Lucien menutup matanya rapat-rapat, kembali merasakan "langit berbintang" yang ilusif itu turun ke dunia. Keberadaannya begitu transenden, begitu luas, memandang segala sesuatu dari ketinggian dengan dingin dan abadi.
Proyeksinya memasuki dunia kognitif semi-stabilisasi Lucien, menanamkan tenaga tak terduga yang membuat seluruh lingkungan semakin jelas dan nyata bagai dunia sesungguhnya. Bersamaan itu, Bintang Nasib Utama yang cemerlang tiba-tiba menyala dengan "api" berkobar-kobar, terus-menerus mengalami "fusi" layaknya "bintang sejati". Sementara kegelapan yang seolah bisa menelan segalanya itu memancarkan tarikan mengerikan, membentuk keseimbangan baru.
Awan elektron yang menyebar, partikel bermuatan yang saling bertukar foton virtual, serta Gaya Elektromagnetik yang mereka simbolkan, semakin mendekati "keberadaan yang nyata".
Dalam suara gemuruh yang aneh, dunia kognitif Lucien mulai berevolusi menuju bentuk padat, mengarah pada status yang harus dimiliki legenda tingkat puncak!
Saat ini, Lucien tidak fokus memelihara dan mengamati "transformasi dunia kognitif", melainkan tiba-tiba membuka matanya seolah mencari "dunia realitas" yang belum pernah ditemukan di sekitarnya, "dunia realitas" yang memberikan umpan balik.
Jika ada Penyihir Legendaris atau Ksatria Epik lain yang mengetahui, pasti akan menahan diri untuk tidak mencemooh. Sejak mengetahui fenomena "umpan balik dunia nyata", para petarung legendaris sepanjang masa telah merancang berbagai cara untuk menemukannya dan mencoba menguasainya. Karena pasti mengandung misteri paling esensial dan inti dari dunia ini. Namun, baik yang di bawah tingkat legenda, legenda tingkat puncak, bahkan saat Tanos dan Viken melakukan kenaikan level menuju dewa, tidak ada yang berhasil menangkap jejak keberadaan "langit nyata (dunia)" kecuali umpan balik yang luar biasa besar itu.
Oleh karena itu, ini dianggap sebagai rahasia yang hanya bisa disentuh saat mencapai status Tuhan.
Mata Lucien terbuka. Kilatan cahaya yang menyilaukan dalam pandangannya seolah tertutupi sesuatu, menjadi lebih suram. Di sekelilingnya, terpantul jelas namun ilusi sebuah alam semesta yang luas tak bertepi, dipenuhi bintang-bintang. Alam semesta yang transenden dan tak terjangkau!
"Dunia realitas" yang selama ini hanya memberikan umpan balik dan membuat orang merasakan ilusi, kini terpampang jelas di hadapan Lucien!
Jika ada legenda atau makhluk mirip dewa lain, pasti sulit menahan keterkejutan mereka saat ini. Namun Lucien seolah sudah memprediksi hal ini, hanya tersenyum tipis dengan sudut bibir yang sedikit terangkat.
Tangan kanannya meraih ke depan. Langit berbintang yang tak terjamah di sekelilingnya tiba-tiba bertransformasi - menyusut dari galaksi raksasa menjadi sistem tata surya, hingga akhirnya planet biru muda yang familiar itu berhadapan dengan telapak tangannya. Di balik planet biru itu, bayangan samar "bola api raksasa" tampak mengintip.
Boom!
Proses pemadatan dunia kognitif Lucien semakin cepat. Bintang Nasib Utama yang menyala terang tiba-tiba memancarkan kilatan cahaya menyilaukan, seolah menyatu dengan "kehampaan" dan ingin bersinergi dengan "bola api besar" di dunia realitas!
Boom!
"Planet biru muda" menghilang, "bola api besar" mengisi seluruh "langit berbintang nyata", begitu megah, begitu dahsyat, begitu terang benderang, namun tetap terasa seperti ilusi!
……
Setelah kembali dari "Stasiun Pengamatan Alam Semesta" ke "Lembaga Penelitian Atom", Ali, Jane, Anderson dan yang lain masih dalam kondisi linglung. Menyatu langsung dengan bintang-bintang, menyaksikan alam semesta, menjadi saksi penemuan partikel baru—semua ini memberikan guncangan hebat pada jiwa mereka yang belum sepenuhnya matang. Mereka merasakan kemegahan "alam", menyadari betapa kecilnya diri mereka, sekaligus menumbuhkan "kekaguman" dan harapan tulus terhadap pengetahuan Okultisme yang mampu mengungkap rahasia kosmos dan dunia mikroskopis.
Saat ini, Ali tidak lagi seperti beberapa jam sebelumnya yang terus mengamati Jane diam-diam mencari celah untuk "kontak mata". Bersama Jane, dengan ekspresi bingung namun bersemangat, ia berdiri di sudut ruangan. Matanya kosong menyaksikan rekan-rekan lain yang riang gembira berjalan menuju teleportasi.
Tiba-tiba, Ali merasakan sinar matahari yang masuk melalui jendela terlihat lebih jernih dan terang, lalu tanpa sadar menengadah ke langit.
Cuaca musim gugur yang cerah dan sejuk, langit membentang biru muda istimewa. Di tengahnya, dua matahari menyilaukan berdampingan.
"Dua matahari?"
Ali bergumam penuh kebingungan. Tiba-tiba kesadarannya melonjak, suaranya meningkat dengan getaran tak terkendali:
"Lihat! Dua matahari!"
Seluruh penghuni Lembaga Penelitian Atom memandangnya bingung, tak memahami kegelisahan maupun maksudnya, meski setiap kata yang diucapkan jelas terdengar.
"Jangan-jangan... ada Tuan, eh Yang Mulia yang mencapai dunia kognitif semi-stabilisasi?" Seruan Cherie yang sudah berpenampilan wanita dewasa itu memecah kebisuan.
Lazare bergegas menuju jendela sambil menggelengkan kepala: "Tidak mungkin ini dunia kognitif semi-stabilisasi. Lingkungan sekitar tidak mengalami perubahan sama sekali - tidak ada suara menggelegar seperti halilintar, tidak ada titik-titik elemen cahaya yang berkumpul, kecuali... dua matahari..."
Suaranya tiba-tiba menjadi suram, sorot matanya membeku menatap langit yang benar-benar menampakkan dua matahari!
Baik itu semi-stabilisasi maupun stabilisasi penuh dunia kognitif, menurut catatan kitab-kitab sihir, hanya mempengaruhi lingkungan puluhan hingga ratusan kilometer saja sehingga menciptakan fenomena aneh. Kecuali dalam keadaan yang sangat khusus, seperti penemuan dimensi alternatif sebelumnya yang bisa dilihat oleh hampir seluruh alam semesta. Tapi kali ini, dua matahari ini hampir tak bisa dibedakan, jelas mustahil merupakan fenomena yang tercipta dalam lapisan atmosfer!
Dan jika fenomena ini terjadi di dekat matahari, cakupan propagasinya pasti terlalu luas!
"Kredibilitas Lazare jelas jauh melebihi Ali," Cherie, Lovi, Ophelia dan yang lain langsung berhamburan ke jendela, menatap langit. Serentetan suara tarikan napas tajam terdengar - benar ada dua matahari!
"Apa yang terjadi..." Ali bertanya dengan wajah terkejut dan bingung pada para Ahli Sihir Oskur terkenal di sekitarnya.
Lazare, Jerome dan yang lain terdiam. Mereka pun ingin bertanya tentang masalah ini pada seseorang!
Tiba-tiba mereka mulai bisa membedakan dua matahari itu: yang di kiri menyebarkan cahaya dan panas yang menyilaukan, sementara yang di kanan seperti gambar ilusi yang hampir nyata.
"Yang pasti terjadi sesuatu yang luar biasa..." Ophelia menggumam tidak sadar, tangannya gemetar. Ia belum pernah melihat fenomena seperti ini dalam catatan astrologi.
Karena fenomena dua matahari di langit selain membuat sinar matahari lebih jernih dan tembus pandang, tidak menyebabkan perubahan lain, maka seluruh Alin hanya segelintir orang yang kebetulan melihat ke langit yang menemukan situasi seperti mimpi ini. Keanehan yang muncul dari mereka membuat orang-orang di sekitarnya juga melihat pemandangan aneh "dua matahari di langit", namun siapa pun tidak tahu persis apa yang terjadi.
……
Kota Suci Rennes.
Paus Viken yang sedang mendengarkan laporan jauh dari Melmoth sambil memikirkan cara menahan masalah "Penguasa Neraka" Maldimor, tiba-tiba merasakan "Bintang Nasib Utama" dalam jiwanya berdenyut. Tuhan pun segera berpindah ke jendela dan menatap ke langit.
Di ufuk merah jingga pagi hari, dua bola api bagaikan matahari perlahan terbit!
"Ini..." Sekalipun Viken sangat berpengalaman, pemandangan seperti ini belum pernah ia temui. Bahkan untuk sementara sulit menilai apa yang sebenarnya terjadi. Baru setelah mengambil tongkat kerajaan platinum dan menggunakan sihir ramalan, ia agak terkejut berkata, "Lucien Evans menemukan matahari? Ia belum sempat mempelajari 'Pintu Biru Muda' secara mendalam..."
Ia sudah paham ini adalah fenomena saat Lucien menemukan matahari, mendapat umpan balik dari "dunia realitas", sehingga menyebabkan keanehan akibat kenaikan ke tingkat legenda puncak. Namun alisnya yang setengah putih tak bisa menahan kerutan: "Tidak mungkin ada dua matahari..."
Normalnya, seharusnya ada bintang terang yang muncul di samping matahari, bintang yang sulit terlihat jika tidak diperhatikan, bintang yang tertutupi sinar matahari.
Untuk sesaat, Viken merasakan kebahagiaan atas penemuan matahari sekaligus kekhawatiran akan hal yang tak diketahui.
……
Di Pegunungan Kegelapan, Kastil Kuno Pengamat.
Rhine mengangkat gelas anggur merahnya, menunggu kedatangan salah seorang keturunannya. Tiba-tiba, bahunya bergetar, dua sayap kelelawar hitam terkembang menutupi seluruh aula.
Di antara sayap hitam itu, bulan perak ilusif melesat naik, berubah menjadi "gadis remaja" dengan rambut keemasan yang diikat miring. Mata merah darahnya menatap ke luar jendela, menyaksikan bulan perak yang suram di tengah kegelapan, disaingi sinar matahari yang menyilaukan.
"Ini..." Gelas anggur Rhine membeku di bibirnya.
Aetna terus memandang matahari dengan tatapan kosong, hingga perlahan menghilang dan langit malam kembali normal. Barulah dia berkata dengan serius: "Dia menemukan matahari."
"Hmm, entah apakah dia bisa menjelaskan masalah ini." Rhine tersenyum.
Baik Aetna maupun Rhine, sepertinya tidak terlalu terkejut dengan hal ini.
Beberapa saat kemudian, Aetna baru bergumam pelan: "Tapi terlalu besar..."
……
Di dalam lautan biru muda, "Penguasa Neraka" Maldimor yang masih mempertahankan wujud ikan memegang trisula emas, duduk tinggi di atas takhta. Tiba-tiba, Tuhan mengangkat kepala menatap langit yang tertutup lapisan-lapisan gelombang, sudut bibirnya menampakkan senyum sinis.
Namun seketika, senyum sinis-Nya itu mulai tercampur keraguan dan kebingungan.
……
Di Pearl Archipelago.
Douglas terus mempelajari "proyek"-nya menggunakan item alkimia sebagai alternatif "lompatan ruang" untuk perlahan-lahan terbang menuju matahari. Tiba-tiba matanya membelalak saat merasakan langit berbintang yang ilusif namun nyata turun di atas "dunia kognitif"-nya, sikap angkuh itu memicu transformasi dahsyat pada "dunia kognitif".
Setelah beberapa lama, "dunia kognitif" yang terkristalisasi itu baru selesai berevolusi, seolah telah membentuk hubungan tingkat tertentu dengan alam semesta yang sesungguhnya.
Douglas tertawa dengan nada mengejek diri sendiri dan kebingungan: "'Dunia realitas' memberikan umpan balik? Aku tidak melakukan apa-apa..."
Ini benar-benar seperti duduk di rumah tiba-tiba kekayaan jatuh dari langit.
Dengan kecerdasannya, dia segera menemukan akar masalah: "Banyak teoriku dibangun di atas dasar keberadaan planet yang nyata. Asalkan ada yang menemukan planet, pasti aku akan menerima 'sisa' umpan balik sebelumnya. Apakah Lucien telah menemukan planet?"
Sampai saat ini, yang masih berusaha mencari planet hanya aku dan Lucien. Lagipula dia baru saja menyelesaikan eksplorasi di kedalaman Lautan Tak Bertepi!
Begitu menilai kemungkinan ini, Douglas segera menghubungi Brook. Setelah bergantian dijaga olehnya, Douglas berangkat menuju "Atom Semesta".
Ada terlalu banyak pertanyaan yang harus dia tanyakan langsung kepada Lucien.
……
"Dunia realitas" menghilang. Lucien memicingkan mata memandang "bola api raksasa" yang sangat jauh di kejauhan, dengan sedikit penyesalan dalam hati: "Masih kurang sedikit. Masih ada hal yang belum terkonfirmasi. Jika tidak..."
Dalam ucapannya, dua Bintang Nasib Utama di dunia kognitifnya saling melilit, saling mempengaruhi, dan bertumpuk. Seketika raganya menjadi ilusi, menyebar membawa kesan transenden, lalu cepat mengkristal kembali.
"Bukan hanya setan kuno yang bisa melakukan transformasi status..." Senyum sinis langka muncul di wajah Lucien. Kini dia telah benar-benar mencapai tingkat legenda puncak. Melalui umpan balik "dunia realitas" serta riset dan pemahamannya sendiri, dia menguasai metode "transformasi status" yang berbeda dari Viken dkk. Ini adalah model sihir yang telah menyatu dengan jiwanya, setara dengan kekuatan darah.
