Atom Semesta, Menara Babel.
Cahaya menyilaukan bagai air menyembur dari "Gerbang Ruang-Waktu", seketika membuat formasi sihir di sekitarnya menyala. Terciptalah tayangan ajaib garis-garis dan pola magis yang bergerak di langit.
Secara bersamaan, "Gerbang Ruang-Waktu" tidak lagi suram dan pucat, melainkan berkilauan memesona, diselubungi lapisan cahaya yang berdistorsi tak menentu.
Lapisan cahaya ini tiba-tiba menonjol ke luar, bagaikan siluman dengan wajah tak jelas. Perlahan siluman itu semakin nyata, menampakkan sosok Lucien.
Begitu Lucien melangkah keluar dari "Gerbang Ruang-Waktu", pintu besar yang memancarkan cahaya itu langsung suram dan pudar, membusuk dan hancur menjadi debu beterbangan. Garis-garis Formasi Sihir di sekelilingnya pun kehilangan kilauannya, retak berantakan, berubah menjadi tumpukan sampah.
Baru saat itulah Lucien menyadari bahwa di aula tidak hanya ada Natasha, tapi juga Yang Mulia Ketua Dewan. Sang pemimpin tertinggi itu kehilangan ketenangan dan kestabilan yang biasa terpancar, wajahnya terlihat sedikit gelisah - bukan kegelisahan karena ketakutan atau semangat berlebihan, melainkan kegelisahan untuk memecahkan pertanyaan dalam hati.
Namun Lucien tidak merasa aneh. Setelah menyadari "umpan balik dari alam semesta" dan melihat fenomena aneh di langit, jika Yang Mulia Ketua Dewan tidak datang mencari, justru itulah hal yang membingungkan. Sedangkan Natasha yang mengawasi proses teleportasinya, memahami bahwa terlepas dari berhasil tidaknya menemukan matahari, dirinya seharusnya bisa kembali dalam setengah hari, tentu menunggu dengan sabar di sini untuk memuaskan rasa penasaran mereka secepat mungkin.
"Bagaimana menemukannya?" Douglas tidak menunjukkan keterkejutan atau kecurigaan menanyakan apakah benar-benar menemukan, melainkan langsung bertanya mengapa.
Natasha membuka mulutnya seolah ingin berkata, lalu tersenyum dan menutupnya kembali. Awalnya ia ingin bertanya seperti apa bentuk matahari, apakah merupakan zat fisik yang nyata, seberapa jauh jarak teleportasi menuju sana. Namun mendengar pertanyaan Douglas, ia menahan diri demi menghormati proses pemeriksaan formal. Bagaimanapun, masih banyak waktu untuk bertanya nanti.
Lucien tertawa, sangat jarang melihat Yang Mulia Ketua Dewan begitu panik, seolah-olah dirasuki guru, bahkan melupakan satu hal yang harus segera dilakukan setelah naik ke tingkat legenda puncak.
"Yang Mulia Ketua Dewan, tunggu sebentar." Lucien menekan tangan kanannya, tiba-tiba membuka sebuah dunia yang nyaris seperti realitas di punggungnya. Di dunia ini, bintang-bintang di langit samar-samar mengelilingi bola api raksasa yang menyala-nyala, membentuk berbagai grafis rumit dan mistis. Di balik bola api, terdapat kegelapan pekat yang seolah mampu menyedot sorot mata dan jiwa.
Di bawah langit, proton dan neutron yang nyaris substansial membentuk inti atom. Mereka terkadang menyebar, terkadang menciut, bergabung dengan elektron dalam keadaan awan probabilitas membentuk berbagai elemen. Di area pengumpulan elemen yang berbeda, terdapat pemandangan indah berbeda-beda seperti cairan dan padatan yang memancarkan dingin ekstrem.
Cahaya berputar di antara objek-objek bermuatan listrik ini, seolah terbagi menjadi beberapa bagian, memetakan esensi Gaya Elektromagnetik yang terhubung harmonis dengan "kekuatan angin" di kehampaan sekitarnya.
Ambang seluruh alam semesta tampak melengkung samar, namun di luar kelengkungan itu seakan terhubung dengan sesuatu yang lain, memungkinkan transformasi dunia kognitif mempengaruhi dunia material.
Begitu melihat kelainan yang dihasilkan dari dunia kognitif yang mengeras ini, Douglas terkekeh mengejek diri sendiri - bagaimana bisa ia lupa bahwa setelah menjadi legenda tingkat puncak, perubahan dunia kognitif harus segera dipetakan ke semiplanar miliknya, membuat dimensi ini semakin mendekati Dimensi alternatif.
Dunia kognitif baru saja membuka, Menara Babel tiba-tiba berguncang hebat, getaran yang berasal dari planet tempatnya berada.
Alam semesta gelap di luar tiba-tiba dipenuhi kilauan cahaya yang menyilaukan. Planet-planet elemen memancarkan kecerahan tak terbayangkan, semakin nyata. Terutama bagian yang menyerupai matahari mulai membakar api, menyebarkan suhu mengerikan yang hampir seperti nyata.
Setelah perubahan "Atom Semesta" mereda, proyeksi "dunia kognitif" di belakang Lucien menghilang. Barulah Douglas bertanya lagi: "Bagaimana ini ditemukan?"
Lucien menjawab singkat: "Pertimbangan utamanya dua hal. Karena planet kita seolah diselimuti 'kabut', perjalanan ke kedalaman Lautan Tak Bertepi akan berputar-putar. Saat terbang ke luar atmosfer, pengamatan terhadap tanah akan hilang dalam jangkauan tertentu sampai masuk alam semesta. Maka kita harus berhipotesis: pertama, apakah cahaya yang masuk juga 'mengalami' kondisi serupa dan mengalami pelengkungan? Kedua, apakah planet lain juga diselimuti 'kabut' seperti ini?"
"Berdasarkan sintesis data yang kudapat dari kedalaman Lautan Tak Bertepi dan sebuah gagasan sebelumnya, aku melakukan koreksi terhadap perhitungan posisi matahari sesuai dua poin ini. Hasilnya benar-benar melihatnya……"
"Sejak lama, kami sudah mempertimbangkan apakah 'kabut' di lapisan atmosfer mengganggu jalur propagasi cahaya. Juga mempertimbangkan apakah ini penyebab mengapa kita tidak bisa melihat planet meski sudah melakukan teleportasi ke dekatnya. Tapi setelah bertahun-tahun, kita tetap belum bisa mempelajari 'kabut' secara tuntas, mempelajari keistimewaan kedalaman Lautan Tak Bertepi." Douglas mengungkapkan kebingungannya.
Generasi demi generasi Ahli Sihir Oskur bukanlah orang bodoh. Bagaimana mungkin tidak mempertimbangkan dua masalah yang diajukan Lucien, atau pengaruh 'kabut'? Masalahnya, mustahil menemukan penyebab dan keanehan dari hasil eksplorasi dan data, sehingga membangun model untuk ekspansi penemuan planet. Jika sesederhana yang dikatakan Lucien, matahari sudah ditemukan ratusan tahun lalu!
Jadi, yang paling menjadi perhatian Douglas adalah bagaimana Lucien bisa menemukan metode koreksi posisi matahari dari data, inilah kunci permasalahan sebenarnya.
Lucien mengembangkan lima jari kelingking tangan kanannya, lalu mengusap dagunya dengan agak ragu: "Saat ini aku hanya bisa menjelaskan secara kasar, 'kabut' dan keistimewaan di kedalaman Lautan Tak Bertepi seharusnya merupakan kelainan dalam dimensi ruang."
Natasha di samping langsung memahami bahwa hati Lucien memang penuh kontradiksi saat melihat gerakan tidak sadarnya, bukan sengaja tidak menjelaskan dengan jelas.
"Kelainan dalam ruang? Kelengkungan ruang termanifestasi sebagai gaya gravitasi. Memang ada keanehan dalam gaya gravitasi di sana, tapi..." Douglas merenung, mengombinasikan sikap enggan Lucien untuk menjelaskan, tiba-tiba ia tersadar, "Kamu khawatir penjelasanmu akan meledakkan kepalaku? Ini bertentangan dengan teori relativitas umum?"
Lucien mengusap dahinya, "Yang Mulia Ketua Dewan memang memiliki kecerdasan luar biasa. Hanya dari sikapku dan sedikit penjelasan, Beliau sudah bisa menyimpulkan kekhawatiranku: 'Ya, teori relativitas umum dan mekanika kuantum memang kontradiktif. Aku lebih condong ke kuantum, tapi saat ini aku juga tak bisa memastikan kebenaranku. Khawatir akan menyesatkan Yang Mulia. Jadi sebelum ideku diverifikasi lebih lanjut, aku tak bisa sembarangan mengungkapkannya.'"
"Kalau memang belum pasti benar, aku hanya akan mendengarkan saja tanpa menggoyahkan dunia kognitifku," Douglas tersenyum. "Jika kamu tak mau menjelaskan secara terbuka, berikan saja petunjuk. Aku akan mempelajari dan mengeksplorasinya sendiri. Dengan begitu, dalam prosesnya aku akan menyesuaikan pemahamanku. Meski hasil akhirnya bertentangan dengan teori relativitas umum, setidaknya dunia kognitifku tak akan hancur berkeping-keping."
Lucien mengangguk perlahan, "Sejak lama aku telah merenungkan mengapa planet tak bisa ditemukan. Tak ada petunjuk sama sekali, sampai aku membuka ruang rahasia keabadian dan melihat rahasia keabadian itu."
"Rahasia keabadian?" Douglas dan Natasha serentak bersuara, menunjukkan keheranan yang jelas. Ini terkait dengan rahasia keabadian.
Lucien menahan gelombang perasaan, dengan khidmat berkata: "Ketidakmampuan mendeteksi planet, kemengerikan lapisan atmosfer, keanehan di kedalaman Lautan Tak Bertepi, bintang-bintang di 'kuburan bintang' yang seolah tanpa gaya gravitasi, rahasia keabadian, Tungku Jiwa, bahkan 'dunia realitas' - semua ini adalah manifestasi berbeda dari masalah yang sama. Harus dilihat bersama-sama, jika dipisahkan untuk dipelajari tidak akan menemukan arah."
“Hm, sangat masuk akal.” Douglas merenungkan dengan seksama, memang merasa fenomena-fenomena tersebut memiliki kemiripan, seolah menyimpan misteri-misteri yang berdekatan. Namun segera kebingungan muncul, "Jika semuanya adalah manifestasi berbeda dari masalah yang sama, maka keanehan lapisan atmosfer dan keanehan di kedalaman Lautan Tak Bertepi seharusnya serupa. Lingkungan sekitar mereka secara esensial tidak berbeda. Tapi mengapa saat kita terbang ke lapisan atmosfer, hanya terhalang melihat tanah pada tingkat tertentu, tidak mengganggu penerbangan ke alam semesta? Sedangkan di kedalaman Lautan Tak Bertepi kita justru kembali ke tempat semula, terjebak dalam putaran abadi?"
Ekspresi Lucien sedikit berkerut: "Ini juga kebingunganku, aspek yang perlu diverifikasi. Aku telah membangun model matematika untuk keistimewaan kedalaman Lautan Tak Bertepi, namun model ini hampir mustahil terbentuk secara alami. Meskipun memang bisa terintegrasi ke dalam ruang abnormal itu."
"Tidak mungkin terbentuk alami, maksudmu buatan manusia?" Ekspresi Douglas pun ikut berubah serius.
Mata perak-ungu Natasha juga memancarkan kebingungan. Jika ini buatan manusia, implikasinya mungkin sangat mengerikan.
"Memang ada kemungkinan itu. Atau ada makhluk kuat tak dikenal yang sengaja menciptakan keanehan di kedalaman Lautan Tak Bertepi. Tapi kemungkinannya kecil karena tidak ada artinya - toh tidak menghalangi kita menemukan planet melalui pengumpulan data. Jadi, saya curiga ini berkaitan dengan era mitos, satu-satunya era yang hampir tak kita pahami." Lucien mengutarakan hipotesisnya.
Saat petualangan terakhir ke Ordo Ksatria Suci Kematian, Lucien dan yang lain pernah memasuki perpustakaan yang menyimpan banyak kitab era mitos. Tapi waktu itu mereka terburu-buru dan takut memicu transformasi, jadi tidak mengumpulkan data. Saat kembali, para arwah sudah memindahkan semua kitab.
Douglas mengangguk ringan: "Mungkin. Bisa jadi ini terkait dengan Maldimo dan Abyss yang tak lagi bisa dengan mudah turun ke dunia material utama."
“Setelah era mitos berakhir, 'bulan perak' juga jarang mengintervensi urusan 'tanah'.” Lucien menyebutkan keanehan lain, lalu menarik napas dalam-dalam: "Untuk memverifikasi pemikiranku, aku akan pergi ke Pegunungan Kegelapan dalam waktu dekat untuk mengunjungi Tuan Rhine, berharap bisa mendapat informasi dari mulut 'bulan perak'."
“Konsolidasikan kekuatan terlebih dahulu.” Douglas tidak menentang, "Jika bulan perak tidak mau bicara, kita akan kembali ke Ordo Ksatria Suci Kematian untuk mencari perpustakaan itu."
Usai berkata, Douglas menunjukkan senyum penuh keramahan: "Berikan koordinat posisi matahari padaku, aku harus memverifikasi sendiri. Saat waktunya tiba, aku akan mulai mempersiapkan diri untuk menjadi mirip dewa."
“Mempersiapkan diri menjadi mirip dewa?” Lucien dan Natasha sama-sama terlihat agak terkejut, dengan nada perlawanan tersirat dalam keheranan Lucien.
“Menemukan planet, dunia kognitifku dianggap sudah cukup sempurna. Dari umpan balik dan penelitian sebelumnya, aku juga memahami cara menyelesaikan transformasi status diri sendiri dan cara mengejar status mirip dewa.” Ekspresi Douglas tetap tenang, “Dengan menggantikan kekuatan emosi menggunakan dunia kognitif diri, serta menggantikan kekuatan iman dengan lingkungan nyata yang sesuai dengan dunia kognitif. Kedua peristiwa ini jika digabungkan dan diasimilasi, seharusnya bisa menyelesaikan transformasi status dan membuka gerbang mirip dewa dalam satu langkah.”
“Dunia kognitif? Inilah jalan ortodoks penyihir Gelap menuju mirip dewa.” Lucien mengangguk penuh apresiasi, lalu mengerutkan alisnya, “Yang Mulia Ketua Dewan, mengapa tidak menunggu lebih lama? Jika kita meneliti mengapa metode ini bisa menjadi mirip dewa, dan hakikat sejati mirip dewa, mungkin dalam puluhan tahun kita akan mendapatkan jawaban awal.”
“Aku tahu setelah kau memecahkan misteri planet, kau sangat yakin bisa meneliti jalan menjadi mirip dewa. Tapi kita tak bisa menunggu lagi. Maldimor telah turun ke dunia material utama, Viken bertingkah penuh misteri. Jika dalam lima tahun Dewan Sihir tak memiliki makhluk mirip dewa, situasi akan sangat sulit. Meski peluang berhasil di jalan ini sangat kecil, tetap harus dicoba.” Douglas tersenyum, seolah membicarakan urusan orang lain.
“Tapi...” Lucien baru hendak bicara, Douglas sudah mengangkat tangan menghentikannya. Dia terkekeh: “Setelah menjadi mirip dewa, bukan berarti tak ada kemungkinan mengubah dasar. Lagipula...”
Matanya menatap alam semesta di luar, dengan ekspresi tenang: “Bagiku, hal terpenting dan paling kusukai adalah perlahan-lahan mengungkap misteri dunia. Kekuatan hanyalah bonus yang menyertai proses ini.”
“Bahkan jika di masa depan aku selamanya mandek di tingkatan mirip dewa, tapi bisa bersama kalian mengungkap rahasia makhluk mirip dewa, memahami hakikat sejati Tuhan dan hubungannya dengan esensi dunia, aku akan merasa sangat puas dan bahagia.”
"Yang Mulia Ketua Dewan..." Lucien tidak bisa melanjutkan perkataannya.
