Di depan kabut hitam menyebar, tak bisa menembus tangan, suara tak bergema. Seluruh tubuh seperti tenggelam dalam maut yang paling murni dan damai, bahkan jiwa pun berkabut tanpa setitik niat yang muncul.
Tiba-tiba, warna abu-abu keputihan menembus kabut hitam pekat itu. Tubuh Tony gemetar hebat, melepaskan diri dari keadaan pikiran yang membeku. Ia mendapati dirinya berdiri di padang gurun berpasir hitam, langit keabu-abuan suram dengan pemandangan khas dunia mayat hidup. Di kejauhan depan menjulang istana kuno berwarna hitam pekat yang rusak parah, megah namun penuh kesedihan, menyebarkan aroma kematian tak terbatas.
Dok, dok, dok. Detak jantung Tony tanpa sadar semakin cepat, seolah ada sesuatu di dalam istana tua itu yang memanggilnya. Getaran panggilan itu begitu kuat, begitu jelas, begitu tak tertahankan.
"Ada sesuatu di istana yang memanggilku?" Suara serak seperti bebek jantan bergema dalam pikiran Tony.
Dengan sedikit kebingungan, Tony menoleh ke belakang. Ia melihat Sami, Karl, dan seorang pria gendut berdiri di belakangnya, sama-sama menatap istana di kejauhan.
"Eh, siapa Si Gendut ini?"
Kalimat ini tidak Tony ucapkan. Bisa mengalami mimpi buruk bersamaku, bisa masuk dalam komunikasi mental Karl, pastilah dia memiliki hubungan erat dengan kita. Sayang aku tidak membawa buku catatan...
Hantu di belakang Sami terus gemetar, wajahnya terkubur rapat di leher Sami, seolah sangat takut pada istana hitam dan apa yang ada di dalamnya. Tapi di saat bersamaan, kedua tangannya menarik-narik tubuh Sami, seperti mendorongnya untuk memasuki istana dan mendekati benda itu.
"'Mimpi' di tingkatan ini?" Karl bergumam setengah ragu setengah bersemangat, lalu berseru dengan intonasi naik-turun seperti memberi perintah maju ke medan tempur, "Ayo kita masuk lihat!"
Tony dan Sami tidak menjawab. Di bawah pengaruh pemanggilan yang begitu kuat, kaki mereka sudah melangkah maju.
Melewati padang hitam yang sunyi dan tandus, keempat orang itu mendekati istana hitam. Mereka melihat gerbang besar yang diukir dengan pola-pola putih pucat yang aneh, berdistorsi, mistis, dan kuno, seolah mengandung pola tertentu yang sulit disentuh.
Hu hu hu!
Tiba-tiba, teriakan keras dan melengking terdengar, membuat Tony, Sami dan yang lain terhuyung-huyung.
Karl mengambil sikap pertahanan, matanya berbinar-binar menatap ke arah sumber suara. "Penyerang yang bisa mengeluarkan suara dalam mimpi mirip dunia mayat hidup ini," gumamnya penuh semangat, "pasti memiliki kekuatan yang luar biasa atau menyimpan keanehan tersembunyi!"
Di atas pilar rusak parah dekat gerbang, seekor Burung Hantu setengah membusuk berdiri. Tubuhnya yang terdiri dari daging hitam busuk memperlihatkan tulang pucat kehijauan. Kedua sayapnya yang abu-abu keputihan terlihat compang-camping. Pada bagian kepala, satu matanya telah membusuk menjadi lubang hitam, sementara mata satunya mempertahankan warna kecoklatan aneh, memandang dingin ke arah Tony dan yang lain. Dari paruhnya terus terdengar teriakan mengerikan "hu hu hu" yang membuat Tony, Sami, dan Jones gemetar ketakutan. Apakah ini utusan maut? Ataukah not kematian yang mengintai?
"Burung Hantu yang bisa mempertahankan bentuk aslinya di dalam istana, tidak ada yang aneh. Apa kalian belum pernah melihat mayat hidup? Burung Hantu seperti ini sudah kubedah lebih dari lima puluh..." kata Karl dengan nada sedikit kecewa.
Saat itu, Tony sangat berterima kasih pada celotehan Karl yang tak henti. Ini membebaskannya dari teriakan Burung Hantu yang mencekam dan aneh itu. Tanpa itu, dia curiga jiwanya akan hancur berkeping-keping di sini, menjadi bagian dari istana. Meski tak mengerti mengapa Karl tidak terpengaruh, tapi perasaannya benar-benar nyata!
"Ayo masuk." Setelah berpidato panjang lebar, Karl mendorong gerbang berukiran pola-pola mistis itu lebih dulu.
Gerbang terbuka tanpa suara, membuka kegelapan gulita yang seolah menyimpan ribuan monster.
Dok, dok, dok! Begitu gerbang terbuka, Tony, Sami, dan Jones langsung merasakan dengan jelas "itu" melalui indra mereka - benda itu ada di depan, tepat di depan aula!
"Ayo segera!"
"Ayo segera!"
Suara pemanggilan seolah telah berubah menjadi entitas nyata, Tony dan yang lain secara tidak sadar melangkah, sementara Karl justru melihat ke sekeliling, menatap penuh rasa penasaran dengan mata perak-ungunya yang menyala hasrat eksplorasi.
Semakin maju, suara pemanggilan kian jelas bagaikan benda konkret.
"Datanglah! Kau akan memperoleh tenaga yang perkasa, kehidupan abadi akan kau raih!"
"Datanglah! Kekuatan, kekayaan, kejayaan, dan kecantikan semuanya menantimu!"
"Datanglah! Tak perlu lagi bersusah payah belajar dan meneliti, kuasailah kekuatan tak tertandingi seketika!"
"Haa." Dalam telepati, Karl tertawa pendek, membuyarkan sedikit kegairahan Tony, Sami, dan Jones yang kepalanya memerah.
"Apa yang lucu?" Tony bertanya secara refleks.
Karl tak bisa menahan tawa: "Kalimat godaan ini kontras sekali! Dua kalimat pertama terdengar resmi dan megah, tapi yang terakhir tiba-tiba sangat spesifik. Hahaha, 'menguasai kekuatan tanpa perlu belajar dan meneliti' - seolah dirancang khusus untuk mereka yang ikut ujian masuk terpadu. Aku seperti melihat paman mesum sedang menggoda gadis kecil dengan donat: 'Ikut aku, tiap hari ada makanan enak, tak perlu sekolah lagi atau mengerjakan soal latihan!' Bukankah ini terlihat sangat kikir dan lucu?"
"Tidak..." jawab Sami spontan.
Tony dan Jones mengangguk setuju, sense of humor Karl memang aneh.
"Kau bisa mendengar suara pemanggilan itu?" tiba-tiba Tony tersadar, "Bukannya kau selalu bilang tidak merasakan panggilan?"
Karl terkekeh: "Aku punya kemampuan khusus..."
Dia tidak menjelaskan terlalu banyak. Wajahnya yang lembut dan tenang dipenuhi rasa penasaran yang besar, seolah ingin segera bertemu dengan "penggoda" yang tak memiliki selera ini.
Melewati aula, di depan terdapat tujuh undakan. Di atas undakan tersebut terdapat takhta hitam yang berwibawa dan pekat.
Di atas takhta itu berdiri sebuah baju zirah lengkap berwarna hitam yang aneh. Baju zirah itu memancarkan kilau dingin, duduk dengan tenang layaknya manusia hidup.
Ia duduk diam, namun seakan memenuhi seluruh ruang. Helmnya yang gelap di balik pelindung wajah menyembunyikan kegelapan yang tak tertembus, bagai maut yang tak bisa dihindari atau dipahami setiap manusia.
Begitu melihat baju zirah lengkap ini, detak jantung Tony, Sami, dan Jones yang awalnya berdegup kencang mulai melambat. Pandangan mereka kosong, ekspresi seperti terhipnotis, tangan kanan terjulur ingin menyentuhnya.
Tenaga mengerikan yang agung terasa begitu dekat, sensasi menguasai segalanya terasa jelas. Cukup dengan mengambil sebagian baju zirah lengkap itu dan mengenakannya, semuanya bisa diperoleh dengan mudah!
Bagaimana mungkin Tony, Sami, dan Jones yang masih magang sihir bisa menolak godaan seperti ini?
Bahkan Karl yang tetap waras selama ini pun mengerutkan kening, ekspresinya terus berubah, hanya bisa memandangi mereka yang hendak mengambil baju zirah hitam itu.
Di padang tandus hitam berpasir, dua siluman memandangi istana raksasa dengan tenang - Felipe dan pria muda berwibawa yang sebelumnya.
"Ternyata benar seperti ini..." Pria muda itu mengejek, ekspresi sedikit malasnya tak berubah sama sekali.
Tepat ketika Tony, Sami dan Jones hampir menyentuh baju zirah aneh itu, tiba-tiba dia mengulurkan tangan kanan dan menekan kehamparan kehampaan di depannya.
Tiba-tiba, seluruh tubuhnya menjadi ilusi, seakan menyebar ke mana-mana, ada di mana-mana. Seluruh padang hitam pun berguncang tak henti, tanah dengan cepat terbelah.
Felipe menyilangkan tangan, diam-diam mengamati transformasi, ekspresinya tetap datar tanpa gelombang.
Tenaga, kekayaan, dan kejayaan hampir diraih. Hati Tony membara, matanya memancarkan hasrat nyata. Telapak tangannya seolah sudah bisa menyentuh baju zirah yang dingin itu.
Tepat di saat itu, tanah berguncang hebat, membuat Tony, Sami, dan Jones terjatuh ke tanah.
Dengan kesadarannya yang sedikit pulih, Tony terkejut melihat retakan-retakan muncul di baju zirah penuh godaan itu. Kemudian tanpa suara, benda itu hancur berkeping-keping, berubah menjadi gumpalan-gumpalan warna hitam-putih-abu yang menyebar.
Dan begitu melihat nuansa hitam putih kelabu yang tak bisa dideskripsikan dan tak tersentuh ini, Tony merasa pikirannya membeku, seolah tenggelam dalam Ketenangan Abadi yang Tak Berubah, bahkan tubuhnya pun mulai membusuk.
Kreek, suara pecahan yang jelas terdengar.
Tony membuka matanya lebar-lebar, menatap sekeliling, tapi ekspresinya kembali kaku. Ia mengira telah terbebas dari mimpi, namun pemandangan di sekitarnya tetap asing.
Ini adalah kegelapan tak bertepi, dihiasi simbol-simbol sihir keperakan dan keemasan yang berkilauan layaknya bintang-bintang. Mereka menyatu membentuk rasi zodiak berbeda, bahkan membentuk nebula yang gemerlap.
Di antara aliran simbol-simbol sihir yang mengalir, gumpalan hitam putih kelabu itu diam dengan kelainan, tak lagi memberi Tony sensasi akan langsung menemui ajal hanya dengan memandangnya.
"Di mana ini?" tanya Tony tanpa sadar, sama sekali tak berharap jawaban.
Namun suara Karl kembali bergema, dengan nada setengah bingung: "Tempat yang sangat familiar..."
Barulah Tony menyadari Karl, Sami, dan Si Gendut masih berada di sisinya.
Kreek, suara pintu yang terbuka terdengar. Tony menatap takjub ke arah sumber suara, melihat sebuah gerbang keperakan muncul mencolok di tengah langit berbintang. Dari balik pintu, masuklah seorang tua berwajah tampan mengenakan jubah sihir merah segar yang mencolok. Ia terlihat tetap penuh vitalitas seperti biasa.
"Ah..." Karl mengeluarkan seruan dengan perasaan kaget, senang, dan bingung.
Sang tua itu tiba-tiba menoleh tajam ke arah mereka seolah merasakan sesuatu. Dari balik mata merah kristalnya yang agak keruh, kilatan listrik berkelebat.
Seluruh tubuh Tony gemetar seperti tersengat listrik, mati rasa. Pikirannya buyar dan ia pun tenggelam dalam kegelapan.
Saat kegelapan menghilang, Tony bangkit sambil terengah-engah. Matanya kembali menyapu sekeliling sebelum akhirnya menghela napas lega diam-diam.
Cahaya di luar jendela redup, suasana dalam ruangan tenang dan damai. Ini jelas asrama mereka sendiri, akhirnya terbebas dari mimpi buruk!
Tapi pria tua itu benar-benar mengerikan. Hanya dengan satu pandangan di dalam mimpi, diri mereka langsung tersadar sepenuhnya.
"Akhirnya bangun..." Suara Sami dan Si Gendut bergantian terdengar.
Karl justru terus tertawa kecil dengan semangat abnormal, membuat Tony merinding khawatir masih ada masalah.
"Karl, kau baik-baik saja?" Dia bertanya dengan hati-hati.
※※※※
Mimpi hancur berkeping-keping. Felipe dan pria muda mistis itu tidak muncul di wilayah sebelumnya yang masuk ke "mimpi", melainkan muncul di terowongan logam. Dinding sekeliling dipenuhi dekorasi "sarang lebah" keperakan.
Keduanya tidak berbicara. Setelah berjalan beberapa jarak, menyaksikan gerbang abu-abu perak yang pekat dan elegan. Di samping gerbang tertulis beberapa kata sederhana:
"Lembaga Penelitian Kedelapan Majelis Sihir - Ruangan Penelitian Mirip Dewa".
