Di dalam "Lautan Mendidih".
"Tuan Kegelapan" Gorenheim segera merealisasikan pikiran dalam benaknya. Kegelapan berkontraksi, seolah-olah ada kilatan listrik tak kasat mata yang membentuk jaring gelap dingin yang berjejal sangat rapat, berusaha menutupi dan melindungi dirinya sepenuhnya.
Dalam proses ini, Badai Salju yang diwujudkan oleh "Sang Wanita Sejati" mati-matian menggangu kegelapan, mencegahnya ditarik kembali dengan lancar.
Kepingan-kepingan salju berjatuhan, membekukan lahar mendidih dan seluruh makhluk yang terkontaminasi. "Sang Wanita Sejati" telah menggunakan kekuatan inti iblis-nya. Bagi raja iblis yang lebih condong ke kekacauan daripada konspirasi ini, ketika ada kesempatan membunuh musuh bebuyutan dan mengasimilasi kekuatan kegelapan-dingin untuk naik menjadi Pangeran Iblis, ia pasti tidak segan mengorbankan segalanya, sepenuhnya dikendalikan oleh keinginan membunuh, membinasakan, dan menelan!
Usaha mati-matiannya membuat kontraksi tenaga "Tuan Kegelapan" Gorenheim tidak berjalan mulus, sementara gema mantra-mantra kuno seperti "Badai Amuk" dan "Kerajaan Bintang" mulai bergema di atas lautan yang riuh rendah.
"Sialan!" Dalam hati penuh kutukan, Gorenheim membuat pilihan paling rasional: tubuh aslinya di "Benteng Beku" tiba-tiba menjadi ilusi, sebagian besar tenaganya dialirkan ke proyeksi dirinya di "Lautan Riuh". Baik para Penyihir Legendaris maupun Natasha sang Ksatria Epik yang membawa "Pedang Kebenaran", semuanya memiliki kemampuan untuk melacak "proyeksi" dan bahkan membunuh tubuh aslinya!
Di langit, tangan kanan dengan kuku kebiruan tiba-tiba menghitam bagai keluar dari kegelapan paling dalam. Suhu ultra-rendah yang bisa membekukan segalanya bahkan membuat "Wanita Sejati Salju" - perwujudan dingin itu sendiri - membeku di udara. Badai salju yang menyebar, serpihan salju dan kristal es yang berterbangan, sejenak berubah menjadi patung es yang lengkap!
Andai bukan karena prioritas pertahanan saat ini, "Tuan Kegelapan" Gorenheim bisa langsung mengejar kemenangan dengan melukai parah "Wanita Sejati Salju", memaksanya memilih antara kehancuran total atau mundur teratur!
Tep tep, kegelapan yang seolah menyimpan kekuatan untuk membekukan seluruh alam semesta terus-menerus memancarkan kilatan cahaya berbagai warna. Di bawah sihir "Pemecahan Mewah", ia terus hancur lebur namun tak henti tumbuh kembali.
Kreek! Kegelapan dingin benar-benar dihancurkan oleh "Pemecahan Mewah", tapi hanya merusak beberapa lapisan pertahanan, gagal mengelupas sepenuhnya efek mantra semu dan berbagai barang supernatural "Tuan Kegelapan" Gorenheim lapis demi lapis!
Ini adalah kondisi langka di mana "Pemecahan Mewah" tidak membuat "musuh dan sekutu sama-sama menangis", karena sebagai "Pangeran Iblis" dan legenda tingkat puncak, resistensi sihir Gorenheim sangat tinggi, mampu menghindari sebagian besar efek "Pemecahan Mewah", apalagi ini adalah Abyss!
Angin topan menderu menerbangkan tangan kanan yang gelap itu, di dalamnya berkilat-kilat pohon raksasa listrik yang terus menyambar, sementara bintang-bintang bermunculan di sekelilingnya, mengubah langit di atas lautan riuh rendah menjadi hamparan langit berbintang yang tak bertepi!
Bintang-bintang melesat membentuk orbit penuh Misteri, membawa sinar gemilang, hampir bersamaan menghantam tangan "Tuan Kegelapan".
Boom!
Badai meledak, pohon api dan bunga perak, Tangan Raksasa hitam itu meneteskan butiran-butiran cairan hitam yang memancarkan suhu rendah mengerikan. Segala sesuatu yang tersentuhnya akan membeku menjadi es, seolah-olah takkan mencair selama ribuan tahun.
Di bawah serangan tiga legenda tingkat puncak, dengan pengalihan dua Raja Iblis, lapisan-lapisan pertahanan "Tuan Kegelapan" Gorenheim akhirnya jebol dan menerima luka.
Untunglah, ia berhasil menarik sebagian besar tenaga tubuh aslinya tepat waktu, barulah bisa dengan susah payah menahan serangan kali ini. Seandainya tidak, bukan sekadar luka ringan yang diderita, melainkan cedera parah bahkan akhir runtuh!
Di langit abu-abu keputihan "Benteng Beku", "Penguasa Mayat Hidup" Apussis mengayunkan "Sabit Kematian Raksasa"-nya, membawa aura pemusnahan segala sesuatu dan panen kehidupan. Dalam gulungan tenaga maut yang tak berujung, ia menghunjamkan senjatanya ke "Benteng Beku".
Ia tidak mengendalikan bentuknya, siluet ilusi setinggi ratusan meter lebih megah daripada Benteng Beku, sementara "sabit raksasa dewa kematian" yang lebih panjang dari tubuhnya membuat benteng itu terlihat seperti patung mini di galeri seni.
Keputusasaan, kesakitan, pergulatan, dan kutukan yang akhirnya memudar menjadi dingin berwarna abu-abu keputihan mengelilingi "sabit raksasa dewa kematian", menghancurkan pertahanan Lapisan Luar Benteng Beku hingga "mati". Karena ini adalah momen genting Gorenheim menyuling kekuatan, pertahanan benteng yang seharusnya mampu bertahan lama dari Apussis ternyata menyusut tinggal satu lapisan!
Sebuah tangan kiri dengan kuku kebiruan terpaksa menjulurkan diri dari dalam benteng, menahan serangan sabit raksasa ini!
Ah!
Di dalam Benteng Beku, terdengar ratapan pilu penuh dendam. Tangan kiri raksasa Gorenheim menunjukkan luka dalam yang menganga, darah biru kehitaman terus menetes menciptakan lapisan es tanpa aura kehidupan.
Dengan sebagian besar tenaga terkuras untuk menghadapi penyihir legendaris seperti Douglas, Lucien Evans, dan Ksatria Epik, "Tuan Kegelapan" di kandang sendiri Benteng Beku pun berada dalam kondisi lemah. Hanya dengan upaya setengah hati ia bisa menahan serangan "Penguasa Maut" Apussis, hingga menderita luka yang cukup parah.
Apussis tetap berwajah dingin, di balik matanya yang kosong menyala api pucat tanpa panas. Terlepas dari sikapnya biasanya, sifat iblisnya tetap muncul. Serangannya pun kian ganas bagai badai.
Mata kiri Lucien yang murni merah segar bagai batu permata memancarkan sinar, dengan kecepatan tak tertandingi menghantam tangan kanan Gorenheim yang baru saja muncul dari kegelapan.
Kilatan cahaya merah menyala muncul. Dinginnya kegelapan ternyata tak mampu membekukannya sepenuhnya. Sinar itu menembus dan mengenai punggung tangan.
Kreek! Suara pecahan menggema di seluruh Abyss. Luka besar semi-tembus muncul di tangan kanan Gorenheim. Suhu panas membara menyatu dengan dingin ekstrem, membuat kulitnya menghitam!
Dalam kondisi semua pertahanan Gorenheim hancur dan terluka, "Pandangan Balas Dendam" Lucien yang diperkuat "Tangan Ketidakpastian" menunjukkan efek yang memuaskan!
Mati rasa ringan di tangan kanan tidak mempengaruhi gerakan Gorenheim. Seiring bergemanya "Firman Kegelapan", kegelapan dingin yang seolah dipenuhi kilatan listrik berjejal rapat kembali bergemuruh, berhasil menahan serangan "Pedang Kebenaran" yang diayunkan Natasha!
Meski demikian, di bawah serangan ganda "Wanita Salju" yang telah pulih dan "Penguasa Mayat Hidup" dari "Benteng Beku", "Tuan Kegelapan" Gorenheim kehilangan inisiatif, terperangkap dalam posisi bertahan sementara.
"Tidak boleh! Tak bisa terus berlama-lama. Harus rela membayar harga untuk kembali ke 'Benteng Beku'. Jika tidak, aku takkan sanggup menahan gempuran Douglas, Fernando, Heatherway, Lucien Evans, Natasha Viorite, dan Wanita Salju!" Sebagai iblis paling licik, Gorenheim segera mengambil keputusan. Pasukan sekuat ini cukup untuk menyaingi makhluk mirip dewa yang tidak berada di wilayah kekuasaannya sendiri!
Gagasan itu baru saja muncul di otaknya, namun ia terkejut melihat hamparan langit berbintang yang tak bertepi menghilang dengan sendirinya, bintang-bintang berkilauan satu per satu hancur berantakan, badai dan kilat yang mengamuk perlahan mereda, "Taman Firdaus" yang terbentuk dari kumpulan titik-titik elemen cahaya serta siluet anggun itu mulai suram dan berubah menjadi ilusi.
"Palsu?"
"Tidak mungkin, kekuatan sebelumnya jelas merupakan tenaga legenda tingkat puncak."
"...Dimensi semiplanar hasil pemanggilan ritual? Ada ritual secepat itu?"
Berbagai pikiran membanjiri otak Gorenheim. Apapun penyebabnya, yang ia tahu pasti: dirinya telah ditipu oleh Lucien Evans!
Dalam keterkejutan sesaat itu, tubuhnya kembali terluka oleh Penguasa Mayat Hidup Apussis, sementara gerakannya ditekan dan ditahan oleh Wanita Sejati Salju.
Dalam indra, ia melihat Lucien dan Natasha tersenyum mengawasinya, siluet mereka semakin tidak nyata. Yang seorang melepas topi tinggi hitam dan menaruhnya di dada seolah berterima kasih, sementara yang lain tersenyum cerah dengan tata krama ksatria.
Kedua siluet itu menghilang, muncul kembali di ujung "Lautan Bergolak", langsung memasuki "Langit Berbintang Kacau".
"Sialan!" Amarah dan kekecewaan Gorenheim bergemuruh. Ingin menghalangi, tapi "Wanita Salju" dan "Penguasa Maut" meredamnya. Karena luka dan tenaga yang tersebar, dalam tiga puluh detik ia tak mungkin menguasai situasi. Bagi dua legenda, waktu ini cukup untuk menemukan intinya di dimensi mana pun!
Lagipula, kegagalan menahan Lucien cukup lama membuat rencananya memiliki celah yang belum pernah terjadi sebelumnya!
Alasan Lucien mempersiapkan diri begitu lama sebelum memasuki "Langit Berbintang Kacau" adalah karena pertimbangan akan "Tuan Kegelapan"!
“Langit Berbintang Kacau” merupakan rahasia bagi penyihir dan Pastor Suci, namun beberapa raja-raja Abyss mengetahuinya, apalagi "Pangeran Iblis" yang merupakan tokoh kedua di Abyss.
Sebelumnya, karena kekacauan pembunuhan oleh Pangeran Iblis sebelumnya, "Lempengan Ruang-Waktu" sebagai material legenda tidak berguna baginya. Oleh karena itu Lucien percaya bahwa ia tidak akan bosan mengambil "Lempengan Ruang-Waktu". Namun Pangeran Iblis yang baru adalah "Tuan Kegelapan" Gorenheim, sosok iblis yang paling mirip setan. Meski tidak membutuhkan "Lempengan Ruang-Waktu", ia tidak akan keberatan mengambilnya sebagai alat pertukaran kepentingan dan persiapan rencana. Harus dikatakan, ia tidak akan melewatkan barang berharga di depan matanya.
Jadi setelah Lucien memastikan melalui astrologi bahwa "Lempengan Ruang-Waktu" masih berada di "Langit Berbintang Kacau", dia membuat hipotesis bahwa "Tuan Kegelapan" telah merancang rencana menggunakan ini. Dengan persiapan antisipatif, dia terlebih dahulu menghubungi "sekutu" dan mempersiapkan ritual pemanggilan bidang legenda - hasil penelitian Haiti.
Bagi penyihir normal, memanggil bidang legenda hanya memberikan sedikit penguatan tenaga yang setara dengan tingkat tujuh atau delapan cincin. Namun hubungan Lucien dengan Douglas, Fernando, dan Heatherway secara alami berbeda dengan yang lain. Setelah diberitahu tujuan sebelumnya, ketiganya tentu tidak keberatan meminjamkan tenaga legenda tingkat puncak melalui ritual pemanggilan.
Tentu saja, seluruh ritual hanya bisa menanggung turunnya tenaga sebanyak satu kali ini. Setelah serangan pertama, semuanya akan musnah. Tapi Lucien hanya meminta ini - melukai "Tuan Kegelapan", mengulur waktu, agar dia punya cukup waktu untuk mengambil "Lempengan Ruang-Waktu" dan pergi dengan tenang.
Sebenarnya, Lucien tidak keberatan menggunakan kesempatan ini untuk menyiapkan perangkap tiga legenda tingkat puncak dan empat petarung setara legenda tingkat tiga guna mengepung Pangeran Iblis Gorenheim. Namun harus dipertimbangkan bahwa ini adalah "Abyss". Jika Yang Mulia Ketua Dewan, Guru, dan Nenek Heatherway benar-benar turun ke dunia, besar kemungkinan akan memancing kemarahan Kehendak Abyss. Justru kamilah yang akan menghadapi masalah, karena Sang Kehendak mungkin tak segan bertindak habis-habisan meski berisiko terluka atau runtuh!
Selain itu, tanpa ritual pemanggilan, mustahil untuk membawa Yang Mulia Ketua Dewan dan yang lain turun secara nyata tanpa diketahui Gorenheim. Sebagai legenda tingkat puncak yang licik luar biasa, ritual pemanggilan bidang legenda pun tidak akan mampu membawa mereka turun sepenuhnya!
Setelah menimbang untung rugi, Lucien akhirnya memilih rencana ini. Sebenarnya menurut pertimbangan pribadinya, "menggunakan kekuatan untuk menekan lawan" adalah persiapan terbaik!
Mengenai apakah "Wanita Sejati Salju" dan "Penguasa Mayat Hidup" dapat menyelesaikan target mereka, itu bukan urusan yang perlu kupedulikan. Aku sudah membantu mereka membunuh "Tuhan Api", melukai "Tuan Kegelapan", membuatnya berada dalam posisi pasif, dan menepati janjiku.
