gumpalan hitam tanpa cahaya muncul di depan. Tarikan kuat yang mengerikan tak terbayangkan menyebar, "Pintu Keabadian" terkunci keras.
Lorong bawah tanah Keabadian kembali dipenuhi ketenangan abadi yang tak berubah.
