Sudut area bangsawan, angin malam yang menggigit membuat pepohonan hijau abadi bergemeretak.
Di balik rimbunnya pepohonan, berdiri villa dua lantai berkubah setengah lingkaran dengan gaya kasar dan megah khas Kekaisaran Shahran. Namun entah mengapa, bangunan ini terlihat suram secara tidak wajar dalam kegelapan, seperti monster yang sedang menjulang.
Memandang villa dari kejauhan, Carterina tak bisa membedakan apakah ini firasat nyata dari "Bintang Nasib Utama"-nya atau sekadar faktor psikologis. Siluet tubuhnya yang menyatu dengan angin malam semakin samar, perlahan menghilang tanpa jejak.
Meski sudah beberapa bulan berlalu dan villa telah dibersihkan dengan cahaya suci - penjagaan seharusnya sudah dicabut - Carterina tetap tak mau lengah. Dia masih menggunakan mantra "Siluman Tinggi" alih-alih mengandalkan kekuatan ksatria untuk menyusup. Dibandingkan kekuatan darah, dia lebih mempercayai dan menyukai sihir!
Awan hitam tak menghalangi bulan perak. Cahaya redup menyinari tanah, membuat bayangan panjang pepohonan terlihat seperti monster-monster yang terdistorsi. Carterina mendekati villa dalam malam yang agak terang ini tanpa suara. Efek "Siluman Tinggi" membuatnya tak meninggalkan jejak. Bahkan ketika kereta kuda lewat di sisinya, tak ada yang menyadari ada seorang wanita berjalan begitu dekat.
Dengan mudah Carterina memasuki villa. Tubuhnya menyublim menjadi gas dan menyusup ke aula, memulai pemeriksaan menyeluruh terhadap "TKP".
Aula ini dipenuhi ubin batu gelap berpermukaan halus. Seperti gaya khas Kekaisaran Shahran, ukurannya sangat besar - satu buah setara dengan lima ubin berpola Alin.
Melihat pola langit-langit yang terpantul di permukaan batu-batu gelap ini, Carterina merasakan seolah tanah dipasangi cermin-cermin, dalam hatinya bergumam: "Bahkan di kediaman Pangeran Karlkarter, ubin tak akan dipoles sehalus ini, apalagi memakai warna gelap. Selain membuat tamu bersepatu lancet terpeleset, ini cuma berguna mengintip rok wanita. Apakah tuan rumah villa sengaja merancang untuk tujuan ini? Atau ada maksud lain?"
Bangsawan Kekaisaran Shahran memang terkenal lebih hedonis dibanding "rekan" selatan, Carterina pun tak bisa menepis kemungkinan ini.
Di bawah efek Siluman Tinggi, setiap mantra yang dilepaskan akan menampakkan wujud sesaat sebelum kembali tak terlihat. Maka permukaan batu gelap terus memantulkan siluet Carterina yang telah bertransformasi - rambut emas dan mata hijau zamrudnya tampak jelas.
"Setelah dibersihkan oleh cahaya suci selama beberapa bulan, bahkan sihir yang paling mengerikan dan ajaib sekalipun tampaknya tak lagi berpengaruh..." Carterina melemparkan semua sihir pengintaian dan ramalan yang bisa dipikirkannya, namun hasilnya minim. Ia hanya bisa berdiri di tempat sambil tersenyum pahit mengejek diri sendiri.
Tentu saja, bukan berarti ia sama sekali tak mendapat petunjuk. Setidaknya dari jejak goresan pedang indah berhiaskan ornamen mewah dan pisau belati pada ubin, bisa disimpulkan satu hal: saat itu benar-benar tidak ada yang menggunakan tenaga supernatural. Jika tidak, jejaknya tak akan sedemikian dangkal - persis seperti bekas pedang biasa yang dilempar sembarangan oleh orang biasa ke lantai.
"Tidak menggunakan tenaga supernatural hanya menunjukkan dua kemungkinan: baik penyihir gelap sejati itu benar-benar dikendalikan pikiran oleh iblis, atau kekuatannya telah di-segel sebelumnya. Jika yang pertama, dalam keadaan tidak rasional dengan keinginan membunuh dan membinasakan, mustahil dia tidak menggunakan mantra paling ahli dan mematikan. Jadi, terlepas apakah dia mengagumi iblis atau tidak, saat itu pasti tenaganya telah tersegel." Carterina membuat inferensi sederhana.
Jika penyihir itu mengikuti pesta pembunuhan ini demi mewujudkan suatu keinginan, lalu dengan sengaja menahan diri dari menggunakan sihir - maka pada momen paling berbahaya, tidak ada keinginan yang lebih penting dari keamanan diri sendiri. Secara tidak sadar, pasti dia akan melepaskan mantra.
"Artinya, dari mayat penyihir ini kita bisa memahami bagaimana Sihirnya di-segel..." Carterina teringat sebuah petunjuk, tapi segera menggerakkan tangan kanannya dengan kesal, "Tapi penyihir ini sudah ditetapkan Gereja sebagai 'dalang sebenarnya peristiwa pemujaan Iblis', mayatnya digantung di tiang hukuman bakar dan dibakar, sialan Gereja."
Wanita yang biasanya sopan ini tak kuasa melontarkan umpatan. Dalam hal seperti ini, Gereja Utara tentu perlu mencari kambing hitam untuk menghibur bangsawan dan rakyat, kebetulan di TKP juga ada seorang Penyihir Gelap yang tewas.
Karena perabotan, altar, dan lain-lain telah dibersihkan secara total oleh Gereja, seluruh aula terlihat kosong melompong. Carterina berjalan mondar-mandir beberapa langkah, tiba-tiba teringat sesuatu: "Gulver pernah menyebutkan ada Ksatria di lokasi saat itu yang juga tewas. Menurut penalaran sebelumnya, jelas kekuatan darahnya juga tersegel... Dia seorang bangsawan, meski mayatnya tidak bisa dimakamkan di pemakaman keluarganya sendiri karena kasus pengagungan Iblis, tapi seharusnya masih dikuburkan di pemakaman publik yang layak, mengingat para bangsawan tak akan mengizinkan sesama bangsawan diinjak-injak secara sembarangan..."
Setelah menangkap petunjuk ini, ekspresinya sedikit bersemangat. Dia memanfaatkan momentum untuk memeriksa lantai atas dan ruang bawah tanah, sayangnya tetap tak menemukan hasil. Tepat saat hendak pergi, tiba-tiba dia merasakan mantra peringatannya terpicu. Dengan refleks, dia memutar kepalanya menatap jendela yang mengarah ke taman.
Kemudian, Carterina merasakan Kehendak Ksatria yang familiar menyusup melalui celah jendela bagai angin dingin, menyelidiki situasi di dalam dengan dingin dan berhati-hati.
Saat kehendak ini menyentuh tubuh Carterina, efek "Siluman Tinggi"-nya menciptakan riak-riak samar, memalsukan dengan sempurna seolah tak ada orang di sini.
Kreek... Setelah suara sangat halus yang bahkan terdengar di keheningan malam, jendela itu perlahan terbuka ke belakang. Sebilah es tipis segera meleleh menjadi butiran air, dan dengan cepat "pelaku" pembuka jendela ini menghilang tanpa jejak.
Siluet hitam menyelinap masuk, bertubuh tinggi kekar. Kedua tangan menampakkan lapisan pola unik bagai kepingan salju.
"Yakov, ternyata dia juga datang..." Carterina berdiri tegar di pusat aula, mengawasi dengan tenang siluet ini yang berkeliling melakukan pemeriksaan. Dari aura yang familiar itu, tak sulit baginya menilai identitas lawan.
"Tapi, dia tidak terlalu terkejut dengan kehadiran Yakov di sini. Saat Anna menyebutkan penyihir yang mati, dia sudah terlihat agak tidak normal."
Yakov memeriksa sekeliling, setelah memastikan tidak ada benda mencurigakan atau jejak yang aneh, akhirnya dia menghela napas lega. Namun sama sekali tidak menyadari Carterina yang berdiri di belakangnya, meskipun posisinya begitu terbuka.
"Awalnya ingin mempertimbangkan cara menginterogasinya. Karena kebetulan bertemu, jangan sia-siakan kesempatan..." Mata hijau Carterina berkilat sesaat sebelum mengambil keputusan.
Yakov meluruskan posturnya, bersiap menuju kamar di lantai atas. Tiba-tiba, rasa tak nyaman menyelinap dalam hatinya. Pengalaman bertahun-tahun sebagai tentara bayaran membuatnya langsung menerjang ke depan tanpa berpikir. Tubuhnya mulai membesar, dikelilingi kristal es. Dalam hati yang dipenuhi keterkejutan, dia bergumam, "Ada penyergapan?"
Begitu pikiran itu muncul, kepalanya mendengung tiba-tiba. Pandangannya menjadi samar-samar, seakan tenggelam dalam kabut tebal.
“Aku punya pertanyaan untukmu.” Lalu, terdengar suara yang samar-samar dan tidak jelas jenis kelaminnya.
Meski suaranya aneh, di hati Yakov suara ini terasa begitu familiar dan mulia. Seperti Tuhan yang biasa disembahnya, juga seperti gadis yang diam-diam disukainya. Tanpa perlawanan, ia menjawab dengan sedikit merayu: "Pertanyaan apa?"
"Apa hubunganmu dengan penyihir yang mati di sini? Mengapa kau menyelidiki?" Suara itu terus bergema.
Pertanyaan ini menyentuh ketakutan terdalam Yakov. Secara tidak sadar ingin menolak, tapi kondisi tunduk dan mengagumi yang tak bisa dijelaskan membuatnya jujur: "Awal Mei lalu, aku kebetulan bertemu Penyihir Gelap Sejati dan sempat bekerja sama dengannya."
“Aku memberikannya laporan intelijen, memandunya ke bawah tanah dataran untuk mencari berbagai sumber daya. Sebagai imbalan, dia memberikanku data tentang pengaktifan darah. Berdasarkan materi ini, aku memperbaiki kesalahan masa lalu dan menemukan jalan menjadi Ksatria resmi. Kemudian, unit tentara bayaranku menerima misi lain ke dataran es. Setelah kembali, barulah kudengar penyihir ini terlibat dalam pemujaan iblis.”
“Karena khawatir kasusnya akan menjeratku, sementara aku sedang dalam proses penobatan resmi yang kritis, aku datang untuk menghancurkan semua petunjuk yang tersisa.”
Carterina mengerutkan kening: “Mengapa urusannya bisa mempengaruhimu? Bukankah dia bertindak sendirian saat bekerja sama denganmu?”
Penyihir Gelap Sejati itu sudah tewas. Jika ada benda-benda milik Yakof yang tersisa, pasti dia sudah diinterogasi Gereja saat kembali ke Karlkater City. Kerja sama sementara seperti ini tidak akan meninggalkan jejak.
“Ya, hanya dia sendiri.” Yakov menjawab dengan jujur, seperti menghadapi atasan yang ia setiai.
Sendirian? Padahal dia datang ke Kota Karter bersama beberapa rekan, tapi meninggalkan mereka untuk bekerja sama dengan Yakov... Carterina merangkul kedua tangan, menirukan gerakan favorit Haiti dan Leirilya, "Masalah yang satunya lagi?"
"Karena... karena kerja sama kami diperkenalkan oleh Sir Duda. Sebelum berangkat ke dataran es, Tuan Penyihir Gelap ini dengan gembira memberitahuku bahwa Sir Duda bersiap mengundangnya ke pertemuan rahasia. Ini kesempatan emasnya untuk memasuki lingkaran mereka." Yakov ragu sejenak, namun akhirnya mengaku terus terang, "Aku tak tahu lingkaran macam apa itu. Tapi Sir Duda selalu kuat dan mistis, menguasai tatanan bawah tanah Kota Karter. Pasti ada orang penting di belakangnya. Aku khawatir urusan penyihir ini terkait dengan dia..."
“Jika gereja menyelidikinya, kami para tentara bayaran yang pernah kontak dengan penyihir pasti akan dihabisi olehnya. Kebetulan aku tahu si penyihir itu suka menggunakan kode rahasia untuk menandai persoalan, dan pernah beberapa kali melihatnya. Jadi aku berniat mencari dan menghancurkan semua tanda rahasia itu.”
Carterina merenung sejenak:”Sir Duda masih hidup?”
“Tentu, hidup dengan baik. Pagi ini aku masih melihatnya di balai kota.” Karter menjawab dengan tubuhnya gemetar ringan, seolah sangat takut pada Sir Duda tersebut.
Setelah melakukan pemeriksaan berulang kali tanpa hasil lebih lanjut, Carterina meminta Karter menjelaskan ciri khas tanda rahasia si penyihir. Kemudian dengan Transformasi Gas, dia meninggalkan aula dan kembali ke penginapan.
Di dalam aula, Yakov "menerima" perintah dari Carterina, berdiri terpaku seperti patung hingga hembusan angin dingin dari jendela yang terbuka membuatnya menggigil. Barulah ia tersadar, merasa seperti baru bangun dari mimpi buruk di mana ia tanpa sadar telah membocorkan rahasia dalam hati kepada orang asing.
"Terlalu, terlalu mengerikan... Sihir lingkaran kelima 'kekuasaan atas manusia'?" Yakov mencoba membuat hipotesis berdasarkan pemahamannya tentang kejadian tadi, "Apakah Majelis Sihir mengirim penyelidik?"
"Untung penyihir kuat itu hanya membutuhkan petunjuk, tidak berniat membunuh..." Pikir Yakov dengan ketakutan pasca-kematian. Dalam situasi seperti itu, hidup atau matinya sepenuhnya tergantung pada keinginan lawan.
“Kupikir setelah berhasil mengaktifkan kekuatan darah dan menjadi Ksatria, akhirnya aku bisa disebut sebagai petarung kuat, bisa melepaskan diri dari kehidupan berbahaya yang tak terkendali. Tapi sekarang baru kusadari, menjadi Ksatria baru permulaan, masih ada banyak ancaman di atasku. Penyihir Gelap lima cincin tadi saja sudah jauh melebihi kekuatanku, apalagi penyihir tingkat tinggi atau Ksatria Langit...”
Yakov mengendalikan pikiran dan buru-buru pergi. Tertiup angin dingin, barulah ia menyadari keringat dingin di punggungnya telah membasahi pakaian.
……
Keesokan harinya, Yakov dengan penampilan normal pergi ke guild petualang untuk urusan administrasi. Carterina terus menggali informasi dari Anna tentang identitas ksatria yang tewas dan lokasi pemakamannya.
Malam harinya, setelah mendapatkan laporan intelijen, Carterina memasuki pemakaman yang rapi namun suram ini, dan menemukan makam ksatria yang telah meninggal.
"Saat dia sedang membuka liang kubur dengan sihir, tiba-tiba terdengar tawa bernuansa magnetik seorang pria dari pohon di belakangnya: "Penyelidik Majelis Sihir?"
"Siapa?" Carterina berbalik dengan siaga, padahal saat pemeriksaan sebelumnya tak ditemukan tanda-tanda kehadiran orang. Ini membuktikan kemampuan penyamaran pria ini sangat luar biasa.
Di atas pohon berdiri pria tampan berambut pirang mengenakan kemeja hitam dan mantel merah, dengan tak pantas memegang segelas anggur merah: "Selamat malam, wanita sejati. Anda bisa memanggilku Viscount Carlondia."
"Viscount Carlondia? Cucu Tuan Rhine?" Carterina segera menghubungkan sosok pria di hadapannya dengan deskripsi guru tentang Viscount vampir.
"Hah?" Viscount Carlondia mengusap wajahnya dengan ekspresi agak kesakitan, "Aku sudah terkenal sampai segitu? Siapa gurumu?"
"Guruku adalah Yang Mulia 'Penguasaan Atom'." Carterina merasa sedikit lega mengetahui ini adalah kenalan sang guru.
“Monster itu... eh, tidak...” Viscount Carlondia spontan berkata, lalu tersenyum menutupi perasaannya: "Gurumu adalah bakat sejati, aku sangat mengagumi. Ngomong-ngomong, aku datang untuk menyelidiki kematian misterius keturunanku, sepertinya tujuan kita sama."
