Di lapisan ketujuh Gunung Surga, cahaya tertinggi yang megah meletus. Seberkas cahaya suci paling murni dan tak bercela menyapu keluar, mengubah langit menjadi lautan yang berkilauan, melucuti suara, warna, dan sensasi.
Lautan cahaya yang jernih dan luar biasa ini bergelombang mengalir deras ke bawah menuju "Formasi Sihir berbentuk bola". Pada momen ini, seolah waktu dan ruang tak lagi ada, hanya aliran tak terbendung dari kilatan Sihir Ilahi. Formasi Sihir berbentuk bola dan Lucien di dalamnya membeku bagai halaman sejarah menguning yang terpenggal.
Bahkan Fernando yang berada di luar jangkauan Sihir Ilahi, hanya bisa merasakan area sejauh satu meter di sekitarnya. Di luar itu, baik penglihatan maupun medan energi spiritual-nya dipenuhi kilatan sucin yang agung.
Tiba-tiba, di tengah lautan cahaya suci yang sedang membersihkan dunia, muncul sebuah bulan perak yang dingin nan mistis, memancarkan hawa dingin yang menusuk.
Dengan kemunculan "bulan perak", aliran "Sihir Ilahi" seolah melambat sekejap. Formasi Sihir berbentuk bola dan Lucien di dalamnya kembali hidup.
Menanggapi hambatan dari "bulan perak" Aetna, Paus Viken tidak terkejut. "Sihir Ilahi" yang dilemparkannya kali ini tidak menargetkan Sang Bulan. Daya hancur hanya berpusat pada "Formasi Sihir berbentuk bola", hanya menyentuh sedikit. Maka Aetna yang masih memiliki tenaga sisa pasti akan memberi "blokade" sekilas, memberi Lucien Evans kesempatan kabur.
Sayangnya, terlambat sedikit. Lucien Evans kini telah mencapai momen genting dalam proses Guncangan menuju mirip dewa. Mustahil dipisahkan dari "Formasi Sihir berbentuk bola", takdirnya hancur lebur di bawah Sihir Ilahi.
“Paus” Viken juga merasa sangat menyesal akan fakta ini. Sebenarnya, Ia tidak pernah berniat membunuh Lucien Evans. Jalan di depan begitu berbahaya, seorang penjelajah yang luar biasa seperti dirinya adalah kekayaan yang tak ternilai. Tapi siapa yang menyuruhnya dipenuhi ambisi, merencanakan dengan cerdik, dan memaksa dirinya langkah demi langkah ke titik di mana Ia harus mengambil tindakan mematikan?
"Bulan Perak" dengan cepat suram. Bahkan jika kilatan "Sihir Ilahi" tertunda sekejap, cahayanya sudah hampir membanjiri atas "Formasi Sihir berbentuk bola".
Tiba-tiba, Lucien yang kembali hidup dalam "Formasi Sihir berbentuk bola" mengangkat kepala. Matanya yang transparan dalam dipenuhi bayangan cahaya suci di pupilnya.
Sedangkan sudut bibirnya sedikit terangkat, menampilkan senyum ramah.
Ini... "Paus" Viken seolah bisa merasakan situasi di dalam Formasi Sihir Bulat melalui "Sihir Ilahi", terkejut melihat ekspresi Lucien yang tersenyum seperti sedang berpamitan alih-alih putus asa, dan tiba-tiba muncul firasat buruk di hatinya.
Boom!
Seluruh tubuh Lucien yang mengenakan kemeja putih dan rompi kuning meledak, bagaikan semangka yang dijatuhkan dari ketinggian 10.000 meter ke tanah!
Percikan daging dan darah berhamburan, kilatan Sihir Ilahi menyapu bersih area ini!
Di Atom Semesta, Menara Babel, sebuah ruang rahasia.
Jimat perak berbentuk mengerikan seperti usus yang melilit di dalam peti permata, memancarkan cahaya putih susu terang namun tidak menyilaukan, memenuhi seluruh ruangan dengan perasaan kehidupan yang penuh semangat dan subur.
Natagaksha yang berdiri menjaga sambil memegang pedang panjang melihat kejadian ini, ekspresinya menjadi serius. Kedua tangannya menggenggam erat "Pedang Kebenaran", seolah siap menghunus kapan saja untuk memutus serangan yang menyusul!
Energi dari berbagai batu permata sihir mengalir masuk ke jimat perak. Material lain dalam kotak panjang juga terurai dan melebur. "Jimat perak" ini menghilangkan penampilan indahnya, berubah menjadi gumpalan benda berlumuran darah yang terus membelah dan bertumbuh.
Organ dalam muncul, tulang-tulang terbentuk, otot-otot tumbuh, kulit dan rambut pun mulai tampak.
Ekspresi serius Natasha menghilang. Dengan terkekeh, ia mengawasi proses ini sambil mengusap dagunya sendiri, sama sekali tidak merasa jijik malah penuh antusias: "Tubuh yang belum terbentuk ternyata sejelek ini..."
Raga telanjang Lucien akhirnya sempurna. Kulitnya mulus, otot-otot berisi, garis-garis tubuhnya lincah bagai patung marmer.
Kemudian, matanya perlahan terbuka, di dalam kegelapan transparan yang dalam seolah masih tersisa jejak menyilaukan dari cahaya suci.
"Sihir Ilahi?" Natasha memandanginya dari atas ke bawah layaknya "pria terhormat" yang jahat, sambil bertanya penasaran.
Gambar sisa di mata Lucien menghilang, ia mengangguk perlahan: "Untung aku masih menyimpan usus buntu di rumah, kalau tidak, meski ada 'bulan perak' yang menghalang, mustahil lolos dari 'Sihir Ilahi'."
Sejak awal, Lucien sudah merencanakan untuk meledakkan diri demi menghindari serangan mematikan dari "Paus" Viken!
Aku punya usus buntu, aku bangga!
"Bagaimana rasanya berhadapan frontal dengan 'Sihir Ilahi'? Seberapa mengerikannya?" Natasha terus bertanya, sangat tertarik dengan urusan pertempuran semacam ini.
Sudut bibir Lucien berkedut: "Kamu mau aku bercerita dalam keadaan tanpa busana?"
“Kamu kan bukan tidak pernah bercerita sambil telanjang di depanku.” Natasha berpura-pura tak peduli matanya buta, sambil melemparkan pakaian yang sudah disiapkan ke Lucien.
Kemudian dia sengaja bertanya: "Di mana perlengkapanmu? Jangan-jangan hancur saat 'meledakkan diri' dan 'Sihir Ilahi' tadi."
Dia sangat paham suaminya ini pada dasarnya seorang gila harta. Kehilangan beberapa benda legenda pasti akan membuatnya mati kesakitan, jadi dia menggoda dengan kalimat itu.
Sambil berpakaian, Lucien terkekeh: "Tentu ada di Guru!"
……
Dalam lautan cahaya suci, "Formasi Sihir berbentuk bola" mulai berurai dan melebur.
Fernando yang sengaja berada di luar jangkauan "Sihir Ilahi" segera melemparkan mantra "Gerbang Ruang-Waktu" untuk melompat ke semiplanarnya "Neraka Halilintar". Sementara "Kehendak Abyss" di dekat "Formasi Sihir bulat" tak sempat menghindar, kembali terkena dampak "Sihir Ilahi". Mata-matanya meledak berturut-turut, lengan-lengannya terputus berjatuhan, jeritannya membuat tanah memancurkan aliran air hitam yang kacau-balau.
"Dia tidak menyatu dengan Formasi mirip dewa?" Paus Viken tidak terkejut dengan aksi Lucien meledakkan diri. Sebagai mantan Penyihir legenda tingkat puncak, Dia sangat memahami metode penyelamatan dan regenerasi para penyihir. Namun yang tak disangka-Nya, di momen genting terakhir, Lucien Evans ternyata bisa begitu mudah meledakkan diri tanpa terpengaruh oleh "Formasi Sihir bulat".
Kecuali jika sebelumnya di saat kritis, dia sudah menyelinap menghindari guncangan dan menggunakan benda alkimia sebagai alternatif tubuhnya?
Jika benar begitu, itu berarti dia sama sekali tidak berniat untuk mengejar status mirip dewa. Lalu apa tujuan dari semua yang telah dilakukannya?
Memikirkan hal ini, "Paus" Viken menyipitkan matanya. Tanpa peduli lagi pada "Kehendak Abyss" dan "Penguasa Neraka" di bawahnya, dia langsung merobek ruang dan kembali ke posisi yang sesuai di dunia material utama.
"Penguasa Neraka" juga menyadari keanehan ini. Dengan memaksimalkan seluruh kekuatannya, dia mengusir "Kehendak Abyss" yang kembali terkena dampak "Sihir Ilahi" dan masih terluka parah kembali ke "Abyss yang Tak Terbatas", lalu juga merobek ruang untuk kembali.
Bulan perak yang suram telah lama menghilang. Langit dunia mayat hidup kembali ke warna abu-abu keputihan yang muram. Hanya seorang pria berambut perak yang mengenakan rompi merah dan jas hitam berkerah tinggi berjalan keluar dari pepohonan sambil tersenyum: "Aku bahkan tidak mendapat kesempatan untuk tampil. Sungguh menyedihkan."
……
Di luar Alin, kabut putih pudar semakin pekat, mengaburkan "pemandangan alam" yang tak berbeda dengan kenyataan dan "dunia kognitif" yang seperti langit berbintang. Hanya pancaran cahaya bintang cemerlang yang jatuh dari langit gelap masih terlihat jelas.
Melmoth sang "Pendendam Suci" menghabiskan lebih dari 20 menit untuk mencapai area sekitar Alin. Persis menyaksikan pemandangan ini, dia menarik napas dalam lalu mengangkat pedang indah berhiaskan ornamen mewah, langsung melancarkan serangan ke "Kota Langit". Harus menghentikan Douglas yang sedang menuju status mirip dewa!
Meski sadar betul tanpa kehadiran makhluk mirip dewa, kemungkinan menghancurkan Kunci Sihir Alin hanya dengan mengandalkan diri sendiri hampir mustahil, tapi sebagai Ksatria, saat seperti ini hanya bisa maju ke medan tempur!
"Pendendam Suci" Merlimoth mengayunkan pedangnya melintasi langit, menebas kabut keputihan. Di sisi lain, Paus Gereja Utara Byelkovsky yang bertubuh kekar seperti beruang pun terbang mendekat, tubuhnya dikelilingi cahaya suci. Di punggungnya mengembang sepasang sayap gemilang yang terbentuk dari pancaran keilahian, auranya penuh wibawa dan megah - jelas dia telah mengaktifkan "Sihir Berkat Ilahi".
Namun baru saja muncul, sebuah panjang zamrud beraura siklus alam menyembur melalui ruang dan berkilat di hadapannya. Hal ini memaksanya membatalkan niat menyerang Kunci Sihir Alin, dan fokus sepenuhnya menghadapi panah "Hukuman Alam" ini.
Di ketinggian, "Ratu Elf" yang mengenakan gaun panjang hijau zamrul segar memilih memberikan pertolongan kepada sekutu mereka.
Dan "Penguasa Kegelapan" Dracula serta "Danisos, Naga Waktu dan Cahaya" diam-diam bersembunyi tanpa gerakan. Posisi mereka sendiri sangat kontradiktif - di satu sisi mereka ingin melihat Douglas berhasil menembus level legenda, namun di sisi lain diliputi kecemasan. Ditambah lagi beberapa legenda tingkat puncak Dewan Sihir belum bertindak, membuat mereka harus mempertimbangkan apakah memiliki keunggulan.
Tiba-tiba "langit berbintang" mulai berkontraksi masuk ke dalam Kunci Sihir Alin. Ribuan "bintang" berhamburan seperti hujan, menciptakan pemandangan indah yang memesona dan seperti mimpi.
Kemudian kegelapan kembali menyelimuti tanpa secercah cahaya pun. Bahkan indra legenda tingkat puncak hanya bisa merasakan area dalam radius belasan kilometer.
Dalam kegelapan tak bisa menembus tangan, Melmoth tiba-tiba dilanda firasat buruk. Tanpa pikir panjang ia segera mundur dan bergegas kembali ke arah Kota Suci Rennes. Byelkovsky juga melakukan hal yang sama.
Di kedalaman Pegunungan Kegelapan, Viken yang mengenakan jubah Paus dan mahkota suci sedang menatap langit gelap pekat dengan ekspresi suram.
Pada saat seperti ini, bagaimana mungkin Tuhan belum memahami apa yang sebenarnya terjadi!
Saat Ia bersiap mengangkat tongkat kerajaan platinum, di ujung langit gelap tiba-tiba "melompat" keluar matahari putih menyala-nyala, mencorongkan warna merah menyala di cakrawala!
……
"Kalian menghabiskan lebih dari dua puluh menit dan satu 'Sihir Ilahi'?" Natasha mendengar penuturan tenang Lucien, hatinya mulai yakin, "Sepertinya Viken dan 'Penguasa Neraka' tidak akan menyusul di akhir ini."
Lucien terkekeh: "Setelah keluar dari dunia mayat hidup, posisi mereka berada di Pegunungan Kegelapan. Dari sana ke Alin membutuhkan waktu yang cukup lama. Kecuali mereka memiliki teleportasi yang sudah dipersiapkan sebelumnya, bahkan makhluk mirip dewa sekalipun perlu minimal dua puluh menit. Lagipula posisi Alin tidak semudah planet buatan di ketinggian untuk ditentukan, sulit bagi Viken untuk mengunci target 'Kota Langit' dari jarak ultra jauh."
"Hei, kalian tidak takut Viken dan 'Penguasa Neraka' benar-benar sudah menyiapkan teleportasi sebelumnya?" Natasha sengaja memancing.
Lucien mengenakan mantelnya sambil tersenyum: "Menurutmu mengapa Tuan Rhine tidak muncul? Untuk memeriksa apa?"
"Ini..." Natasha seolah teringat sesuatu, tiba-tiba bertanya: "Jika Dewan Sihir menghadapi situasi seperti ini, apa yang akan dilakukan?"
"Tentu serangan orbit dari planet buatan," Lucien menggerak-gerakkan badannya, "Tapi serangan orbit saat ini belum bisa menembus Kunci Sihir Alin."
