"Raja Malaikat" Mekhantron yang baru saja turun ke dunia, telah mengangkat tangan kanannya dengan khidmat seolah sudah mempersiapkan segalanya.
Delapan belas pasang sayap malaikat yang terbentuk dari cahaya murni di punggungnya memancarkan kilatan suci, tujuh lapisan Gunung Surga yang megah dan sakral tampak samar-samar muncul, para Santo Roh dan malaikat semuanya melantunkan pujian, suara transenden yang indah menggetarkan lapisan-lapisan riak, menyatu menjadi sebuah konsep penghakiman yang adil namun dingin dari atas ke bawah.
Berbeda dengan Pastor Suci atau Malaikat Api lain yang menggunakan "Cahaya Penghakiman", juga berbeda dengan saat dia sebelumnya menggunakan "Cahaya Penghakiman" dengan bantuan "Kitab Suci Kerajaan Surga", di dada Mekhantron masih mengambang timbangan kecil berwarna putih di kiri dan hitam di kanan, seolah sedang menimbang seberapa besar dosa jiwa di bawah "Cahaya Penghakiman" - apakah layak naik ke Gunung Surga, dilempar ke Neraka, atau dihancurkan secara permanen.
Selain menyebarkan aura "Penghakiman", timbangan ini juga membawa nuansa keteraturan yang kuat. Langit berbintang kacau yang luas di sekitarnya tiba-tiba menjadi teratur, tidak ada lagi fenomena penyimpangan orbit atau tabrakan tanpa alasan, persis seperti langit berbintang yang nyata!
"Timbangan Keteraturan", "legenda ilahi" milik Mekhantron "Raja Malaikat" selain "Penjagaan Ilahi", menjadi dasar pembuatan artefak suci Kekaisaran Heilz "Timbangan Keteraturan" - keluarga kerajaan Heilz yang memiliki hubungan erat dengan Gereja Kebenaran memang berasal dari garis keturunan Malaikat Api.
Timbangan hitam-putih bergoyang ke kiri dan kanan, mengeluarkan suara rendah yang suram dan transenden, bersahutan dengan keputusan khidmat Mekhantron, seolah menyatakan Lucien dan Natasha bersalah!
Bersamaan dengan suara itu, "Cahaya Penghakiman" yang terlalu murni untuk menyisakan celah dosa pun memproyeksikan diri dari tujuh lapisan Surga, datang dengan dahsyat.
Kegelapan lenyap, segala sesuatu yang bertentangan dengan keteraturan, kesucian, dan kebenaran mutlak seketika hancur berantakan. Ini adalah penghakiman atas kehidupan dan kematian, ini adalah penghakiman kiamat!
Melihat situasi ini, Lucien tidak berani lengah. Dari lehernya keluar suara yang sulit dipahami dan kasar: "Teknik Pembalikan"!
Sebuah cermin yang dipenuhi pola unik yang tak terhitung jumlahnya muncul di kehampaan di depan dia dan Natasha. Melalui pola-pola ini, seolah-olah terlihat dunia lain tersembunyi di dalam cermin!
"Cahaya Penghakiman" menghantam permukaan cermin, seketika menyebabkan retakan-retakan dalam. Kemudian mengikuti hukum pemantulan cahaya, terpantulkan ke arah lain.
Setelah serangan ini, "Teknik Pembalikan" yang mampu memantulkan lima serangan tunggal sudah hampir rusak. Inilah kesenjangan antara legenda tingkat tiga dan legenda tingkat puncak!
Namun Lucien justru merasa gembira. Sesuai prediksinya, menghadapi "Raja Malaikat" yang termasuk petarung terkuat di antara legenda tingkat puncak, "Teknik Pembalikan"-nya hanya bisa menahan satu kali serangan. Siapa sangka masih ada kesempatan untuk memantulkan serangan sekali lagi!
“Apakah karena konflik kekuatan antara Abyss dan Gunung Surga yang melemahkan tenaganya secara drastis, ataukah Dia tidak sempat menurunkan seluruh kekuatan-Nya?”
Saat "Raja Malaikat" Mekhantron menyerang Lucien dan Natasha, Clement—santo Gereja Utara yang namanya sama dengan Malaikat Penyucian—langsung memanfaatkan kesempatan dengan "lambang salib" untuk menghancurkan asteroid berbentuk berlian, membuat "Lempengan Ruang-Waktu" terekspos sepenuhnya.
Dengan kehadiran "Raja Malaikat" di sini, sama sekali tidak ada keraguan lagi baginya untuk mengambil "Lempengan Ruang-Waktu"!
Tiba-tiba, kilatan pedang abu-abu perak membelah ruang-waktu ilusi yang bertumpuk di sekitar "Lempengan Ruang-Waktu", muncul tepat di hadapannya. Makna kuat pemusnahan total dari "Pedang Kebenaran" itu membuatnya tidak sadar langsung melemparkan "Sanctuary", tak berani mengambil risiko meraih "Lempengan Ruang-Waktu". Dihajar oleh "Pedang Kebenaran" jelas bukan hal yang bisa dianggap main-main!
Kilatan pedang abu-abu perak menyembunyikan celah ilusi yang mengerikan. Saat menghantam "Sanctuary", tanpa suara membuatnya berkeping-keping, memaksa Clement yang sedang terburu-buru bertahan harus memanfaatkan waktu mengulur-ulur pertahanan, berkilat menjauhi lokasi, hampir tertelan oleh "pusaran ruang".
Saat itulah, dia baru menyadari Lucien telah mengulurkan "Teknik Pembalikan" ke depan untuk menahan serangan kedua "Cahaya Penghakiman" dari "Raja Malaikat". Selain itu, mata kirinya yang merah segar bagai batu permata kristal memancarkan sinar merah menyala, memaksa "Raja Malaikat" harus merapatkan tiga puluh enam sayap bercahaya untuk menghalanginya, sehingga memberi kesempatan bagi Natasha untuk menghadangnya.
Kreek! Setelah suara pecahan yang jernih, retakan tak terbendung merambat. "Teknik Pembalikan" dengan permukaan cermin 'rapuh' itu pun berkeping-keping.
Meski pertahanan sihir tunggal tingkat ekstrem ini sangat tangguh, mampu memantulkan lima kali serangan pada level setingkat, dan minimal sekali terhadap petarung yang lebih kuat, namun memiliki kelemahan signifikan: waktu penyangga yang sangat panjang. Bahkan dengan Lucien mengenakan "Jubah Arkanis Agung", mustahil untuk digunakan lagi dalam satu dua putaran.
Maka Clement bersukacita dalam hati, menyadari Lucien akan segera dikalahkan oleh "Raja Malaikat", memberikannya cukup waktu dan kesempatan untuk mengambil "Lempengan Ruang-Waktu".
Tepat saat kegembiraannya memuncak, Natasha yang menggenggam erat perisai hitam mungil di tangan kiri, tiba-tiba mengayunkan pedang abu-abu peraknya. Kilatan pedang bagai tenun menghadang jalannya.
"Hmph! Jangan kira dua benda epos tingkat tiga bisa melawanku!" Batin Clement bergumam. "Akan kuperlihatkan jurang pemisah antara dirimu dengan legenda tingkat tiga sejati!" Ucapan ini hanya refleks bawah sadar, takkan dia buang-buang untuk dialog yang tak perlu.
“Cahaya Penghakiman！”
Meski menguasai banyak sihir ilahi, jumlahnya tetap tak sebanyak variasi sihir yang rumit dan misterius. Menyesuaikan aplikasi sesuai situasi berbeda, secara komprehensif "Cahaya Penghakiman" memberikan efek terbaik dengan daya hancur maksimal yang bisa beradaptasi di sebagian besar situasi. Maka dari itu, mantra serangan legenda yang paling sering digunakan Pastor Suci dalam pertempuran adalah "Cahaya Penghakiman"!
Seberkas cahaya suci seperti pedang tajam melesat dari proyeksi Gunung Surga di belakang Clement. Kilauannya agung khidmat, menghakimi segala dosa di dunia fana.
Natasha diam di tempat, mengangkat "Perisai Kebenaran". Gelombang ilusi bergelora, seolah memindahkannya ke alam semesta berbeda.
Saat "Cahaya Penghakiman" menghantam "Perisai Kebenaran", ledakan cahaya berkilauan memancar. Namun terhalang dimensi ruang-waktu, tak sanggup menembus hingga menyinari tubuh Natasha.
“Perisai Kebenaran” permukaan hitam sucinya mulai menunjukkan retakan-retakan kecil, "Cahaya Penghakiman" Clement jelas tidak bisa menembus pertahanan ruang-waktu tingkat tertinggi ini.
Setelah menahan "Cahaya Penghakiman", Natasha mengayunkan pedang abu-abu peraknya, kilatan pedang dingin yang dililit retakan ilusi menyambar Clement.
Kilatan pedang itu menghujam tubuh Clement tanpa halangan, merobek raganya hingga berkeping-keping, namun tak ada ekspresi kesakitan di wajahnya - dia tersenyum lalu hancur seperti bayangan.
Bersamaan itu, dia berpindah secara kilat ke sisi lain, mendekati "Lempengan Ruang-Waktu" siap menggunakan sihir ilahi untuk mengambilnya.
Dia memanfaatkan ciri khas "Perisai Kebenaran" yang harus diam seperti "Penjagaan Ilahi" untuk mengeluarkan daya hancur penuh. Dengan serangan yang menciptakan kesempatan mendekati "Lempengan Ruang-Waktu", dia memang tidak punya waktu dan mood untuk perlahan-lahan menghabiskan "perisai kura-kura" ini.
Melihat situasi ini, Natasha sedikit mengerutkan alis tapi tanpa ragu langsung menggunakan "Pedang Kebenaran" sebagai pembuka jalan, terbang cepat menuju Clement untuk mencegatnya.
"Cahaya Penghakiman!" Clement tersenyum sambil kembali menahan sihir ilahi legenda ini. Seperti yang diperkirakan, dia melihat Natasha berhenti dan menggunakan "Perisai Kebenaran" untuk menghalang.
Begitulah, dia memanfaatkan kesempatan bahwa sebenarnya Natasha jauh di bawah dirinya dan penggunaan yang tidak bisa bergerak bebas, sehingga semakin mendekati . Hampir memasuki jangkauan di mana bisa mempengaruhinya - Jika benda biasa, Clement bisa mengambilnya dari jarak sangat jauh. Tapi ini adalah yang mampu menetralisir dalam tingkat tertentu, sehingga harus didekati untuk diambil.
"lah yang terpenting, mengandalkan memiliki kelemahan besar..." Saat hampir mendapatkan , perasaan bangga tak terhindarkan muncul dalam hati Clement.
Natasha yang terus-menerus dipermainkan oleh strateginya merasakan tekanan luar biasa. yang dinginnya memancarkan semangat yang semakin membara, merasakan dengan kuat sensasi tak berdaya meski memiliki niat kuat.
"Ciri-ciri Perisai Kebenaran yang sulit dipindahkan benar-benar terlalu mencolok, aku juga tidak punya kekuatan untuk menstimulasi efek pertahanan cakupannya..." Saat legenda tingkat tiga sejati menggunakan "Perisai Kebenaran", gelombang ilusi mampu mencakup area yang sangat luas, sehingga dia bisa menciptakan syarat bagi Lucien untuk mengambil "Lempengan Ruang-Waktu".
"Tidak bisa terus seperti ini, apakah harus membiarkannya mengambil 'Lempengan Ruang-Waktu'?"
Niat seperti ini terus bermunculan dalam hati Natasha, membuatnya merefleksikan teknik pertempurannya:
"Darahku adalah Pedang Kebenaran, keyakinan ksatria-ku adalah maju, maju, terus maju, menghancurkan semua hambatan secara frontal - ini sama sekali berbeda dengan semangat pertahanan yang terkandung dalam 'Perisai Kebenaran'..."
"Kalau begitu, mengapa aku harus bertarung menggunakan kelemahanku sendiri? Karena keamanan? Karena pengecut?"
"Pedang Kebenaran juga legenda tingkat tiga!"
"Jika Perisai Kebenaran harus mengorbankan mobilitas untuk efek maksimal, maka tinggalkan saja efek pertahanannya!"
Teriakan-teriakan seperti terompet serangan bergema dalam hati Natasha, kontradiksi gaya bertarung akibat memegang dua "artefak suci" semakin disadarinya. Ia tak lagi berusaha memadukan keunggulan berbeda dari kedua "artefak" seperti dulu, melainkan memutuskan untuk mengorbankan salah satu.
"Lucien pernah berkata, pengorbanan membawa keuntungan!"
"Serangan adalah pertahanan terbaik!"
"Pedang indah adalah perisai terhebat!"
Sorot mata perak-ungu yang jernih membeku namun penuh semangat!
Clement dengan girang kembali mendekati "Lempengan Ruang-Waktu", namun saat hendak mengaktifkan sihir ilahi untuk mengambilnya, tiba-tiba ia merasakan tekanan mengerikan yang menusuk. Bulu kuduknya berdiri oleh kilatan-kilatan pedang tajam nan dahsyat yang memenuhi ruang.
Tekanan kilatan pedang ini bahkan mampu memecah jiwa menjadi fragmen-fragmen!
"Dia tidak memiliki tekad untuk mati demi 'Raja Malaikat', dalam situasi seperti ini tentu mengutamakan keselamatan diri. Sihir ilahi legenda yang dikerahkan membuatnya melesat ke samping seperti semburan cahaya."
"Lalu, indranya menangkap kilatan pedang abu-abu perak yang megah dan dingin itu. Tak ada hal lain selain itu."
"Hmph! Tak menggunakan Perisai Kebenaran?"
"Cahaya Penghakiman!"
Kilatan pedang yang berubah dari Pedang Kebenaran sama sekali tak menghindar, langsung berbenturan frontal dengan cahaya yang adil namun dingin itu.
Ruang bergetar tanpa suara. Cahaya Penghakiman pecah menjadi serpihan cahaya beterbangan. Natasha muncul kembali dengan raut wajah agak pucat.
Tapi tanpa ragu, dia terus mengendalikan "Pedang Kebenaran" untuk melancarkan serangan demi serangan "maju ke medan tempur"!
Kini Clement harus pontang-panting bertahan, dalam waktu dekat hanya bisa bertahan dengan susah payah.
"Gila! Sampai kapan kau bisa bertahan seperti ini? Aku hanya perlu menunggu sebentar untuk membunuhmu!"
Kilatan pedang abu-abu perak terus berkedip, seakan memenuhi seluruh cakrawala penglihatan Clement, menutupi "Langit Berbintang Kacau".
Di sisi lain, Lucien sedikit terdesak oleh "Raja Malaikat" Mekhantron, namun ia tampaknya tak berniat berlama-lama bertarung, langsung melantunkan "Kata Kebenaran": "Sanctuary!"
Proyeksi tujuh lapisan Gunung Surga muncul hampir jelas, bahkan siluet enam Malaikat Api bisa terlihat samar-samar. Dari lapisan tertinggi, cahaya suci demi cahaya suci menurun, menyelimuti puluhan kilometer di sekitar Mekhantron, memberikan perlindungan maksimal padanya.
Kidung suci terus bergema, cahaya putih susu menerangi kegelapan, Langit Berbintang Kacau berubah seperti "Kerajaan Surga". "Kerajaan Surga" ini persis memisahkan Lucien dengan "Lempengan Ruang-Waktu", membuat pengaruh Mekhantron menjadi sangat dekat dengannya.
Sedikit kilatan seperti malaikat kecil mulai menonjol di sekitar Lempengan Ruang-Waktu, mengelilinginya, mengangkatnya, lalu terbang menuju "Kerajaan Surga".
Seiring perkembangan ini, kekuatan "Lempengan Ruang-Waktu" menyusut, sementara "pusaran ruang" yang tersebar di sekitarnya menghilang dengan cepat.
"Raja Malaikat" Mekhantron ternyata mengandalkan kekuatannya yang melebihi Lucien, bersiap menerima serangan secara paksa demi menciptakan kesempatan mengambil "Lempengan Ruang-Waktu".
"Apa dia tidak memperhatikan pertempuran tadi? Tidak tahu aku punya 'Pengampunan Dewi Salju' yang setara serangan legenda tingkat puncak?" Kebingungan muncul di hati Lucien. Setelah terkena "Pengampunan Dewi Salju" secara frontal, bahkan legenda tingkat puncak sekalipun akan menderita akibat keberadaan suhu super yang objektif. Mekhantron yang belum menurunkan seluruh kekuatannya berani meremehkan seperti ini? Apa dia tidak tahu aku punya sihir serupa? Dan mengapa dia ingin mengambil "Lempengan Ruang-Waktu"?
"Kebingungan adalah kebingungan, tapi Lucien tetap mengulurkan tangan kanannya, monokel berkilauan dengan cahaya dingin yang menusuk:
"Pengampunan Dewi Salju!"
