“……Semakin jauh menyusuri Lautan Tak Bertepi, semakin kuat perasaan seperti tenggelam dalam kabut, meski kenyataannya tak ada setitik uap pun di sekeliling……”
“……Sinar matahari yang menyinari dari langit terlihat pucat dan suram, membuat sekeliling terasa samar-samar seolah berada di dunia lain yang hampir mustahil berkomunikasi dengan luar……”
“……Berusaha mundur mencari titik awal kelainan ini, namun tak kunjung ditemukan. Sepertinya ini proses perubahan kecil dan bertahap dari akumulasi kuantitas menuju transformasi kualitatif yang sulit ditentukan batas pastinya……”
“……Bagaimanapun menentukan lokasi berdasarkan matahari, bintang, atau lingkungan sekitar, pada akhirnya selalu kembali ke tempat yang pernah dilalui sebelumnya. Hal ini sangat berbeda dengan penerbangan dari tanah menuju alam semesta……”
Di dalam Atom Semesta, Lucien menyimak data di tangannya dengan penuh konsentrasi. Ini adalah pengalaman penyihir-penyihir generasi terdahulu dalam menjelajahi kedalaman Lautan Tak Bertepi, sebuah kekayaan berharga layaknya upaya para Penyihir Legendaris dan Mage Agung yang mencoba terbang ke orbit dari tanah alih-alih menggunakan lompatan ruang.
Menurut penjelasan mereka, mulai dari ketinggian tertentu, langit juga memberikan sensasi terperangkap kabut seperti di kedalaman Lautan Tak Bertepi. Karena keberadaan lapisan atmosfer itu sendiri, ilusi ini semakin nyata sekaligus samar, sulit dibedakan. Oleh karena itu, terbang dari tanah ke orbit yang ditargetkan lebih sulit daripada kondisi normal. Bahkan para legenda lebih memilih lompatan ruang. Namun bagaimanapun juga, penerbangan ini tidak akan berputar di tempat. Selama menggunakan posisi bintang sebagai patokan, akhirnya akan keluar.
Namun demikian, karena keterbatasan syarat eksternal dan internal, saat ini Douglas dan para Penyihir Legendaris lainnya masih belum bisa memberikan titik batas kuantitatif untuk sensasi ini. Mereka belum bisa menentukan secara pasti dari ketinggian berapa pengamatan terhadap tanah sepenuhnya tenggelam dalam "kabut", sehingga secara alami mustahil mempelajari misteri di dalamnya.
Setelah pencarian "Matahari" yang gagal kali ini, fokus Douglas tertuju pada hal ini. Ia merenung dalam-dalam, berusaha menemukan cara untuk menentukan titik batas, sepertinya ia berencana menggunakan item alkimia dengan kecerdasan buatan untuk menghilangkan semua gangguan subjektif. Oleh karena itu, ia banyak memberikan dukungan pada penelitian Haiti dan timnya.
Natasha yang mengenakan baju zirah lengkap berwarna keabuan, membawa Pedang Kebenaran, masuk dengan semangat: "Kapan kita berangkat?"
Perluasan kota Lentat telah berjalan lancar. Darah ksatria dalam pembuluh darahnya mendidih memanggil pertempuran. Jika Lucien tidak ikut, ia bahkan berencana pergi sendiri ke celah Abyss di Hutan Sterproep untuk petualangan. Iblis kacau seperti orang gila lebih cocok sebagai pilihan pertempuran karena setelah menjadi gila mereka tidak terlalu penakut - Dataran Berdarah telah dikuasai oleh Raja Iblis dari lapisan Abyss lainnya.
Dan eksplorasi Lucien ke kedalaman Lautan Tak Bertepi kali ini memang membutuhkan seorang rekan, agar bisa fokus melakukan eksperimen, merekam data, dan memindai lingkungan. Selain itu, terkadang intuisi Ksatria Epik lebih efektif daripada Penyihir Legendaris, terutama ketika terjadi perubahan halus pada raga.
Lucien tersenyum meletakkan data di tangannya: "Sepertinyalah yang terus-terusan menunda itu dirimu, bukan aku. Aku bisa berangkat kapan saja."
Sekarang adalah akhir April 828, Lucien telah berulang kali mempelajari data tentang kedalaman Lautan Tak Bertepi sambil menunggu Natasha menyelesaikan urusan terkini.
Natasha terkekeh palsu, lalu "Berpidato dengan Prinsip": "Sebagai seorang ratu, mana mungkin aku bisa pergi seenaknya! Apalagi sedang menghadapi tahap paling rumit dari perluasan Lentat, makanya tertunda sebulan."
Sebelum Lucien sempat menjawab, ia "gagah" melambaikan tangan: "Berangkat!"
Lucien tersenyum menggelengkan kepala, menatap kedua kaki panjangnya melangkah cepat, punggungnya tegak lurus.
……
Langit adalah biru muda yang jernih murni, lautan adalah biru tua yang suram dan bergolak, luas tak bertepi di segala penjuru, selain warna biru, tak ada apa-apa.
Angin berhembus tak terduga, hanya gelombang laut yang beriak menandakan keberadaannya. Tiba-tiba, dalam hembusan tak kasatmata, dua siluman perlahan muncul. Seorang pria mengenakan gaun panjang hitam berkancing ganda dengan topi tinggi senada, menggenggam arloji saku keperakan seolah memeriksa "waktu jamuan". Yang lain adalah wanita cantik berambut ungu tertiup angin, zirah keabuan di tubuhnya menambah kesan kaku dan dingin.
“Jarak ke kedalaman Lautan Tak Bertepi masih cukup jauh, kita terbang perlahan saja.” Lucien mengangkat pandangan melihat posisi matahari, matanya yang dalam seolah memantulkan bintang-bintang terang yang tersembunyi di balik sinar mentari.
Natasha memahami niat Lucien. Untuk mengeksplorasi rahasia di kedalaman Lautan Tak Bertepi, tentu tidak bisa langsung melakukan teleportasi ke dekat lokasi. Siapa yang tahu apakah sudah melewati wilayah dimana kelainan mulai muncul diam-diam. Cara terbaik adalah mendekat secara bertahap dari lokasi yang cukup jauh.
Sebelum sempat mengangguk, Lucien kembali mengingatkan: "Ingat untuk menguasai transformasi raga, jangan lewatkan perubahan abnormal sekecil apapun."
"Hm." Ia mengangguk perlahan, senyum licik mengembang di wajahnya bagai kucing yang baru mencuri ikan. "Bisa berguna dalam eksperimen pentingmu, aku benar-benar... ter... hormat... sekali..."
"" idiom ini telah dikonversi oleh Lucien ke dalam bentuk Bahasa Umum, namun untuk menyampaikan makna secara akurat, struktur kalimatnya cukup rumit dengan panjang yang mencengangkan. Natasha yang hanya mendengarnya sekali pun merasa kikuk saat mengulanginya.
Mendengar jawabannya, Lucien tak bisa menahan tawa. Rupanya julukan "Perusak Laboratorium" untuk dirinya masih tersimpan dalam hati Natasha.
"Tentu saja, ini bukan laboratorium." Lucien tak menyia-nyiakan kesempatan untuk melontarkan candaan pada Natasha.
Natasha memandang Lucien dengan senyum samar: "Hati-hati nanti aku tak mau berkoordinasi dengan 'eksperimen'-mu lagi. Lagipula aku ini perusak eksperimen."
Lucien berdehem, bertanya-tanya kapan "eksperimen" ini baru akan sukses.
Keduanya terbang perlahan di atas permukaan laut, membuat makhluk-makhluk Ras Laut yang melintas mendongak ke langit penuh keheranan: Bagaimana mungkin ada yang terbang lebih lambat dari kecepatan berenang kita?
Penerbangan seperti ini berlangsung selama dua hari penuh. Berkat sihir Lucien, tidak ada satupun makhluk Ras Laut yang ahli "melompat" atau burung buas yang mengganggu.
Tiba-tiba Natasha berhenti mendadak. Ia mengangkat kepala memandang bulan perak dan bintang-bintang yang jarang di langit, berkata dengan ragu-ragu: "Seperti... lebih berat sedikit?"
Senyum ramah di wajah Lucien langsung menghilang. Dengan gesit ia mengeluarkan sebuah rumah logam mini dari tas penyimpanannya.
Fluktuasi sihir tercipta. Rumah logam itu membesar di udara, berubah menjadi laboratorium dengan peralatan relatif lengkap. Kedua tangan Lucien menari-nari layaku memainkan piano, mengendalikan berbagai Formasi Sihir dan peralatan alkimia untuk mengukur parameter penting seperti gaya gravitasi, kelembaban, tingkat angin, suhu, posisi bintang, dll.
Natasha berdiri di udara sambil memegang pedang indah berhiaskan ornamen mewah, waspada mengawasi sekelilingnya.
Waktu berlalu detik demi detik, malam yang sunyi hanya diisi suara arus bawah yang bergolak. Sorot mata Natasha menyapu sekeliling beberapa kali sebelum akhirnya tertuju pada wajah Lucien. Karena posisi tempatnya berdiri, dia hanya bisa melihat profil wajah Lucien yang biasanya sudah sangat familiar. Wajah tampan itu kini tak lagi menunjukkan senyum ramah yang biasa, tak ada tatapan khusus padanya, hanya ekspresi fokus total dan sorot mata yang dalam.
Dalam interaksi seperti ini, Natasha justru tidak merasa bosan atau kesepian. Sebaliknya, muncul perasaan hangat yang penuh kedamaian dan ketenangan. Sambil mengamati profil wajah Lucien yang sedang berkonsentrasi, senyum pun mengembang di wajahnya.
Tiba-tiba, suara air bergemuruh dari bawah. Sebuah bayangan hitam raksasa muncul di permukaan laut.
Gemerisik, berdesir, seekor raksasa laut sepanjang puluhan meter muncul. Hitam pekat seperti bukit kecil, wujudnya mirip buaya air tawar namun berukuran luar biasa besar dan aneh. Seluruh sisiknya memantulkan warna-warna belang di bawah cahaya bulan perak, memancarkan aura yang mengerikan dan penuh kekuatan kasar.
Ini adalah raksasa laut yang menguasai perairan sekitar! Ia merasakan invasi makhluk yang mengancam wilayahnya!
Natasha memalingkan kepala, matanya menyipit perlahan. Di dalam pupil perak-ungu yang transparan, kilatan pedang abu-abu perak seolah bersinar.
Tiba-tiba raksasa laut itu membeku di langit, lalu berbalik panik menyelam ke bawah laut seolah nyawanya terancam.
Meski dirinya raksasa laut, mereka lebih mirip monster!
"Nalurinya cukup tajam." Suara Lucien yang tersenyum sampai di telinga Natasha.
Natasha agak malu bertanya, "Apakah aku mengganggumu?"
Meski suami-istri tak perlu sungkan, namun sebagai seorang Ksatria, Natasha tetap merasa dirinya lalai sedikit, seolah belum sepenuhnya menunaikan tanggung jawab.
"Tidak, data sudah terkumpul semua." Lucien menyimpan laboratorium portabelnya.
Natasha pun tersenyum cerah bertanya: "Ada masalah yang ditemukan?"
"Satu set data belum bisa menunjukkan apa-apa." Jawaban Lucien seolah mengisyaratkan arahan yang jelas dalam benaknya.
……
Di kedalaman Lautan Tak Bertepi, Natasha mengawasi pulau kecil yang diselimuti tumbuhan merah aneh, ekspresinya serius: "Kita kembali ke wilayah yang baru saja kita lewati."
"Benar." Selama sebulan ini Lucien telah mengumpulkan banyak data, namun tetap tak bisa menghindari pengalaman serupa.
"Ada temuan?" Natasha yang hanya merasakan perubahan raga halus sesekali, sama sekali tak mendeteksi kelainan, akhirnya bertanya pada Lucien tentang analisis datanya.
Lucien menjawab dengan kalimat tak terkait: "Dari data yang kumiliki, di kedalaman Lautan Tak Bertepi terdapat 'Pintu Biru Muda' mistis."
"Benar, 'Kunci Biru Muda' memang berasal dari 'Pintu Biru Muda' di kedalaman samudera tak berujung yang melahirkan material legenda. Melalui proses pembuatan oleh petarung-petarung terkuat Ras Laut selama generasi ke generasi, akhirnya menjadi salah satu dari tiga belas benda legenda lapisan empat yang ada saat ini. Namun, 'Pintu Biru Muda' sama seperti 'Langit Berbintang Kacau', hanya bisa ditemukan oleh petarung terkuat Ras Laut yang telah menguasai 'Kunci Biru Muda', atau mereka yang diberkahi kasih Tuhan." Natasha mengingat data yang pernah dibacanya, "Banyak legenda meragukan keberadaan 'Pintu Biru Muda' itu sendiri, menganggapnya sebagai mitos yang diciptakan Ras Laut berdasarkan imajinasi mereka terhadap benda legenda 'Kunci Biru Muda'."
"Bagaimanapun juga, kita harus mencari." Kata Lucien seolah ingin menegaskan sesuatu.
Tiba-tiba, nyanyian melengking yang tak jelas sumbernya menggema, membuat Lucien yang merupakan legenda tingkat tiga ini pusing sesaat. Jiwa seolah tertarik oleh getaran suara itu.
“Berhati-hati.” Lucien menguasai sihir, membuat Natasha yang sedang berjuang keras segera melepaskan diri dari kondisi aneh.
“Nyanyian putri duyung? Putri duyung level legenda?” Natasha menatap ke arah datangnya suara nyanyian.
