"Masalah matematika yang bahkan kamu tidak bisa selesaikan?" Mendengar perkataan Lucien, Natasha langsung dipenuhi rasa penasaran. Dengan sikap nekad ala orang awam, dia meraih makalah di depan Lucien dan dengan cepat membalik-balik halaman hingga menemukan sepuluh masalah matematika yang tercantum di bagian belakang.
"Masalah Empat Warna... Dugaan Lucien... Paradoks Tukang Cukur..." Natasha menggerakkan bibirnya pelan, membacakan judul-judul itu, lalu terjebak dalam kesunyian yang panjang.
Lucien memandanginya dengan geli: "Bagaimana? Ada ide?"
Natasha tersentak bangun, seolah baru terbebas dari mimpi buruk, secara refleks mengusap dagunya sendiri: "Masalah matematika yang sangat sulit, ya, benar-benar rumit. Dibutuhkan kerja sama semua Ahli Sihir Oskur di Dewan Sihir. Ngomong-ngomong Lucien, bagaimana pendapatmu tentang situasi terkini?"
"Seingatku kau baru menanyakan ini padaku beberapa waktu lalu." Sudut bibir Lucien berkerut senyum, jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme ringan.
Natasha mengangkat kepalanya, berkata dengan serius: "Bukankah kamu sering bilang, segala persoalan selalu berada dalam proses berkembang dan berubah, diam itu relatif, gerak dan transformasi itu mutlak. Sekarang sudah berhari-hari sejak terakhir kali aku memeriksa pandanganmu. Selama periode ini terjadi ledakan reaktor fisi, peristiwa transformasi keilahian Dewa Uap dari Haite 'Dewa Pengrajin', situasi pasti sudah berubah!"
"Kupikir retorikamu semakin meningkat," canda Lucien padanya.
Natasha menekan dada kirinya dengan tangan kanan, membungkuk dengan gaya pria terhormat sambil tersenyum lebar: "Semua berkat bimbingan Profesor. Anda memiliki wawasan luar biasa di berbagai bidang, telah membukakan gerbang baru bagiku, hahaha."
Saat mengucapkan kalimat terakhir, seolah teringat lelucon yang sangat lucu, dia hampir tidak bisa meluruskan pinggangnya.
Lucien sudut bibir berkedut, agak menyesali diri mereka yang biasanya terlalu banyak bercerita lelucon bermakna dalam pada Natasha: \"...Sebenarnya, situasi terkini sangat jelas namun juga rumit. Sejak Viken diam-diam mengumumkan metode mirip dewa, kita telah memasuki era di mana semua orang saling memperebutkan: legenda tingkat puncak berharap menjadi mirip dewa, legenda biasa ingin naik ke tingkat puncak, sementara yang belum legenda berusaha mencapai tingkat legenda.\"
\"Ini bukan hanya perebutan individu, tapi juga persaingan antar ras, kekuatan, dan organisasi. Sedikit saja ketinggalan zaman, mungkin akan berakhir dengan kehancuran. Bahkan jika tidak hancur tapi menjadi melemah, upaya mengejar ketertinggalan di masa depan akan membutuhkan biaya sepuluh atau seratus kali lipat, sangat sulit dicapai manusia biasa. Selain itu, metode mirip dewa Viken membutuhkan iman, yang berarti pertarungan sengit di mana siapa pun bisa menjadi teman atau musuh.\"
Setelah mendengar penjelasan lengkap Lucien tentang situasi terkini, Natasha menyembunyikan senyumnya: "Aku tetap tidak percaya metode mirip dewa Tanos dan Viken itu normal. Bahayanya terlalu besar, dan terlalu mengerikan, bahkan harus menggunakan kekuatan emosi untuk mengubah diri mereka sendiri - apa bedanya dengan Setan? Mungkin ini era persaingan yang sangat sengit, tapi aku tak akan menyerah. Aku akan mencari jalan-Mu yang sesuai untukku."
"Aku juga." Lucien tidak banyak berkomentar.
Natasha menepuk bahu Lucien dengan penuh pengertian: "Aku relatif lebih mudah naik dari legenda tingkat pertama. Tapi kamu akan lebih sulit untuk mencapai tingkat puncak. Dan terlepas dari niat sejatimu - apakah akan mengikuti jalan Viken dan Tuhan-Tuhan mereka - banyak pihak berkepentingan mungkin akan menganggapmu sebagai rival terberat mereka."
"Pria biasa tak bersalah, menyimpan giok adalah dosanya," Lucien menghentikan diri dalam hati dengan peribahasa, mengangguk sungguh-sungguh: "Baik untuk diriku sendiri maupun kalian, aku tak akan berhenti melangkah. Rintangan sebesar apapun takkan halangi kenaikan levelku!"
Setelah melihat "Rahasia Keabadian", Lucien mulai memiliki dugaan tentang persamaan dan perbedaan dua alam semesta. Tapi ini masih membutuhkan konfirmasi dan penemuan berbagai fenomena sebagai bukti pendukung. Karena itu ia belum berani mengajukan Teori Medan Kuantum dan Model Partikel Standar untuk peningkatan level. Bagaimanapun, jika ada ketidaksesuaian, kepalanya bisa meledak!
"Belasan legenda tingkat tiga, puluhan legenda tingkat puncak. 'Lawan' di hadapanmu sama sekali tidak lemah." Meski berkata demikian, mata perak-ungu Natasha berkilauan, seakan dipenuhi keyakinan pada Lucien.
Dalam tatapan seperti ini, suasana perlahan berubah hangat. Lucien menarik Natasha mendekat, bersiap untuk berpelukan. Tapi tiba-tiba Natasha berkata: "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan polusi dari reaktor fisi? Apa rencana kalian?"
Lucien memandangnya dengan ekspresi setengah geli setengah kesal: "Kau benar-benar ahli merusak suasana..."
Natasha terkekeh dengan bangga: "Aku sedang memperhatikan masalah polusi serius. Sebagai penguasa, aku sangat bertanggung jawab!"
"Rupanya kau sengaja..." Lucien mengusap pelipisnya, senyum tipis mengembang di wajahnya. "Aku usulkan menggunakan Blaze Abadi berkekuatan rendah untuk membersihkan, tapi Guru menolak. Jadi dia yang akan menyelesaikannya."
……
Boom!
Di Lembaga Penelitian Atom, Haiti yang sedang fokus membuat tabung elektron dengan formasi sihir dan item alkimia hampir terjatuh karena getaran tanah. Beruntung dia langsung mengaktifkan sihir instan untuk menstabilkan raganya.
“Ada apa? Kenapa Kota Langit bergoyang lagi?” Ellestine dan Daniel yang tak sempat bersiap, hanya bisa mencengkeram erat pipa logam di tepi dinding.
Dengan sisa waktu lebih dari setengah bulan sebelum semester baru dimulai, Ellestine membawa Daniel berkeliling Alin. Melalui Haiti, mereka berkenalan dengan para penyihir hebat satu per satu.
Haiti melihat asisten-asisten seperti Cherie, Lovi, dan Ophelia yang terjatuh karena tak sempat bereaksi, lalu menggelengkan kepala lesu: "Darimana aku tahu? Ini Kota Langit, seharusnya tidak mungkin ada gempa. Sedangkan angin topan di ketinggian juga mustahil menembus Kunci Sihir yang setengah terbuka."
Tiba-tiba ia tersadar: "Goyangan yang kita alami sebelumnya, Guru bilang itu akibat ledakan reaktor fisi inti Alin yang kehilangan kendali. Kali ini juga begitu? Tapi tidak, setelah kejadian itu, reaktor lainnya sudah dimatikan."
"Karena tidak pernah mengalami langsung kengerian reaksi fisi, dia membicarakan insiden reaktor yang kehilangan kendali seolah sedang membicarakan kerusakan tak sengaja pada suatu formasi sihir di laboratorium kemarin."
"Reaktor fisi... Kuharap tidak menyebabkan polusi besar-besaran..." Ellestine berbisik dengan nada agak khawatir.
Inti "Kota Langit".
Fernando mengawasi ruang rahasia yang telah hampir bersih dari polusi, memandangi dinding sihir dan lantai dengan tingkat pelelehan dan kerusakan yang semakin parah, lalu mengangguk puas: "Ternyata Blaze Abadi memang efektif..."
Awalnya dia menolak saran Lucien, mencoba mencari metode lain untuk membersihkan polusi kutukan, namun hasilnya tidak memuaskan - membutuhkan waktu setidaknya sebulan untuk menyelesaikannya. Metode yang lebih baik masih perlu diciptakan. Karena sifatnya yang temperamental dan sedang sibuk meneliti penyebab reaktor nuklir kehilangan kendali, amarahnya meledak. Di ruangan luas, dia melemparkan Blaze Abadi yang telah dilemahkan sebagian besar daya hancurnya, memaksa Kunci Sihir Alin mengaktifkan lapisan pertahanan tingkat tertinggi.
Setelah ledakan "Boom" yang mengguncang, alam semesta pun bersih...
……
Sebulan kemudian, di Area Pekerja pemukiman kurcaci Kota Lentat.
Tetua Agung Augustus memimpin anggota inti komunitas seperti Harold dan Mielna bersujud di bawah "bom nuklir" keperakan, melaksanakan ritual doa mingguan besar mereka.
Meskipun karena utusan "Dewa Pengrajin" bernama Ham yang "menghilang secara misterius", kekhawatiran Augustus dan Harold tidak menjadi kenyataan, namun pengalaman seperti ini - sekali terjadi pertama kali, pasti akan ada yang kedua. Mangsa gemuk tanpa kemampuan bertahan pasti akan memancing gelombang demi gelombang ketamakan. Oleh karena itu, mereka merasakan krisis yang serius, terus-menerus memperkuat iman para anggota suku terhadap "Dewa Uap" yang sejati melalui berbagai ritual dan aktivitas, sehingga meningkatkan kohesivitas dan mencegah mata mereka silau oleh sihir ilahi orang lain, lalu mudah terpikat oleh rayuan dan beralih menyembah Dewa Uap tersebut.
Dewa-dewa palsu lainnya mungkin tidak mereka hiraukan, namun Dewa Pengrajin yang juga berasal dari ras kurcaci pasti akan menghancurkan dasar yang terlihat kokoh mereka. Bagi kurcaci Dataran Malam, perubahan iman adalah hal yang mustahil - ini hanyalah pencarian terhadap "avatar Dewa Uap yang berjalan di dunia fana!" Omong kosong tanpa bukti seperti ini, tanpa wahyu ilahi dari Tuhan, akan sangat sulit untuk dipertahankan!
“Engkaulah penguasa segalanya, yang mengendali batas hidup dan mati, Rajanya para raja, Tuhannya segala tuhan.”
Augustus bersujud dalam-dalam dengan tangan kanan menutupi mata, di balik suara khidmat yang penuh kesungguhan tersembunyi kegelisahan dan harapan: “Wahai Dewa Uap yang Agung, karuniakanlah sihir ilahi kepada umat-Mu yang setia, agar kami dapat membela kejayaan-Mu, menjalankan jalan-Mu, membangun Atlantis di bumi.”
Sihir ilahi! Tak peduli seberapa kuat Majelis Sihir mengekspos 'kebenaran mutlak' Tuhan Kebenaran dan para dewa palsu di hadapan seluruh makhluk cerdas, selama masih ada sihir ilahi, dasar iman takkan goyah! Masih ada begitu banyak umat beriman yang percaya pada keberadaan Tuhan!
Dan gereja tanpa sihir ilahi, dalam dunia seperti ini, ikatan yang terjalin begitu rapuh. Hanya diterpa angin kencang, akan tercerai-berai. Persis seperti Gereja Uap dan Agama Mesin yang kami dirikan! Setelah meninggalkan Dataran Malam memasuki Kota Lentat, tak terhitung kurcaci yang mulai goyah imannya menyaksikan dunia penuh keajaiban ini, merosot dalam kenikmatan dan kekerasan, memendam harapan terhadap Agama Negara Holm dan Majelis Sihir.
"Tuhan, bukan kami kurang beriman. Tapi iman yang paling suci pun butuh tenaga untuk dijaga..."
Augustus berdoa dalam hati dengan semangat membara penuh harapan.
Ritual berangsur memasuki akhir. Segalanya tetap sama seperti sebelumnya. Dewa Uap tak menampakkan mukjizat apa pun.
Harold merasa agak kecewa, tapi peristiwa di Dataran Malam membuatnya tak berani menyimpan dendam.
Augustus juga merasakan kekecewaan dan semangat turun, namun saat dia bersiap berdiri, kepalanya tiba-tiba berdengung. Segala warna di sekitarnya memudar, hanya menyisakan cahaya putih susu dan "bom nuklir" keperakan di hadapannya!
Kemudian, dia merasakan kekuatan megah dan dahsyat turun dari bom nuklir keperakan itu, terhubung dengan Jiwa-nya.
Jiwa-nya mulai bergetar tanpa alasan, seolah menghadapi makhluk yang agung dan transenden, seperti ketika mendongak melihat langit berbintang nan luas tak bertepi!
"Aku menganugerahkan Misteri uap, esensi mesin. Dengan menguasainya, kalian akan memiliki kekuatan yang tidak kalah dengan sihir ilahi..."
Augustus merasa Jiwanya melayang ke atas, melakukan asimilasi dengan cahaya putih susu di sekelilingnya, perlahan membentuk "bola cahaya" sucin dan murni!
“……Aku menganugerahkan sihir ilahi kepada kalian agar bisa bertahan dalam malapetaka 'Ragnarök' yang akan datang, agar melalui perbandingan, kalian benar-benar memahami makna dan tenaga yang diwakili uap, serta sepenuhnya mengerti Atlantis……”
“……Siapa yang membocorkan rahasia sihir ilahi ini, akan kehilangan tenaga dan menjadi pendosa！”
Suara transenden yang agung bergema di telinga Augustus, memenuhi hatinya dengan kegembiraan.
Harold, Mielna, dan para kurcaci lainnya dengan bingung memandang ke depan, menyaksikan relik suci keperakan memancarkan cahaya lembut yang menebarkan kilatan-kilatan cahaya suci.
Cahaya suci yang murni ini menyelimuti seluruh tubuh Tetua Agung yang bersujud di tanah, memberinya perasaan khidmat akan kesucian, sementara aura-nya terus meningkat bak tangga yang dinaiki！
Tiba-tiba, Augustus berdiri. Cahaya putih susu yang melingkupi tubuhnya berlapis-lapis bergelombang, membuat Harold, Mielna, dan kurcaci lainnya merasakan tubuh menjadi ringan, dipenuhi tenaga, vitalitas pesat, jiwa tenang!
Ini... ini sihir ilahi?
Augustus menangis tersedu-sedu, mengangkat tangan kanan tinggi-tinggi sambil menutupi mata, berseru lantang:
"Engkaulah Sang Satu, juga Segala!"
Harold, Mielna dan yang lain kembali bersujud ke tanah, berdoa dengan kegembiraan luar biasa dan rasa terpukau:
"Kami akan membela jalan-Mu, mengembalikan nama Santo Uap-Mu ke tahta tertinggi!"
