"Benarkah?" Tony, Sami, dan Jones serentak berdiri, kebahagiaan dan kecurigaan tergambar jelas di wajah mereka.
Karl mengangguk keras: "Tentu saja, aku tidak mungkin salah mengenali tulisan dan tanda Kakakku."
"Maksudku, apakah dia benar-benar yakin? Apakah ada penjelasan tentang alasan di balik ini, siapa yang mengendalikan di belakang layar?" Meski Tony cukup paham bahwa kakak Karl seharusnya adalah orang penting dengan kekuatan dan pengaruh yang sama besarnya, namun karena tidak memiliki pemahaman langsung tentangnya, dan menyangkut keselamatan diri mereka sendiri, dia tak bisa menahan diri untuk terus bertanya, enggan percaya begitu saja.
Karl melempar kertas catatan itu ke Tony: "Jika dia berkata begitu, artinya keyakinannya lebih dari 90%. Hmm, dia hanya menjelaskan bahwa ini bukan mimpi normal di bidang ilusi, tapi melibatkan sistem yang lebih tinggi. Tidak disebutkan siapa manipulator konkretnya. Aku perkirakan dia masih menyelidiki hal ini, belum ada kesimpulan sementara. Satu-satunya yang bisa dipastikan adalah lawan kita tidak sekuat yang kita khawatirkan. Jadi, mari kita pura-pura melupakan ini, melakukan pengamatan diam-diam dan menunggu..."
Tony melihat kertas catatan di tangannya. Isinya kurang lebih sama seperti yang dikatakan Karl, tentu saja tanpa kerumitan gaya bicaranya. Di bagian akhir kertas, terdapat tanda berbentuk topi tinggi hitam yang tampak biasa namun memancarkan aura unik.
"Tapi tetap terasa tidak terlalu aman..." gumam Jones pelan. Meski demikian, dia tidak punya pilihan lain. Melaporkan gegabah ke akademi mungkin akan menempatkannya dalam bahaya.
Sami menghela napas. Tangan kanannya meraih bahu kiri, menepuk-nepuk hantu yang selama beberapa hari terakhir terlihat lesu. "Kalau Kakak Karl sudah bilang begitu, kita tidak perlu terlalu khawatir. Ngantuk nih," ujarnya sambil menguap.
Otot wajah Tony berkedut. "Sami, kelihatannya kau terlalu lega. Setidaknya sampai sekarang, penyebab sebenarnya dan pihak yang mengendalikan di balik layar belum terungkap. Bagaimana mungkin kita benar-benar bisa melepaskan kekhawatiran?"
"Lalu bagaimana? Apa yang bisa kita lakukan? Hanya bisa berhati-hati setiap hari..." Sami justru menunjukkan aura jomblo yang khas, dengan santai melepas pakaian dan menyelip ke dalam selimut.
Karl tersenyum, matanya berkilauan: "Dengan perhatian kakakku, sebenarnya tak ada yang perlu ditakuti. Jika mimpi buruk itu terulang, kita harus benar-benar mengeksplorasi dan mengambil risiko..."
Sekali lagi dia menunjukkan semangat ingin mencoba yang menggebu-gebu.
Tony dalam hati bergumam, rupanya dia sangat percaya diri pada kakaknya.
※※※※
Pagi hari berikutnya, keempat penghuni asrama 202 sedang sibuk bersiap-siap ketika tiba-tiba terdengar dok, dok, dok di pintu.
Tony dengan cepat mengancingkan jubah sihirnya, berbalik mendekat lalu membuka gerbang lebar-lebar: "Silahkan... Mentor Robert?"
Di luar ternyata berdiri mentor berwajah mayat itu. Kilatan berbentuk jarum berwarna merah tua di matanya dan pembuluh darah yang jelas terlihat di wajah kekuningannya selalu membuat Tony merinding.
Mengapa dia datang sendiri ke sini?
Meski penampilan Robert terlihat mengerikan, suaranya terdalam dan ramah: "Kebetulan aku melewati 'Menara Kehidupan', jadi sekalian memberitahu kalian. Apakah kalian bersedia bergabung dengan 'Laboratorium Genetika Cabang Heidler' sebagai asisten tingkat murid?"
"Apa itu Laboratorium Genetika Cabang Heidler? Apakah lembaga penelitian yang dibangun Tuan Felipe dan kawan-kawan di akademi? 'Kalian' termasuk Tony, aku, Sami, dan Jones? Atau hanya beberapa saja? Tuan Robert, aku sangat menyukai penelitian faktor genetika, dalam hal ini sudah memiliki akumulasi yang cukup..." Karl berlari keluar sambil memegang sikat gigi, mulutnya berbusa putih mengeluarkan serentetan pertanyaan dan pengakuan spontan.
Saat itu, para magang yang sedang bersiap ke Menara Pengajaran memperhatikan Robert yang berpenampilan khusus. Mereka berhenti di sekitarnya sambil memandang Tony dan yang lain dengan heran dan terkejut. Laboratorium Genetika Cabang Heidler? Apakah ini kebenaran mutlak?
Tony, Sami, dan Jones sama-sama terkejut sampai tidak bisa berkata-kata, berdesakan di pintu, menatap Robert dengan penuh harap sambil menunggu jawabannya.
"Karena kondisi di dunia mayat hidup sangat khusus dan memudahkan eksperimen dengan persyaratan ekstra tinggi, Tuan Felipe selama ini merencanakan pendirian 'Laboratorium Genetika Cabang Heidler'. Beberapa hari lalu, persiapan laboratorium cabang ini sudah hampir selesai dan mulai merekrut staf. Saya adalah ahli sihir oskur pertama yang dipilih Tuan Felipe," jelas Robert dengan tenang sambil memaparkan konteksnya, "Berkat pertanyaan kalian di kuliah terbuka, Tuan Felipe memiliki kesan baik. Saat membuka rekrutmen asisten tingkat murid, beliau sempat menanyakan tentang kalian. Saya sendiri sangat puas dengan usaha belajar kalian selama ini, sehingga merekomendasikan kalian dengan serius."
Setelah jeda sebentar, dia menambahkan: "Ini termasuk Karl, Tony, dan Jones."
Murid-murid di sekeliling baru tersadar, mengeluarkan suara menarik napas lega. Ternyata benar-benar Laboratorium Genetika Cabang Heidler! Benar-benar bisa belajar di sisi Tuan Felipe! Atas dasar apa mereka terpilih? Mengapa bukan diri mereka sendiri?
Dalam rasa kagum, iri, dan cemburu, banyak murid diam-diam menyesal. Andai saja saat kuliah terbuka dulu, mereka meniru cara Karl berebut bertanya untuk meninggalkan kesan baik pada Tuan Felipe – keunikan penampilan Karl memang membuatnya terkenal di "Menara Kehidupan".
"Benarkah?" Tony dan Jones bertanya lagi dengan rasa tak percaya, sementara Sami menundukkan kepala muram. Bagaimanapun dirinya adalah murid bidang jiwa, mana mungkin terpilih oleh Laboratorium Genetika.
Robert mengangguk pelan: "Hal seperti ini perlu apa ditipu? Alasan Tuan Felipe memiliki kesan pada kalian adalah karena beliau menganut prinsip: Ahli Sihir Oskur yang tidak pernah bertanya 'mengapa' bukanlah praktisi sejati."
"Ini adalah kalimat yang pernah diucapkan oleh Ketua Douglas!" Semua murid di tempat itu tahu persis. Kini mendengarnya lagi, penyesalan seperti tikus menggerogoti jiwa mereka - seharusnya mereka tidak membiarkan rasa malu, ketakutan, dan emosi lain mengikat niat bertanya! Ke depan harus berani bertanya 'mengapa'!
"S-sungguh...sungguh luar biasa! Terima kasih, Mentor Robert..." kata Tony dengan gemetar penuh semangat. Meskipun ada alasan Tuan Felipe yang langsung melakukan pemeriksaan, tapi rekomendasi mentor juga berperan besar.
Jones berdiri terpaku, senyum bodoh muncul di wajahnya seolah masuk ke dalam 'bidang'-nya sendiri. Kejutan ini datang terlalu tiba-tiba, sama sekali tanpa persiapan mental!
Robert mengangguk, tetap tanpa ekspresi: "Sepertinya kalian semua setuju. Nanti datang ke kantorku, aku akan antar kalian melapor ke 'cabang laboratorium'."
"Mentor Robert, sebagai asisten tingkat murid, tugas utama kami apa? Membantu membuat material eksperimen? Mencatat observasi makhluk hasil kultivasi, memberi mereka makan? Atau langsung membantu observasi? Menganalisis menggunakan pengetahuan kristalografi sihir..." Karl menaruh sikat gigi diam-diam setelah melihat banyak orang, membersihkan busa di mulutnya. Bukankah dirinya pria terhormat yang sangat memperhatikan penampilan dan tata krama!
"Nanti akan ada yang memberi tahu kalian." Otot wajah Robert berkedut, mengabaikan serbuan pertanyaan Karl yang seperti hujan deras, lalu berbalik pergi.
"Sungguh luar biasa!" Barulah setelah Robert pergi jauh, Jones tersadar dan mengayunkan lengannya dengan semangat.
※※※※
Setelah lift vertikal turun ke aula, ia tidak berhenti. Kilatan cahaya pucat kehijauan menyambungkan lambang mentor di dada Robert, kemudian terus melanjutkan penurunan ke kegelapan total.
"Hmm, laboratoriumnya di bawah tanah?" Karl yang penasaran dan bersemangat melirik ke kiri-kanan.
"Tony memalingkan wajah dengan ekspresi seperti tidak mengenalnya. Meski penampilannya tenang dan anggun bagai air danau yang tenang, namun sebenarnya dia seperti kucing kecil yang sedang menggerakkan cakar."
Robert tidak menoleh sedikitpun, berpura-pura tuli terhadap suara Karl yang terus-menerus.
Beberapa saat kemudian, lift vertikal berhenti. Tirai cahaya pucat kehijauan terbuka, memperlihatkan benda logam berbentuk cerutu berwarna abu-abu perak di depan. Robert langsung melangkah masuk.
"Harus naik shuttler bawah tanah juga?" tanya Karl dengan riang.
Tony dan Jones sama-sama belum pernah melihat benda-benda magis semacam ini, agak gelisah. Untung ada Karl yang terus "menerangkan" di samping.
"Hm." Robert mengangguk perlahan.
Shuttler bawah tanah menutup dan melaju cepat melalui terowongan. Setelah dua tiga menit, perlahan berhenti. Di sebelah kiri terlihat gerbang logam keperakan yang besar dan megah, berpintu ganda dengan aura dingin yang menyiratkan kewibawaan.
Robert mengeluarkan lencana aneh dan menggoyangkannya. Gerbang membuka ke kedua sisi, memperlihatkan lorong bawah tanah dengan dinding menyerupai sarang tawon jingga. Desainnya yang unik begitu menggemparkan, bahkan Carl secara tak sadar berhenti berbicara.
Setelah melewati lorong ini dengan khidmat, terhamparlah persimpangan jalan-jalan dengan gerbang logam berbeda di setiap jalur.
"Aku akan ajak kalian membuat lencana akses terlebih dahulu," ujar Robert singkat.
Sebelum kalimatnya tuntas, gerbang logam di salah satu jalur terbuka. Felipe muncul dengan kedua tangan terselip di saku jas hujan panjang hitamnya.
"Selamat pagi, Tuan Felipe!" Tony dan Jones menyapa bersemangat. Carl terlambat setengah langkah, memberi hormat layaknya pada mentor.
Felipe menyapu mereka dengan sorot mata yang berhenti sebentar di setiap wajah, lalu berucap datar: "Ini bukan tempat bermain. Harap kalian ingat itu."
“Ya, Tuan Felipe.” Saat Tony dan yang lain menjawab, Felipe sudah melewati mereka dan berjalan ke arah seberang.
Tiba-tiba, dia berhenti. Tanpa menoleh, suaranya terdengar: "Jangan jadwalkan Karl untuk eksperimen dulu. Biarkan dia mengenal kerja setiap kelompok penelitian."
Tony menahan tawa dalam hati. Apakah reputasi Karl sebagai "Perusak Laboratorium" sampai membuat Tuan Felipe khawatir?
Karl mengatupkan bibir, wajahnya penuh rasa tidak adil.
Tiba-tiba detak jantung Tony berdegup kencang. Seolah dari kedalaman laboratorium, atau mungkin lebih dalam lagi di bawah tanah, ada sesuatu yang memanggilnya.
Apa ini? Tony menatap bingung ke dinding sampingnya. Dia tak berani memastikan apakah ini halusinasi, karena sensasi panggilan itu sudah lenyap seketika.
Matanya menyapu Karl dan Jones yang hampir terabaikan. Melihat mereka tak merasakan apa-apa, kebingungannya bertambah: Jangan-jangan ini benar-benar halusinasinya karena terlalu khawatir?
"Sekarang tidak nyaman untuk pemeriksaan, nanti di asrama kita berdiskusi…" Tony menekan kecemasannya.
※※※※
Malam hari, Asrama 202 "Menara Kehidupan".
Karena Karl dan Jones tidak merasakan hal itu, begitu juga Sami yang di kelas, perasaan Tony tidak dianggap serius. Bagaimanapun mereka percaya ada yang memperhatikan di belakang layar.
Dalam kondisi mengantuk, detak jantung Tony tiba-tiba cepat lagi. Dalam penglihatan yang gelap, seolah muncul cahaya api.
Matanya terbelalak kaget, menemukan dirinya terbaring di depan sebuah nisan. Sami, Karl, dan Jones juga ada di sekitarnya, sedang bingung menatap sekitar.
