Di atas "gerbang" ini terdapat sepasang mata jahat dan aneh, bola mata kuning darah, pupil merah menyala, berjejal sangat rapat tanpa berkedip. Bahkan melalui "Bidang Ajaib", para penyihir, ksatria, dan orang biasa yang berdiri mendongak di tanah mulai merasakan pikiran kacau, semangat yang hampir tak terkendali, serta keinginan membunuh yang meningkat.
Meski lengan kiri tubuh mirip dewa Maldimor tidak pulih cepat seperti biasanya dan tetap cacat, proses pembentukan "gerbang" kacau dan berdarah ini relatif lambat. Tentu, kelambatan ini hanya dibandingkan kecepatan sebelumnya saat Viken mengasimilasi "Neraka Kuno" dengan "Gunung Surga", karena sebenarnya hanya membutuhkan waktu beberapa detik.
Dalam beberapa detik ini, dua "alam semesta" proyeksi yang masing-masing memiliki planet biru muda dan planet berkabut perlahan namun pasti melewati garis tengah. Tepian mereka saling tumpang tindih, namun sama sekali tidak saling mengganggu. Bahkan dua asteroid yang terlihat akan bertabrakan, langsung menembus satu sama lain dan terbang menjauh. Mereka tampak sangat dekat, namun seolah jauh di ujung langit, tak tersentuh, tak terjangkau, meski saling menembus, tak menyadari keberadaan satu sama lain!
Seiring dengan tumpang tindihnya tepian kedua "langit berbintang" ini, jiwa "Lucien" yang memiliki ciri khas Xia Feng dan jiwa yang mirip namun bukan Lucien, punggung mereka semakin mendekat, secara ajaib mulai berasimilasi!
Jika sebelumnya mereka adalah dua individu independen yang saling memeluk langit depan dengan punggung bertautan, kini mereka menjadi bayi kembar siam yang berbagi punggung!
Tanpa kilatan yang menyilaukan, tanpa suara keras, tanpa kelainan tak terbayangkan lainnya, kedua "Lucien" ini sedikit demi sedikit mulai menyatu, menyatu dengan cara yang unik sekaligus aneh, seolah setiap penyatuan mereka memperjelas sensasi melampaui materi, bukan bagian dari dunia ini, lebih tinggi dari semesta ini.
Jiwa-jiva tersesat dan setan kuno di dalam "Neraka Kuno" tiba-tiba mulai gemetar tanpa alasan jelas. Meski mereka tak lagi memiliki wujud fisik, hanya tersusun dari "kilatan emosi negatif", pemandangan ini tetap membuat seluruh kehidupan cerdas yang menyaksikan ikut bergetar.
Kilatan keemasan, hijau pekat, hitam legam, merah menyala, dan berwarna-warni mulai bergetar dalam kesenyapan. Jiwa-jiva tersesat mulai terurai, setan-setan kuno mulai terurai, sembari memancarkan tarikan kuat yang dahsyat - sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh "emosi negatif" dan setan kuno.
Ratu Elf Aglaya sedang membuka "Busur Hukuman Alam", tiba-tiba raganya menjadi samar dengan bayangan hitam berdistorsi di dalamnya yang seakan ingin keluar, mengikuti tarikan tak kasat mata untuk menyatu ke dalam "Neraka Kuno".
Hal ini memaksa Aglaya menghentikan aksi menarik busur, menyatu sebagian dengan bayangan samar Pohon Elf di belakangnya, dan menggunakan "perluasan akar" untuk mengikat erat bayangan hitam tersebut.
Di "Kota Langit", Menara Sihir Alin Lantai Tiga Puluh Empat.
Meski saat ini Brook memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari "Melmoth", dibantu oleh "Tangan Pemusnah" Oliver dan "Peramal" Bergna, demi melindungi menara sihir dan Alin dari kerusakan serta menjaga para Ahli Sihir Oskur tidak terkena imbas, ia terpaksa mengalihkan sebagian besar tenaga dan perhatiannya untuk mengurangi Rangkaian Gelombang dan mengendalikan suasana. Untuk sementara waktu, pertempuran sengit antara tiga Penyihir Legendaris dengan "Setan" Melmoth mengakibatkan ruang baca Brook diratakan dengan tanah dan sebagian besar ruangan di lapisan menara sihir ini hancur total.
Andai bukan karena distorsi medan magnet gelap pekat di sekeliling serta sangkar yang terbentuk dari ular listrik keperakan yang mengerikan, pertempuran legenda tingkat puncak pasti sudah menghancurkan menara sihir dan sebagian kecil wilayah Alin.
Namun, meskipun Brook bertahan dengan kesulitan, hatinya tetap tenang karena dia sangat memahami bahwa proyeksi turun ke dunia seperti Melmoth tidak akan bertahan lama. Yang penting adalah menghindari kekacauan yang mungkin dia timbulkan dengan hati-hati. Kunci sebenarnya tetap pada pertempuran mirip dewa di ketinggian antara legenda tingkat puncak.
Tiba-tiba, Melmoth yang menggerakkan tenaga Fajar untuk menerangi kabut langit berbintang membeku di tempat. Dari tubuhnya menyembur bayangan-bayangan hitam dan kilatan negatif berbagai warna yang terbang menuju ketinggian dan Neraka Kuno. Di bawah perubahan "Neraka Kuno" yang diciptakan Lucien, tanpa bantuan tubuh asli atau pedang Pendendam Suci, dia sulit menahan tarikan kuat yang berasal dari naluri ini.
Meski Brook, Oliver, dan Bergna tidak punya waktu untuk lengah, tidak tahu persis apa yang terjadi di langit, namun transformasi Melmoth tak bisa disembunyikan dari mereka. Menggenggam kesempatan ini, "Kerajaan Elektromagnetik" proyeksi Brook tiba-tiba berkontraksi, seketika membelenggu Melmoth di dalamnya. Oliver dan Bergna masing-masing melemparkan sihir legenda, "mendorong" Melmoth masuk ke dalam Kerajaan Elektromagnetik.
Krrrkrrrkrrr! Melmoth menembus layar arus listrik, memasuki Kerajaan Elektromagnetik. Brook seketika lega. Di dalam sana, dirinya bisa bertindak tanpa ragu. Bagaimanapun, murid dan pelayan yang perlu dievakuasi telah meninggalkan "Kerajaan Elektromagnetik". Di dalam semiplanar ini, kekuatannya mendekati mirip dewa.
"Aku akan menyelesaikannya. Kalian kendalikan Kunci Sihir Alin." Setelah berkata melalui koneksi mental, Brook segera mengikuti masuk ke dalam "Kerajaan Elektromagnetik".
Meskipun pusat kendali di lantai ini rusak total, ini hanyalah sebagian. Di ruang baca Arkanis Agung Fernando, Helen, dan Heatherway di Lantai 33, masih terdapat pusat kendali lain yang tersisa.
Oliver tidak banyak bicara. Dengan bantuan arwah menara Prospero, dia memasuki ruang baca Fer yang tidak ditutup, lalu mulai mengendalikan Kunci Sihir Alin.
Baru pada saat inilah mereka sempat menengok ke langit, mengamati dengan saksama jalannya pertempuran, siap kapan saja bergabung.
"Lucien sedang mengalami Guncangan menuju mirip dewa..." Oliver mengerutkan kening ringan, "Tapi sama sekali berbeda dengan Yang Mulia Ketua Dewan. Bukan semiplanar yang menyatu dengan dunia kognitif plus Langit Berbintang Takdir, melainkan 'langit berbintang nyata' yang bertabrakan dengan 'realitas langit berbintang'."
Para setan kuno mungkin mengira ini adalah perbedaan dunia kognitif, namun para Penyihir Legendaris seperti Oliver dengan tanggap menyadari perbedaan esensial antara dua Guncangan menuju mirip dewa ini. Dalam proses Lucien mencapai transendensi, semiplanar "Atom Semesta" hanyalah media pemicu, bukan komponen penting yang menyatu dengan dirinya.
Bergna bertanya dengan kebingungan: "Berdasarkan efek pengamat? Umpan balik dunia realitas mungkin merupakan bentuk efek pengamat?"
"Mungkin..." Oliver berkata ragu-ragu, "Bagaimanapun, jika dia berhasil mencapai kenaikan level, sekuat apa pun Viken, tidak akan bisa menembus pertahanan."
……
Lentat, Istana Neckther.
Seberkas kilatan pedang abu-abu perak yang membawa celah mengerikan dari kekosongan menembus pertahanan berlapis di sekitar Atlant, menghantam tubuhnya. Namun, sudut bibirnya menyunggingkan senyum mengerikan sebelum raganya tiba-tiba berurai seperti permukaan cermin yang pecah, bagai permukaan air yang memantulkan siluet tiba-tiba dihujam batu raksasa.
Ilusi lagi? Natasha yang memegang "Pedang Kebenaran" dengan kedua tangan mengubah ekspresinya, segera menghindar ke samping. Tepat di saat itu, sebuah suara kuno penuh liku-liku kehidupan bergema pada momen yang pas:
"Pencabutan penglihatan!"
Tubuh Natasha langsung melengkung seperti terkena palu raksasa. Darah mengalir dari sudut matanya. Dengan susah payah dia mengendalikan diri, namun mata perak-ungunya kehilangan cahaya, seakan dalam waktu dekat takkan mampu lagi menyaksikan segala sesuatu di hadapannya.
Atlant yang telah berubah ke dalam wujud setan kuno benar-benar mengejawantahkan makna "sulit diantisipasi dan mengerikan". Sejak pertempuran dimulai, Pedang Kebenaran Natasha telah menghantamnya tujuh belas kali, namun sepuluh di antaranya adalah ilusi, sementara tujuh kali lainnya adalah bangsawan atau ksatria di luar yang mati sebagai penggantinya!
Meski dibantu sistem pertahanan yang dikendalikan Morris, Natasha tetap tak bisa membedakan keaslian Atlant di hadapannya. Sementara terus melakukan serangan maksimal, ia secara bertahap kehilangan indera akibat mantra 'Pencabutan Persepsi' andalan Atlant - pendengaran, peraba, penciuman, hingga akhirnya penglihatan.
Dengan kedua mata terpejam, Natasha mengandalkan Bidang Kehendak dan intuisi untuk memindai sekeliling. Tiba-tiba, ia menyabetkan pedangnya lagi, kilatan pedang abu-abu perak yang dingin dan tanpa emosi.
Suara sobekan Kosong bergema, menyibakkan siluet Atlant yang terkoyak oleh kilatan pedang tersebut.
Namun, siluet ini tetap hancur seperti cermin pecah, tanpa sedikit pun rasa nyata.
"Pencabutan Persepsi!" Suara Atlant bergema dari segala penjuru. Natasha tiba-tiba berubah suram, seakan seluruh alam semesta hanya menyisakan dirinya yang tegak sendirian di tempat.
Melihat kondisinya, siluet-siluet Atlant dengan mata tertutup bermunculan di sekeliling. Ia tersenyum tipis: "Sudah kukatakan, kamu tidak bisa menghalangiku. Aku akan menukar nyawamu dengan pembukaan teleportasi di Menara Sihir Alin."
Menghadapi Ksatria Epik dengan kemauan sekuat ini dan kekuatan yang hampir setara, "Pencabutan Persepsi" Atlant tidak bisa langsung memisahkan pancaindra dan intuisi. Harus melalui proses bertahap.
Begitu ucapannya selesai, matanya tiba-tiba terbuka, memantulkan kilatan pedang berwarna abu-abu perak.
"Pak!" Semua ilusi hancur berkeping-keping. Siluet yang terbentuk dari cahaya berwarna-warni yang berdistorsi muncul, terus-menerus berurai dan hancur di bawah celah ilusi yang mengerikan.
"Kau... Bagaimana kau menemukannya?" Atlant bergumam dalam Perjuangan Sekarat, nada bicaranya dipenuhi ketidakpercayaan yang kuat. "Bahkan Natasha dengan panca indera, Bidang Kehendak, dan intuisinya yang utuh tak mampu mendeteksi aku! Atas dasar apa dia sekarang bisa?"
"Kriing!" Sebuah kalung "perak" dengan desain unik muncul di tangan Natasha, mengeluarkan dentingan logam yang jernih.
Meski tak mengenal benda-benda magis ini, Atlant mampu mengenali fungsinya. Setidaknya benda itu bisa memberikan Natasha pertolongan untuk melawan beberapa serangan dari bidang ilusi. Tapi tadi...
"Kau..." Raga-nya semakin berada di ambang membinasakan.
Seolah mendengar pertanyaan dalam hati sang penyihir, mata Natasha yang tadinya suram mulai memulih. Dia terkekeh:
"Aku sengaja."
"Ini adalah benda legenda yang dibuat khusus oleh Lucien menggunakan material dari perbendaharaan Kerajaan Holm. Tapi benda ini tidak bisa membantuku menemukanmu. Jadi aku sengaja membiarkan diriku kehilangan panca indra dan intuisi. Karena, mataku bisa menipuku, telingaku bisa menipuku, intuisiku pun bisa menipuku... Hanya dengan menghilangkan interferensi mereka, menggunakan 'jiwa' untuk merasakan dan mencari, barulah aku bisa benar-benar 'melihat' alam semesta ini, 'melihat' dirimu yang bersembunyi dalam kegelapan."
"Hm, sejak lama aku sudah melakukan latihan ketenangan pikiran, yaitu latihan dalam keheningan tanpa panca indra dan intuisi."
Dia mengubah ucapan terkenal Lucien, membuat Atlant langsung paham situasi sebenarnya.
Saat itu, tarikan kuat dari "Neraka Kuno" datang, kilatan emosi negatif dari tubuh Viken mulai bermunculan. Hal ini membuat matanya yang hampir kehilangan fokus kembali jernih. Dengan susah payah ia batuk, lalu berkata penuh penyesalan dan perasaan haru: "Mengapa... mengapa tidak lebih awal? Jika begitu aku takkan dikendalikan oleh Viken."
Natasha melangkah maju, bunyi sepatu perangnya bergemerincing di tanah. Dengan nada khidmat ia berkata: "Meski enggan mengucapkan ini pada orang yang sekarat, tapi tetap harus kusampaikan. Daripada menyalahkan transformasi Neraka Kuno yang terlambat, lebih baik introspeksi mengapa keputusanmu dulu terburu-buru. Mengapa tidak menunggu Yang Mulia Ketua Dewan mencapai tingkat mirip dewa sebelum memilih jalan?"
Viken menghela napas panjang, raganya mulai berurai dan hancur.
Di bawah Pedang Kebenaran, tak ada kemungkinan regenerasi sama sekali.
Natasha mengangkat kepala, menggunakan penglihatan yang setengah pulih untuk mengawasi perubahan di ketinggian, tersenyum sambil berbisik: "Mengapa tidak lebih awal, sehingga aku tak perlu mengambil risiko seperti ini..."
Sebenarnya dia bisa bersembunyi ke dalam "Atom Semesta" bersama Adipati Woriot dan lainnya - Atlant sama sekali tidak bisa menembus masuk. Tapi di saat seperti ini, dengan sadar dia merasa harus bersama rakyatnya.
……
Dengan suara gemuruh, gerbang jahat nan kacau itu terbuka. Sebuah bola daging bertangkai anggota tubuh berbagai ras dan bermata tak terhitung menggelinding keluar, rasa darah, pembunuhan, dan kegilaan menyebar sepenuhnya.
Tepat saat itu, "Guncangan" dari dua "Lucien" memasuki fase akhir. "Tubuh" di bawah kepala mereka telah melebur sempurna, hanya dua wajah yang masih menghadapi "langit berbintang" masing-masing.
Dua "Lucien" tiba-tiba menunjukkan ekspresi kesakitan, masing-masing kembali menengadah ke belakang, memulai asimilasi terakhir. Langit berbintang dengan planet biru muda dan planet berkabut tak lagi bertumpang tindih seperti sebelumnya, mengeluarkan suara decit-decitan aneh yang saling bergesekan!
Boom!
Seluruh gunung berapi di Neraka meletus bersamaan. Setiap Setan merasakan kehampaan di sekitarnya bergetar, bergoyang, mengeluarkan suara gemeretak. Seolah alam semesta akan hancur berkeping-keping, seolah ada alam semesta yang luar biasa besar tak terlihat sedang menubruk!
Tidak!
Ilusi ini memberi mereka perasaan nyata. Para Setan menjerit-jerit dari lubuk hati, meratap histeris. Seluruh Neraka bergema dengan tangisan setan, bahkan para adipati Neraka pun gemetar ketakutan tanpa tahu sumber ketakutan itu.
Di dalam Kota Alin dan Kota Lentat, Haiti, Annik, Ali, dan yang lain juga "mendengar" suara gek gek aneh dari kehampaan di sisinya, seolah ada sesuatu dari pihak lain yang menghancurkan dengan mudah, membuatnya tak tahan menerima tekanan sebesar itu, hampir hancur berkeping-keping.
Apa yang terjadi dengan pengalaman ini?
Keterkejutan, kepanikan, ketakutan, kegembiraan—semua perasaan itu meletus bersamaan!
Ada yang takut, ada yang gemetar, ada yang berlutut, ada yang bersemangat!
