Suara magnetis yang sarat kebimbangan ini, kecemasan yang tak tersamarkan, membuat Tony dan Si Gendut membeku di tempat. Perlahan mereka menoleh, dan benar saja - Karl dengan jubah sihir hitamnya sedang memandang lesu ke TKP, alis indahnya berkerut membentuk kekhawatiran yang membuat orang ingin segera menghaluskannya.
Si Gendut tidak mengerti hubungan antara kecelakaan dengan Karl, sehingga hanya terdiam tak bisa berkata. Sementara Tony jelas mengetahui bahwa "gadis cantik luar biasa" yang menarik perhatian semua orang ini adalah "pelaku" yang baru saja membuat laboratorium sihir tersambar petir. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan penuh belas kasihan: "Karl, selama kamu mengikuti prosedur eksperimen dengan ketat, akademi pasti tidak akan memberikan hukuman. Apa kamu melanggar peraturan?"
"Tidak," Karl menggelengkan kepala dengan tegas, kemudian menunduk sambil mengecilkan suaranya, "Kukira dengan perlindungan menara sihir tingkat tinggi, tidak akan ada masalah. Akademi pasti tahu ini aku..."
Tony diam-diam menghela napas lega, untung Karl tidak melanggar prosedur operasi.
Ini bukan berarti Tony yakin Karl tidak akan dituntut pertanggungjawaban atau dikeluarkan dari akademi, tapi setidaknya sekarang dia punya alasan untuk menghibur Karl.
"Tidak masalah kalau mereka tahu. Kamu tidak melanggar satu pun peraturan akademi. Hah... kamu juga bukan orang yang mudah diganggu..." Ucap Tony samar-samar, mengisyaratkan latar belakang kuat Karl yang akan membuat Akademi Sihir Heidler kesulitan jika hendak memecatnya tanpa alasan.
Meski Tony tak bisa mengenali kemampuan sebenarnya dari aksesori seperti cincin, lencana, dan kalung di tubuh Karl, ia bisa merasakan tenaga mengerikan yang tersembunyi di dalamnya! Ini jelas bukan perhiasan yang bisa dipakai sembarang magang sihir dari bangsawan biasa atau keturunan penyihir tingkat tinggi!
Karl mengangguk pelan, sedikit demi sedikit kesedihannya berkurang. Ia bergumam sendiri, "Lagipula aku sudah sering diberi pelajaran oleh Lu Xiaoen. Satu kali ini tidak masalah..."
Lu Xiaoen? Nama ini terdengar aneh, sama sekali tidak sesuai konvensi Bahasa Umum. Apakah dia Ayah Karl, Kakak, atau kerabat senior lainnya? Tony bertanya-tanya dalam hati.
“Kecelakaan eksperimen tadi adalah ulahmu?” Si Gendut yang tak dihiraukan ini setelah menyimak sekian lama, akhirnya mendapatkan informasi yang mencengangkan ini.
Karl meliriknya, mata perak-ungu yang jernih nan indah tiba-tiba mengeras luar biasa. Tony tidak merasakan apa-apa, namun dahi Si Gendut langsung meneteskan keringat dingin berjejal rapat, tak berani bertanya lebih lanjut.
Saat itu, Shelly dari Kadipaten Viorate berjalan mendekat dari kerumunan, senyum kelegaan setelah selamat dari bencana menghias wajahnya: "Tony, tadi berkat kau. Jika tidak kau temukan lebih dulu, mungkin kita sudah binasa bersama laboratorium."
"Ini, ini, aku, aku cuma kebetulan beruntung." Tiba-tiba mendapat ucapan terima kasih dari seorang gadis remaja, Tony langsung kalang kabut, terbata-bata.
Karl di samping bergumam dalam hati: "Kalau dia tidak menemukan, aku juga akan mengingatkan..."
Suaranya sangat pelan, sementara di TKP gemuruh guntur masih bergema. Sherry yang tak mendengar tetap tersenyum pada Tony: "Ini bisa disebut keberuntungan, lalu bagaimana dengan caramu mengorganisir evakuasi tanpa panik setelahnya? Hehe, dirimu saat itu dan sekarang benar-benar berbeda."
Tony memerah sedikit, meniru gerakan Sami dengan menggaruk-garuk belakang kepalanya: "Aku juga sedang menyelamatkan diri sendiri."
Begitu ucapannya meluncur, gemuruh guntur yang terus menerus meledak tiba-tiba menghilang, meninggalkan keheningan bak kematian.
Para Magang tercengang memandang langit. Kabut abu-abu keputihan menyembul, membuat awan hitam kehilangan vitalitas, menenggelamkan segalanya dalam Ketenangan Abadi yang Tak Berubah.
"Kunci Sihir Dibuka, bahaya telah teratasi... Tak disangka akhirnya harus mengaktifkan Kunci Sihir," gumam Si Gendut dengan ekspresi termenung.
Para murid tak sepenuhnya paham tentang Kunci Sihir Akademi Sihir Heidler, hanya mendengar kabar bahwa sistem itu terkait erat dengan formasi Nekromansi seperti "Dua Belas Cincin Kehidupan Miranda".
Sherly memandang Si Gendut dengan tatapan aneh, tak tahu kapan dia muncul. Tapi karena situasi di TKP cukup kacau, dia tidak terlalu memikirkannya.
"Bahaya sudah dibatalkan, aku harus mencari teman sekamarku." Dia kembali mengucapkan terima kasih pada Tony.
Memandang Sherly menghilang dalam kerumunan, Tony baru saja menoleh dan melihat sepasang mata biru muda menatapnya dengan intens.
"Kamu lihat apa?" Tony kaget, kapan Si Gendut ini muncul?
Remaja gendut itu berkata dengan nada iri: "Gadis tadi sepertinya cukup menyukaimu ya."
"Kita baru kenal kurang dari satu jam." Wajah Tony langsung memerah sambil berusaha menjelaskan dengan panik.
"Iya, baru satu jam sudah disukai, benar-benar membuat orang jadi iri." Si Gendut meminjam ucapan Tony.
Tony campur malu dan kesal: "Maksudku tidak ada rasa suka, dia hanya teman sekelas yang baru saja dikenal!"
Si Gendut memalingkan kepala ke kejauhan: "Teman sekamarnya pasti juga perempuan, lain waktu kumohon perkenalkan."
"......" Tony sudah tak bisa bicara, siapa sih orang gendut yang begitu akrab ini?
"Kalian berdua belum pernah mengejar perempuan kan?" Kecemasan di wajah Karl menghilang, tangan kiri menopang tangan kanan sementara jemari kanannya mengusap dagunya, "Sekilas lihat saja sudah tahu kalian tidak berpengalaman."
"Aku, aku, aku..." Tony sangat ingin bilang pernah punya pengalaman pacaran, tapi entah mengapa akhirnya tak bisa mengucapkan dusta itu.
Si Gendut malah terkejut: "Bagaimana kamu tahu?"
Karl tersenyum tenang: "Saat gadis itu mengucapkan terima kasih tadi, respons Tony adalah standar orang tidak berpengalaman. Seharusnya dia mengambil inisiatif meminta sang gadis mentraktir makan siang sebagai ucapan terima kasih, lalu lain kali dia yang mentraktir balik. Begitu beberapa kali bolak-balik, baru bisa mulai berpegangan tangan."
"Inisiatif?" Si Gendut bertanya dengan kesungguhan.
Karl tersenyum sedikit berbangga: "Hmm, proaktif, jangan takut kehilangan muka! Ayahku pernah bercerita padaku tentang seorang pemburu yang secara kebetulan menemukan kelinci mati menabrak tunggul pohon. Sejak itu setiap hari dia menunggu di sana, berharap kelinci berikutnya akan datang menabrak. Hasilnya bisa kalian bayangkan. Untuk mendapatkan cinta, cowok harus proaktif. Apa kalian berharap Dewi Keberuntungan akan berbelas kasih, lalu ada gadis yang tiba-tiba menyungkur ke pelukanmu?"
Melihat "gadis remaja" yang cantik dan penuh kedamaian ini berbicara lancar tentang teknik merayu perempuan, Tony merasakan ketidakharmonisan yang aneh. Ia buru-buru menyela: "Kamu sepertinya punya banyak pengalaman?"
Karl mengangkat sedikit kepalanya, sorot matanya menatap langit: "Tentu saja, aku sangat berpengalaman!"
Seolah takut mereka tidak percaya, dia berhenti sejenak lalu berkata: "Perlu aku demonstrasikan?"
Si Gendut menanti penuh harapan dan gembira ingin mengangguk, tapi Tony lebih dulu bersuara: "Sudahlah, terjadi kecelakaan eksperimen, kita harus menunggu keputusan akademi."
"Ya..." Ekspresi Karl menjadi suram, menunduk seolah mencari semut di tanah.
Si Gendut pun tersadar: "Kalau begitu aku akan menyebarkan naskah berita ini dulu, bicarakan hal ini setelah kembali ke asrama."
"Hah, kamu dari asrama mana? Namamu siapa?" tanya Tony bingung.
Si Gendut: ...
Lalu dia menghela napas panjang: "Sudahlah, sebelum masalah ini terselesaikan, aku takkan pernah punya kesempatan untuk aktif..."
※※※※
Kota Langit, Menara Sihir Alin.
Penampilan Haiti hampir tidak berbeda dengan dua puluh tahun yang lalu, rambut linen panjang masih terpelihara, wajah bayi dengan beberapa bintik ceria. Satu-satunya perbedaan adalah lencana di dadanya yang kini telah berubah menjadi Lencana Okultisme dengan delapan bintang perak di atas dasar hitam dan Lencana Sihir dengan sembilan cincin hitam di dasar perak. Tangannya juga dihiasi beberapa cincin yang memancarkan kilauan mempesona - ada Cincin Mahkota Holm dengan batu permata biru muda, Cincin Penghargaan Okultisme Ivens yang jernih kristalin, hasil petualangan di luar, serta produk pembuatan yang membuatnya berbangga.
"Wanita sejati, edisi hari ini dari *Alin Impression* telah tiba." Cincin sederhana di kelingking tangan kiri Haiti yang memancarkan kilau keperakan tiba-tiba mengeluarkan suara manis, "Perlu dibaca?"
Haiti mengangkat teh merah, menyeruput sedikit: "Baiklah."
Dari cincin itu memancar kilau merah aneh yang berkerumun membentuk berkas cahaya, meluncur ke depan Haiti dan membentuk rupa ilusi sebuah publikasi.
Haiti menentang cangkir teh merah dari porselen putih dengan tangan kirinya, sementara jari kanannya menyentuh lembut "tirai cahaya" di depannya, membuat "buku dan majalah" terbuka berganti halaman.
"Mengerikan, kecelakaan terparah dalam 21 tahun..." Haiti membaca judul berita itu, sudut bibirnya melengkung membentuk senyum yang tak terbendung sambil "membalik" ke halaman yang dimaksud.
"Hahaha." Tertawa tanpa menjaga citra, ia merebahkan diri di meja, "Untung aku selalu menanamkan minat Lu Xiao Xi pada struktur raga dan faktor genetika. Kalau tidak, anggota kecil ini pasti sudah menyusup ke Lembaga Penelitian Atom. Guru harus berterima kasih padaku!"
※※※※
Di dalam menara sihir Akademi Sihir Heidler yang seolah terhubung dengan langit pucat.
Rektor Shanggra memegang corong emas aneh sambil bersuara serak khas lich yang dingin: "Kami memutuskan mengeluarkan Blaise. Ini adalah Sumber bahaya."
Dari corong terdengar suara pria tenang dan berwibawa: "Aku tidak menyetujui keputusan kalian."
Shanggra terdiam sejenak lalu berkata: "Ini menyebabkan kecelakaan terparah sejak akademi didirikan."
Suara pria itu menjawab dengan tenang: "Sebelumnya, bukankah sudah saya beri tahu resmi tentang masalah Blaise? Sudahkah saya ingatkan harus ada penyihir tingkat tinggi yang mengawasi?"
"Tapi ini terjadi di menara sihir tingkat tinggi," bantah Shanggra.
Suara itu bersikap tegas: "Itu masalah kalian."
"Inikah sikapmu?" Suara Shanggra semakin dingin. Sebagai Mage Agung, wajar ia merasa tak puas diperlakukan seperti ini oleh anak muda.
Suara pria itu tertawa pendek, lalu berwibawa: "Ya, ini sikapku. Tentang kerusakan Menara Eksperimen, aku yang tanggung. Tapi keputusan terhadap Blaise harus dicabut. Tidak ada pilihan lain."
"Akan saya buatkan daftar kerusakan." Melihat pria itu mau berkompromi, Shanggra pun melunak.
"Baik, serahkan langsung daftarnya ke Blaise," jawab suara itu dengan nada kesal tersamar.
※※※※
“Harus, harus membayar sebanyak ini koin emas?” Karl menatap daftar di depannya dengan ekspresi sangat kesakitan.
Shanggra berkata dengan nada dingin: "Ya, pilihannya membayar ganti rugi atau dikeluarkan dari akademi. Kau sendiri yang memilih. Tentu saja, kakakmu akan membayar terlebih dahulu. Dia menyuruhku menyampaikan bahwa kau harus mengembalikan uangnya dari keuntungan masa depan Kadipaten Viorate dan tabungan pribadimu. Ini langkah pertama dalam tumbuh kembang, disebut 'tanggung jawab'."
Karl tampak hampir menangis: "Aku... aku akan membayar."
Kepalanya tertunduk, kembali ke asrama seolah dunia hendak binasa. Tanpa bicara sepatah kata pun, langsung berbaring di tempat tidur untuk tidur. Perilaku ini membuat Tony dan Sami yang sudah terbiasa dengan celotehnya yang tak pernah berhenti merasa sangat tidak nyaman.
Untungnya mereka sudah tahu hasil penanganan akademi, sehingga tidak salah mengira Karl akan dipecat.
"Tidurlah, besok ada kuliah terbuka Tuan Felipe," kata Tony antusias kepada Sami.
Sami mengangguk, belakangan ini semangatnya tampak semakin merosot.
※※※※
Mata merah gelap, aura senyap...
Tony langsung duduk terengah-engah, mimpi buruk itu lagi!
Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang tak beres. Kepalanya menoleh ke tepi tempat tidur. Melalui kilatan cahaya redup di jendela, terlihat Sami berdiri dengan mata terpejam rapat, hantu di belakangnya menyatu sempurna dengan raganya.
Kemudian, Sami berjalan keluar dengan pose kaku yang mengerikan.
Tony hendak berteriak memanggilnya, tapi mulutnya tiba-tiba ditutup. Suara Karl bergema di telinganya: "Jangan! Kalau kita bangunkan dia sekarang, mungkin Jiwa Sami akan hilang selamanya. Mari kita ikuti."
Tony gemetar ketakutan, tapi juga menangkap nada bersemangat dalam suara Karl yang seperti ingin segera mencoba sesuatu.
