Leirilya dan Cherie berdiri di luar laboratorium kecil, mengawasi "pintu teleportasi" yang cahayanya semakin suram dan pola sihir yang pudar, enggan beranjak setapak pun. Hati mereka seolah dicakar kucing yang menggaruk-garuk, sungguh sulit menahan rasa penasaran.
Setelah beberapa lama, Ophelia di samping baru berkata: "Kita berdiri di sini juga tidak ada gunanya, lagipula tidak tahu kapan mereka bisa kembali. Lebih baik sibuk dengan urusan sendiri saja. Bagaimanapun, setelah Haiti dan yang lain kembali, pasti akan memberitahu pengalaman mereka."
Selama tidak menyangkut rahasia, Haiti memang tidak pernah bisa menyimpan kata-kata.
"Hm, masih banyak eksperimen terjadwal yang harus dilakukan, harus menganalisis data, merancang eksperimen baru, melakukan analisis sihir..." Leirilya awalnya hanya ingin menyetujui ucapan Ophelia, tapi semakin diucapkan, semakin merasa hidupnya terasa "suram".
Lazare mengangguk perlahan, lalu menepuk tangan keras-keras. Setelah semua perhatian teralihkan, dengan senyum berkilauan ia berkata: "Jangan hanya menunggu di sini. Siapa yang tahu ke mana Evens mereka pergi, berapa lama baru bisa kembali. Lebih baik pulang dan selesaikan eksperimen masing-masing dulu."
Saat berbicara dengan Lucien dan teman-teman dekatnya, dia selalu langsung memanggil "Lucien". Namun di Lembaga Penelitian Atom, demi menghormati "direktur", ketika membicarakan Lucien dengan asisten tingkat murid, dia menggunakan sebutan "Ivens".
"Baik, Tuan Lazare." Lovi dan asisten tingkat murid lainnya melirik laboratorium kecil dengan enggan berpisah, menahan rasa penasaran mereka sambil berjalan perlahan ke laboratorium masing-masing.
"Tidak tahu Guru mereka diteleportasi ke mana ya?" Cherie bertanya dengan kebingungan kepada Leirilya.
Leirilya berpikir sejenak lalu menjawab: "Seharusnya terkait dengan penelitian bidang mikroskopis. Kalau tidak, Guru tidak akan menempatkannya di dalam lembaga penelitian. Beliau bisa saja mengajukan proyek penelitian sihir baru."
Kedua gadis itu terus mengobrol sambil berbalik badan, bersemangat menduga-duga "tujuan" formasi sihir sang Guru——meski setelah Haiti dan yang lain kembali, pasti mereka akan mengetahuinya, tapi bukankah bagian paling seru dari hal yang memicu rasa penasaran ini justru terletak pada proses menduganya?
Leirilya dan Cherie belum berjalan beberapa langkah, tiba-tiba merasakan letusan fluktuasi sihir di belakang mereka. Dalam indra medan energi spiritual, pola-pola sihir di laboratorium kecil satu per satu menyala, terus-menerus menyuling energi dari "Menara Sihir Alin", memancarkan cahaya keperakan yang murni.
Dalam panorama cahaya bak mimpi itu, "gerbang teleportasi" yang suram tiba-tiba bersinar kembali, transparan namun menyilaukan.
"Sudah kembali?"
"Yang Mulia Ivens dan yang lain sudah kembali?"
Dalam rangkaian suara kebingungan dan kegembiraan, Ophelia, Lovi, dan lainnya yang sedang berjalan perlahan kembali ke laboratorium masing-masing tiba-tiba melompat seperti kelinci. Kecepatan reaksi dan kelincahan mereka seolah-olah telah menunggu momen ini sejak lama.
"Pintu Cahaya" tiba-tiba meletus, menyapu seluruh laboratorium kecil dengan kilatan murni yang tak bercacat.
Saat cahaya itu menghilang, "pintu teleportasi" pun lenyap. Yang tersisa di pusat formasi sihir hanyalah lima siluet - Lucien, Annik, dan yang lainnya.
"Haiti, kalian ke mana saja?"
"Haiti, apa yang kalian lihat?"
Leirilya dan Cherie spontan berseru, sama-sama mengarahkan pemeriksaan mereka ke Haiti. Siapa lagi yang pantas ditanya selain si mulut ember ini!
Haiti yang masih berkunang-kunang pasca-teleportasi langsung mendengar pertanyaan dua sahabatnya. Sambil mengusap dahinya, ia terkekeh: "Kalian pasti tidak akan menyangka ke mana kami pergi. Benar-benar tempat yang 'romantis'."
“Romantis?” Lazare tak tahan mengulangi kata kunci yang terdengar sedikit janggal ini.
“Romantis…” Leirilya dan Cherie tak bisa membayangkan, berbagai tempat yang mereka duga sebelumnya sama sekali tidak terkait dengan "romantis" - ini kan Lembaga Penelitian Atom!
Haiti tersenyum bangga: “Ya, tempat yang sangat romantis, melebihi semua pemandangan romantis yang pernah kulihat!”
Melihat ekspresi bingung rekan-rekannya, rasa pusingnya langsung menghilang.
“Eh… Mungkinkah langit berbintang?” Ophelia bertanya dengan ragu.
Haiti tertegun sejenak, lalu heran bertanya: “Bagaimana kamu tahu?”
“Benar langit berbintang?” Leirilya membalas dengan wajah terkejut.
Ophelia melihat semua sorot mata terkumpul pada dirinya, dengan malu-malu berkata: "Aku hanya teringat satu edisi 'Alin Impression' yang menyelidiki pemandangan romantis dalam benak para penyihir. Peringkat pertama adalah malam hari mendongak langit berbintang. Ini bisa merasakan keagungan alam semesta dan kekerdilan diri sendiri, sekaligus mengalami keterlepasan sungai takdir dari segala sesuatu, tanpa gangguan apapun. Jadi, barulah aku berani mengajukan hipotesis bahwa kalian pergi ke langit berbintang..."
“Objek penyelidikan pasti didominasi penyihir Astral!” Haiti bergumam, "Baiklah Ophelia, tebakanmu benar. Kami memang pergi ke langit berbintang. Guru mendirikan stasiun observasi alam semesta di sana untuk kami mempelajari sinar kosmik dan mengamati asteroid yang melintas. Leirilya, Cherie, kalian pasti tak bisa membayangkan sensasi berada di tengah bintang-bintang. Kegelapan yang tak terbatas, gelap gulita yang tak berujung, dengan butiran bintang bagai titik putih yang menyilaukan tertanam di dalamnya, tanpa sedikitpun kilauan, bagai lukisan abadi yang tak berubah sejak zaman purba."
Dia semakin bersemangat saat berbicara: "Hanya yang benar-benar pernah ke langit berbintang, barulah bisa memahami betapa kecilnya diri kita, barulah bisa memahami keagungan seluruh alam semesta, menumbuhkan rasa kagum yang tulus dari dalam hati, merasa alam semesta begitu suci, jauh melebihi kesucian tuhan mana pun yang diagungkan secara lisan! Baru sekarang aku benar-benar memahami ucapan tegas Yang Mulia Ketua Dewan saat menolak Paus Viken. Bagaimana mungkin orang yang pernah mengalami 'lautan bintang' dan menjadikannya target, bisa tertarik pada 'tuhan' yang bersembunyi di planet kecil ini?"
Deskripsi Haiti membuat mata Leirilya, Cherie, Ophelia, dan penyihir lain yang relatif emosional berkaca-kaca, seolah mereka sendiri berada di tengah langit berbintang, merasakan sensasi yang sulit diungkapkan. Sementara Lazare, Jerome, dan penyihir aliran elemen juga terlihat tersentuh, seolah mendapatkan pencerahan tertentu.
Di sebelah, Lucien menggelengkan kepala dengan geli, "Apakah 'Stasiun Observasi Alam Semesta' juga memiliki makna pendidikan seperti ini? Dapatkah membantu para penyihir membentuk pandangan hidup, pandangan dunia, dan nilai-nilai yang sehat, menemukan pengharapan terakhir bagi perasaan batin, serta tidak terpengaruh oleh hasutan Gereja Kebenaran?"
"Guru, kapan... kapan kami bisa pergi ke Stasiun Observasi Alam Semesta?" Leirilya menatap Lucien dengan mata berbinar-binar setelah mendengar deskripsi Haiti. Ekspresi dan gerak-geriknya sama-sama memancarkan rasa tidak sabar.
Cherie, Ophelia, dan wanita-wanita lainnya juga demikian. Meskipun Lazare, Rock, Lovi, dan para pria tidak berkata apa-apa serta berusaha mengendalikan perasaan mereka, sorot mata membara mereka telah "membocorkan" hasrat mereka secara gamblang.
Lucien terkekeh: "Ini untuk kalian melakukan eksperimen. Dan demi menghemat pengeluaran teleportasi, sekali naik harus tinggal di sana selama satu minggu. Jika hanya satu dua jam, berada di langit berbintang memang romantis. Tapi kalau lama-lama? Kegelapan tak bertepi, kekosongan nan luas, kesepian abadi tak berubah—ini akan membuat kalian merasa hampir gila. Meski ada empat rekan, perasaan ini tak bisa diimbangi romansa. Hanya bisa beradaptasi perlahan. Kalian harus siap secara psikologis, atau aku tak akan mengizinkan naik."
"Guru, tenang saja. Saya tidak masalah tidak berbicara selama sebulan," Annik segera menyatakan.
Haiti yang ceria mengerutkan kening, tetap buru-buru berkata: "Guru, di atas sana sebagian besar tenaga kami akan terkonsentrasi pada eksperimen. Sekeliling yang kosong, gelap, sepi—tak akan mempengaruhi kami."
"Kalau begitu buat masing-masing rencana penelitian. Aku akan pilih yang persiapan paling detail," Lucien tersenyum.
Haiti "diam-diam" berkata pada Carterina dan yang lain: "Benar-benar senyum iblis..."
Demi "romantisme penelitian okultisme" itu, mereka segera berpencar dan mulai menyusun rencana eksperimen sinar kosmik dan langit berbintang nan luas.
"Leirilya, saat kita sampai di stasiun observasi alam semesta, kau akan benar-benar memahami perasaan yang kugambarkan tadi... Aku pernah membayangkan suatu adegan dimana aku duduk sendirian di stasiun observasi, memeluk lutut di tanah, dikelilingi kegelapan tak bertepi dan bintang-bintang jernih di segala penjuru - tanpa makhluk hidup lain selain diriku... Andai bisa melihat planet kita dari sana, sensasi mengatasi segalanya dan ketenangan yang melampaui segala sesuatu pasti akan lebih luar biasa!" Haiti terus menerus bercerita pada Leirilya, setiap orang memiliki romansa tersendiri di hatinya.
Leirilya tidak merasa Haiti cerewet, malah mendengarkan dengan penuh perhatian sambil berkomentar: "Bahkan tanpa adegan yang kamu bayangkan, sekadar bisa berada di langit berbintang saja sudah membuat sebagian besar Ahli Sihir Oskur iri."
"Haha, terutama anggota-anggota Menara dan Astral itu, pasti iri sampai ingin membenturkan kepala ke tembok! Siapa suruh kita punya guru hebat!" Haiti teringat beberapa temannya, semakin lebar senyumnya.
……
Menara.
Samantha sedang asyik mempelajari bagan bintang terbaru yang digambar, tiba-tiba mendengar langkah kaki tergesa mendekat, diikuti suara dok, dok, dok di pintu kamarnya.
"Rachel, ada apa terburu-buru?" Samantha mengangkat kepala sambil membuka pintu dengan sihir.
Rachel dengan semangat berapi-api berkata: "Yang Mulia Ivens telah membangun stasiun observasi di luar angkasa untuk meneliti sinar kosmik dan bagan bintang!"
"Alam semesta? Observatorium?" Samantha mengulangi dengan bingung.
"Hm, Haiti dan yang lain sudah mengunjungi observatorium kosmik ini, benar-benar berada di tengah langit berbintang. Perasaan yang dia gambarkan itu sungguh, sungguh..." Rachel mengulang kata "sungguh" berkali-kali tanpa bisa melanjutkan, namun wajah penuh kekagumannya tak bisa disembunyikan.
Samantha langsung berdiri, bergumam pelan: "Berdiri di antara bintang?"
Langit berbintang yang megah adalah tempat paling suci dan mulia dalam hati setiap penyihir Astral. Mampu mengembara di antara bintang-bintang merupakan salah satu motivasi mereka untuk menjadi Penyihir Legendaris. Dan sekarang, bisa mengalami itu lebih awal?
"Benar! Para Ahli Sihir Oskur di Menara sedang riuh rendah. Ada yang mengusulkan kita sendiri membangunnya, ada yang sudah mengajukan permohonan ke Komite Penelitian untuk meminjam Observatorium Kosmik Lembaga Penelitian Atom!" Rachel berseru antusias, "Cepat, kita juga harus menyusun rencana penelitian!"
Meskipun "Stasiun Observasi Alam Semesta" Lucien adalah benda level sembilan raksasa yang mendekati legenda dengan konsumsi material sangat besar, dan Majelis Sihir tidak mampu membiayai banyak, namun pada akhirnya bukan benda legenda sehingga menara-menara tinggi masih bisa membiayai satu atau dua unit.
Samantha berkata dengan ragu: "Apakah perjalanan menuju 'bintang dan lautan' sudah dimulai secepat ini..."
