Terbungkus kilatan hijau kebiruan, Mason dan Fred terbang keluar dari penginapan, melesat menuju pinggiran kota kecil tempat penjaga elf berada.
Tiba-tiba, tanah memuntahkan api merah tua yang melesat ke langit, ganas seperti letusan gunung berapi, kebetulan menghadang di depan Mason dan Fred.
"Matvey, apa maksudmu?" Mason menghentikan penerbangannya tepat waktu, tidak menabrak api dan asap tebal itu, sorot matanya berapi-api menatap lelaki kurus tinggi yang menghalangi——"Kemarahan Bumi" Matvey, Ksatria Langit level tujuh.
Matvey memiliki rambut cepak pendek berwarna hijau tua seperti air laut yang dipenuhi ganggang. Ia menatap Mason dan Fred sambil berkata tenang, "Kalian lupa di kota kecil ini dilarang terbang?"
Larangan ini tidak diwujudkan melalui formasi sihir, melainkan bergantung pada "Pelindung Kota Kecil" yang terdiri dari beberapa Ksatria Langit berpengaruh. Setelah melewati kekacauan dan pertumpahan darah di awal perkembangan Kota Tanpa Nama, dibawah desakan kuat akan keteraturan dan dukungan diam-diam para Elf, beberapa Ksatria Langit yang sering berkunjung mulai membentuk aliansi. Mereka menetapkan aturan untuk kota, membatasi pembunuhan antar sesama, serta menjaga kedamaian kota.
Matvey sendiri adalah salah satu anggota "Pelindung Kota Kecil".
"Apa arti larangan terbang dalam situasi seperti ini?" Sebagai sesama Ksatria Langit, Fred dan Mason tidak takut pada Matvey, namun mereka khawatir akan memicu serangan dari para Elf. "Kami hanya ingin menjalani penyelidikan dari para Elf? Apakah kau akan menghalangi ini?"
Terhadap Matvey "Kemarahan Bumi", Mason dan Fred menyimpan kewaspadaan terselubung. Keanehan yang mereka rasakan justru berasal dari Matvey dan rekan-rekannya!
Matvey dan yang lainnya tidak melakukan hal aneh, hanya sering mengekspresikan perasaan putus asa, kesakitan, dan kecemasan setelah serangan pertama pasukan Iblis. Mereka berpendapat legenda dari Istana Elf dan Dewan Tetua Druid tidak mampu mempertahankan celah Abyss. Karena dengan semakin melebarnya celah, mungkin "Kehendak Abyss" akan turun langsung. Jadi tinggal di Kota Tanpa Nama hanya menunggu maut, saat itu mustahil untuk kabur.
Kegelisahan ini, keputusasaan ini, kekejaman yang menyakitkan ini, di bawah pengaruh mereka menyebar cepat di kerumunan. Karena perasaan seperti ini termasuk respons normal, Mathew dan Fred tidak curiga, hanya secara instingtif menghindari kontak dengan Matvey dkk. Seolah semakin banyak berinteraksi dengan mereka, semakin suram, semakin menderita, semakin berjuang, semakin tak bisa mengendalikan emosi sendiri.
"Kami juga harus menjalani pemeriksaan gabungan dari Elf dan Penyihir Gelap, tapi kami tidak terburu-buru, tidak melanggar peraturan kota kecil." Mata hijau tua Matvey tetap tenang tanpa gejolak, "Mason, Fred, kalian seharusnya paham - semakin cemas dan gelisah situasinya, semakin kita butuh keteraturan. Hanya dengan membangun tatanan yang kokoh dan ketat, kita bisa memastikan situasi tidak kacau, menjamin keamanan kita sendiri. Jadi aku tidak akan memberi hak istimewa hanya karena kalian Ksatria Langit. Ikut aku ke 'Gubuk Penjaga' untuk menerima hukuman."
Mason harus mengakui argumen Matvey masuk akal, tapi perasaan tertekan dan aneh itu tetap mengganjal di hatinya, membuatnya tak bergerak seinci pun. Fred juga merasakan hal serupa.
Matvey mengangkat tangan kanannya: "Mason, Fred, kalian ingin melawan? Melawan tujuh Ksatria Langit? Melawan Elf tinggi dan legenda?"
Semua petualang di jalan memperlambat langkah kaki mereka, menjadi sangat berhati-hati, seolah menyadari bahaya yang siap meledak setiap saat.
……
Di timur "Kediaman Alam", terdapat hutan lebat dengan nuansa hijau tua.
"Nyonya Martha tinggal di dalam sana, dia salah satu perwakilan aliran yang membenci alam. Jangan sampai kalian menyinggungnya. Jika ada hal yang menyinggung darinya, saya mewakilinya untuk meminta maaf terlebih dahulu." Ellestine yang mengenakan gaun panjang daun hijau zamrud berkata kepada Yurisian, Felipe, Haiti, dan Annik di sampingnya.
Karena masih ada beberapa arah penyelidikan yang perlu dilakukan, para Penyihir Gelap tetap membagi tim. Namun Haiti berpendapat modifikasi yang dilakukan Splinter pada Annik kemarin hampir tidak efektif, sehingga melakukan penataan ulang pasukan. Dia memutuskan untuk turun tangan sendiri, berencana membawa Annik berkenalan dengan lebih banyak teman elf - dia dan Carterina telah menjadi teman baik dengan elf Daniel, serta membangun hubungan baik dengan banyak elf lainnya.
Dan karena Martha adalah elf terkuat yang perlu diselidiki, dua anggota komisi yang tidak terlalu akur—Yurisian dan Felipe—bergerak bersama.
Yurisian tersenyum sopan: "Tidak masalah, setiap kehidupan memiliki konsepnya sendiri. Selama tidak benar-benar membahayakan kita, itu bukan masalah."
Bahkan Putri suku Elf sudah meminta maaf sebelumnya, apa lagi yang bisa Dia katakan?
Felipe dengan kedua tangan terselip di saku jas hujan panjang hitamnya, mengangguk ringan. Sorot matanya menembus pepohonan, memandang ke kejauhan yang tak diketahui—sepertinya diskusi dengan elf kemarin dan pemeriksaan Kediaman Alam memberinya banyak Hasil.
Dengan dua anggota komisi di depan, Haiti agak lengah. Melalui koneksi mental, dia berbisik ke Annik: "Setelah menyelidiki Nyonya Martha, aku akan membawamu ke 'Pesta Alam' para elf."
"P-pesta... A-aku tidak bisa menari." Annik terkejut, bicaranya mulai terbata-bata.
Haiti melotot padanya: "Siapa yang bisa menari sejak lahir? Eh, Elf sepertinya... Ini bukan soal berkencan dengan Elf, tapi memperbanyak teman dan wawasan. Ini akan membantumu lebih ceria. Aku tidak mau teman baikku terkena penyakit psikologis parah karena terlalu serius mempelajari Okultisme dan Sihir."
Dia juga cukup akrab dengan Rachel di sebelah, mengerti banyak tentang masalah psikologis.
Annik ingin berkata "Aku sangat bahagia mempelajari Okultisme dan Sihir, setiap masalah yang terselesaikan memberi kepuasan lebih besar daripada menari atau berteman". Tapi sebagai orang yang sangat menghargai persahabatan, melihat Haiti, Leirilya, Splinter, dan Carterina terus khawatir akan sifat pemalunya, timbul sedikit niat untuk berubah - toh setelah pulang nanti Okultisme dan Sihir tetap jadi prioritas. Dalam hal ini, Haiti dan yang lain juga sama.
Ellestine bagaikan rusa kecil di hutan, dengan lincah dan gesit meliuk di antara pepohonan. Di bawah pimpinannya, Yurisian, Haiti dan yang lain segera melihat pondok kayu hijau tua tanpa hiasan. Di tanah lapang bawah pondok, belasan elf sedang menerima bimbingan tarian.
Martha adalah musisi dan penari terkenal di kalangan bangsa elf.
Di depan belasan elf itu berdiri seorang night elf dengan rambut sanggul. Kulit hijau keabu-abuannya memancarkan keindahan yang mengerikan, aura dan wajahnya terlihat matang sepenuhnya, bagaikan buah yang mencapai puncak kematangan musim.
"Bungkukkan badan sedikit lagi... Apa arti kesakitan ini dibanding hutan yang ditebang manusia semena-mena? Dibanding hijau yang berubah menjadi gurun?" Martha mengajar dengan keras, sekaligus memperlihatkan watak aslinya sebagai anggota faksi pembenci alam.
“Tarian ini disebut Tarian Balas Dendam, setiap gerakan memiliki makna unik yang menyiratkan amarah alam. Kalian harus meresapi perasaan ini secara mendalam untuk menarikan tarian ini dengan baik. Misalnya, dalam gerakan ini, bayangkan hewan-hewan yang telah punah, mereka telah menghilang selamanya dari dunia ini. Penyebabnya hanya terletak pada keserakahan manusia, pada kulitnya, daging, dan tulang mereka yang berguna bagi manusia...”
“Karena keegoisan, manusia terus melukai alam semena-mena. Suatu hari nanti, alam akan meledakkan letusan amarahnya, membersihkan semua pendosa...”
Mendengar kata-kata pengajaran Martha, Yurisian mengerutkan kening, berpikir dalam hati: "Ucapan seperti ini, tarian seperti ini, sangat mirip dengan Ritual Pemanggilan Khusus. Asalkan pada akhirnya membuat mereka percaya memang ada 'balas dendam alam', efek yang diinginkan bisa tercapai... Tapi mengapa elf dari faksi keseimbangan alam yang lebih banyak merosot? Mengapa Martha tetap mengajarkan Tarian Balas Dendam padahal tahu Dewan Sihir sudah mengirim orang untuk membantu penyelidikan? Apakah dia merasa metode ini sangat tersembunyi sehingga kita tidak mungkin menemukan bukti, atau memang bukan dia?"
Ellestine melangkah maju: "Nyonya Martha, mengganggumu. Ada beberapa tamu yang ingin melakukan pemeriksaan."
Martha sudah memperhatikan kedatangan Felipe dan rombongan, sengaja mengabaikan. Baru setelah Ellestine berbicara, dia dengan ekspresi masam memberikan penghormatan: "Yang Mulia Putri Mahkota, saya tidak ingin manusia berjiwa kotor menginjakkan kaki di tempat saya. Saya juga tidak tahu masalah apa yang bisa saya jawab."
"Wanita Sejati, kami hanya ingin tahu dari mana Anda mempelajari Tarian Balas Dendam?" Yurisian bertanya dengan sangat tenang tanpa amarah.
Martha mendengus keras: "Inspirasi datang dari berbagai sabotase manusia terhadap alam. Aku menyusun kembali gerakan ritual dari literatur kuno sebagai karyaku sendiri. Puaskah kalian dengan jawaban ini?"
"Literatur kuno apa saja?" Felipe langsung menohok inti persoalan.
Martha menyeringai dingin: "Bukankah para Penyihir Gelap terkenal berilmu luas? Tak bisakah kalian mengenali 《Ritual Persembahan Bulan Manusia Serigala》《Kitab Ritual》..."
Dia menyebutkan serangkaian judul buku, membuktikan pernyataan sebelumnya bukan sekadar omong kosong.
Setelah beberapa pertanyaan lagi, Martha mengusir mereka: "Kesabaranku sudah habis. Tak mau lagi menjawab. Jika kalian ingin menyalahkanku sebagai sumber masalah, silahkan!"
Usai bicara, dia berbalik menuju pondoknya melanjutkan pengajaran Tarian Balas Dendam.
Diam-diam berjalan kembali sebentar, Ellestine berkata lagi: "Aku mewakili Nyonya Martha meminta maaf kepada kalian..."
"Tunggu sebentar." Felipe menyela perkataannya, "Aku ingin melakukan pencarian di rumah pohon Martha dan daerah sekitarnya."
"Mengapa?" Ellestine bertanya dengan terkejut.
Felipe berkata dengan dingin: "Apa semua perkataannya harus kita percayai begitu saja?"
Yurisian di samping tersenyum mengangguk, dengan kehadiran orang ini, banyak perkataan tidak pantas tak perlu lagi dirisaukan sendiri.
Ellestine tampak sangat bergumul dan ragu-ragu, memeriksa rumah pohon seorang "Pemegang Tongkat" adalah urusan besar.
……
Debu berwarna darah beterbangan di langit, menutupi sinar matahari yang menyorot langsung, lingkungan yang sebelumnya bersih dan segar di bawah "Blaze Abadi" kini kembali dipenuhi kutukan dan racun.
Medan energi spiritual Lucien menyebar, menggabungkan kekuatan proyeksi semiplanar, menjadikan sekeliling setengah ilusi setengah nyata. Kutukan dan racun sama sekali tak bisa menembus. Di sisi Natasha yang mengenakan baju zirah keabuan, tak ada kilatan cahaya. Namun kutukan dan racun yang mendekat hancur berantakan tanpa alasan, tanpa terkecuali.
"Ada hasil?" tanya Malfurion pada Lucien. Di depannya terdapat cermin berpola rumit, sedang melemparkan "Cermin Takdir" untuk menentukan sumber "asimilasi ruang".
Lucien meletakkan bola kristal di tangan kirinya ke pusat "Cermin Takdir". Gambar langsung menjadi jelas, bola kristal bersinar terang, bintang-bintang membentuk garis lurus.
"Ke arah itu." Kata Lucien pada Natasha dan Malfurion. "Sumbernya ternyata benar-benar ada di dalam sini?"
