Hujan deras masih turun, namun kilat dan guntur semakin jarang, membuat malam terasa semakin gelap gulita.
Di ruang bawah tanah sebuah manor di pinggiran kota, Fernando duduk dengan muram di sudut ruangan sementara Roland berjalan bolak-balik dengan gelisah, sesekali menyelinap keluar untuk mencari informasi.
Kenyataannya, bahkan tuan rumah manor ini pun tidak tahu bahwa para Penyihir Gelap telah mengubah ruang bawah tanahnya menjadi markas mereka.
"Pasukan khusus gereja tertipu oleh persiapan kita, mengejar ke arah yang salah." Setelah beberapa saat, Roland masuk diam-diam, sambil menghindari beberapa jebakan, ia menyampaikan informasi yang didapat kepada Fernando, "Sesuai pelatihan sebelumnya, yang lain telah bersembunyi di pos lain dalam tim kecil. Kerugian konkret jumlah penyihir dan murid baru bisa diketahui setelah persoalan mereda."
Fernando tidak mengangguk maupun menggelengkan kepala: "Yang ingin kuketahui adalah, mengapa Anjing Cakar Hitam bisa menemukan tempat itu?"
Di balik mata merah segarnya seolah tersembunyi badai mengerikan yang sedang dipersiapkan, membuat Roland – teman yang sangat mengenalnya – tak sadar mundur selangkah.
Roland berkata dengan wajah muram: "Benar, ini juga pertanyaanku. Pos itu sangat tersembunyi, dan ini pertama kalinya kita menggunakannya. Sepanjang jalan juga tidak ada tanda diikuti Anjing Cakar Hitam. Mungkin ada yang tidak tahan lagi, lalu membelot ke pihak mereka."
Nada bicaranya tidak ada sedikit pun kelemahan, pengkhianatan, pembunuhan, dan pelarian adalah tema tahap lanjut Perang Fajar.
"Penyelidikan diam-diam, untuk sementara jangan memicu gerakan besar. Pengkhianat yang baik mungkin bisa 'membantu' kita. Lagipula sekarang kelompok dua tiga orang berpisah untuk bersembunyi, selain kita berdua, tidak ada yang tahu di mana kelompok lain bersembunyi. Pengkhianat sulit menyebabkan kerugian besar." Sikap Fernando yang tenang di luar dugaan Roland. Ia mengira Fernando akan mengamuk, menggeram, tak sabar menangkap pengkhianat lalu menyiksanya dengan berbagai sihir untuk membalas dendam Ingrid.
Roland mengangguk pelan: "Aku paham harus bagaimana. Sejujurnya Fernando, kukira watakmu yang meledak-ledak akan kehilangan kendali."
Tidak ada secercah senyum di wajah Fernando: "Amarahku sedang menunggu waktu yang tepat untuk meletus."
Dia menghela napas dalam hati. Meski sudah lama mengenal Roland dan bisa dianggap teman lama, Roland tetap belum benar-benar memahami dirinya. Benar, dirinya suka mencela, berwatak kasar dan gegabah, senang menggeram, memandang rendah orang lain. Tapi dia bisa mengendalikan diri, memahami situasi dan kondisi. Meski mulutnya tak mau mengalah, di hadapan fakta dan logika yang tak terbantahkan, dia tak akan keras kepala mempertahankan pendapat. Geramannya sebagian besar ditujukan pada masalah, bukan pribadi. Dan sekarang, keputusan terbaik seperti apa yang harus diambil, dia sangat paham. Amarahnya akan terus terakumulasi pelan-pelan, menunggu hari letusannya tiba.
"Dari kebiasaan dan tanda-tanda serangan, yang memimpin tim Night Watchers hari ini adalah 'Elang Botak'." Roland mengalihkan topik pembicaraan ke analisis penyergap hari ini, "Dia sudah lama memburu kita."
"Elang Botak" adalah sebutan hinaan mereka untuk seorang Night Watchers tingkat tinggi. Musuh tersebut berada di peringkat 30 teratas Night Watchers, seorang Ksatria Langit tingkat delapan dengan kode "Pemburu".
"Benar, di akhir evakuasi, dia terkena 'Panah Bayangan'-ku. Tapi dia juga menghancurkan pertahananku. Kalau bukan karena Pemicu Mantra, mungkin aku harus mencari cara untuk melakukan konversi menjadi lich." Fernando mengonfirmasi hipotesis Roland, kemudian melanjutkan dengan amarah yang hampir tak terbendung, "Kita harus merencanakan aksi untuk diam-diam membunuhnya! Buat semua Night Watchers, Pastor, dan Ksatria yang berani mengejar kita jadi takut, tidak lagi bersemangat!"
"Membunuh Night Watchers berperingkat akan memicu dampak balik dari Gereja. Bisa-bisa legenda langsung datang mengejar kita. Kamu rela menyerah pada basis yang sudah kita bangun?" Roland tidak setuju dengan ide Fernando. "Serikat Penyihir Gelap" tempat mereka bernaung masih sangat lemah, justru membutuhkan waktu untuk menghindari perhatian dan berkembang diam-diam.
"Justru karena kita lemah, kita perlu melakukan sesuatu yang besar agar para Penyihir Gelap mengerti bahwa mengikuti kita ada harapan. Lagipula sudah ada pengkhianat, sebagian besar basis di Kabupaten Pephus harus kita tinggalkan secara pasif. Dan target kita selanjutnya jelas: merangkul bangsawan-bangsawan yang tidak puas dengan Gereja, bersembunyi di balik mereka." Fernando berkata seolah membaca pikiran Roland, rambut hitamnya yang teracak menjuntai ke bawah - pertempuran melawan Sang Pemburu tadi memang tidak mudah.
Roland ragu-ragu menjawab: "Aku perlu berpikir lagi. Mari kita diskusikan hal ini setelah menjemput Douglas."
"Baik." Jawab Fernando singkat.
Melihat Fernando yang diam membisu, Roland seolah menyaksikan badai berwujud manusia.
※※※※
Sinar mentari bersinar cerah, langit biru tak berawan, bau amis samudra yang terbawa angin - semua ini memberi Pelabuhan Padraig daya tarik yang tak dimiliki wilayah lain.
Fernando dan Roland menyamar sebagai pedagang yang datang untuk mengambil kargo, berjalan bolak-balik di area tetap dermaga sambil mengawasi sudut mata ke arah tempat kapal layar bersandar. Sesuai perjanjian Galos dengan Douglas, lokasi ini akan menjadi titik pertemuan, dengan Sarung Tangan Putih yang mereka kenakan dan sapu tangan merah gelap di saku jaket sebagai tanda identitas.
Sebuah kapal layar bergaya klasik perlahan mendekat. Mata Fernando dan Roland bersinar serentak - inilah kapal yang ditumpangi Douglas, terlambat satu hari dari jadwal karena kondisi cuaca buruk di Selat Badai. Keterlambatan kapal adalah hal yang sangat normal, sehingga mereka tidak merasa aneh.
"Anjing Cakar Hitam!" Tiba-tiba ekspresi Fernando berubah. Ia melihat beberapa pria bertudung jubah memimpin puluhan ksatria bangsawan dan pengawal menuju tempat kapal akan bersandar. Sarung tangan hitam khas mereka menandakan identitas kelompok ini.
Ekspresi Roland menjadi suram: "Ini pemeriksaan rutin, ataukah khusus menargetkan Douglas?"
Sejak Antifleur jatuh, semakin banyak Penyihir Gelap yang datang ke Kerajaan Holm. Gereja mulai meningkatkan pemeriksaan terhadap kapal. Tentu saja, dengan alokasi personil dan energi yang mereka miliki, sebagian besar penyihir masih bisa menyembunyikan identitas dengan lancar. Selama tidak ada target khusus, seorang Mage Agung sama sekali tidak takut dengan tingkat pemeriksaan seperti ini.
"Darimana aku tahu!" Fernando menggeram rendah, "Harus melihat kekuatan Night Watchers dulu baru bisa menilai."
Saat itu, seorang pedagang berpakaian rapi masuk dari luar dermaga. Keduanya segera menghentikan diskusi, melanjutkan pura-pura menunggu kargo mereka sendiri.
"Selamat siang, Tuan-tuan. Apakah kargo kalian sudah tiba?" Pedagang ini bertubuh tinggi besar, berusia sekitar tiga puluh tahun. Hidungnya mancung, rambut hitam lebat, dahi yang lebar, fitur wajahnya biasa saja tidak bisa dibilang tampan. Namun mata biru muda yang dalam itu memberikannya aura unik - aura yang sangat familiar bagi Fernando.
Roland terkekeh: "Belum. Perkiraan kapal layar yang membawa kargo kita tertahan Storm. Bagaimana denganmu?"
Dia berdiskusi dengan semangat layaknya pedagang sejati.
"Kargoku sudah tiba, tepat di hadapan mata." Pedagang itu tersenyum ramah, nadanya selembut angin musim semi.
"Apa?" Roland membeku sejenak.
Fernando tiba-tiba tersadar, berbisik pelan: "Douglas?"
Roland menatap takjumpa, baru menyadari pedagang muda itu juga mengenakan Sarung Tangan Putih dengan saputangan merah gelap di saku dada.
"Benar. Kalian teman Galos?" Pedagang muda itu mengakui identitasnya tanpa ragu, bertanya dengan sikap tenang seolah tak gentar menghadapi Pasukan khusus gereja atau penyergapan di sekitar.
"Ya. Tapi... kenapa kamu masuk dari luar?" Roland merasa agak bingung.
Douglas terkekeh: "Aku turun lebih awal, menyusuri Dasar Laut, dan sudah menunggumu sehari di pelabuhan."
"Senyumnya agak menyindir, seolah memiliki kemurnian kekanak-kanakan yang belum terkontaminasi dunia."
Tak heran tidak khawatir menemukan Night Watchers dan penyergapan, sebelumnya mungkin sudah memeriksa sekeliling dengan teliti. Roland akhirnya tersadar.
"Kargo tertunda, kita kembali besok. Mari minum anggur dan berdiskusi." Fernando berbicara dengan bahasa pedagang, merasa sedikit kebencian pada Douglas di depannya - pria ini juga lebih tinggi satu kepala darinya! Dan tidak sekurus Roland!
Saat Night Watchers memeriksa kapal layar, tiga Penyihir Gelap pergi tanpa menarik perhatian. Seperti pedagang lain di dermaga, mereka naik kereta kuda sewaan menuju ibu kota Kabupaten Pephus.
Setelah berganti-ganti kereta kuda beberapa kali, kusir berubah menjadi anggota "Serikat Penyihir Bersatu". Barulah saat itu Fernando dan Roland melakukan perkenalan diri resmi.
“Aku Ketua Cabang Serikat di Kabupaten Pephus, Fernand Ballysta. Panggil saja Fernando, aku tidak terlalu suka nama keluarganya.” Fernando diam-diam mencibirkan bibir.
“Fernand Ballysta?” Douglas mengulangi dengan nada sedikit meninggi, lalu tersenyum, “Badai Kegelapan peringkat 296 dalam Daftar Pembersihan?”
Roland mengangguk menggantikan Fernando, menegaskan bahwa itu memang dirinya.
“Bisa masuk Daftar Pembersihan begitu baru mencapai tingkat tinggi, lalu naik ke 300 teratas setelah mencapai cincin tujuh. Kekuatan sihirmu pasti jauh melebihi penyihir tingkat tinggi biasa.” Douglas memuji dengan tersenyum.
Di periode ini, sebagian besar kekuatan Kekaisaran Sihir masih bertahan. Banyak Mage Agung dan penyihir tingkat tinggi masih ada, membuat Daftar Pembersihan mencapai 700-800 nama.
Fernando mendengus: “Hanya menguasai dan memperbaiki beberapa mantra, membunuh kardinal. Mana bisa dibandingkan denganmu, Mage Agung lingkaran sembilan.”
Tidak terlalu memedulikan nada perbandingan yang tidak disadari dari Fernando, Douglas tersenyum dengan tenang: "Aku? Aku bahkan tidak masuk Daftar Pembersihan."
"Aku juga selalu heran akan hal ini. Kau ini Mage Agung, bagaimana bisa tidak masuk Daftar Pembersihan?" Roland yang mengetahui Daftar Pembersihan dari Night Watchers yang dibunuhnya, tapi nama Derek Douglas tidak tercantum di sana.
Douglas tertawa rendah: "Saat di Antifleur, aku selalu dianggap sebagai anggota aneh tanpa prospek sihir. Bisa menjadi Mage Agung berkat akumulasi waktu, warisan guru, tempaan Perang Fajar, keberuntungan yang kebetulan, dan ide kecilku sendiri. Wajar Gereja tidak menganggapku penting. Lagi pula, penyihir yang bergabung dengan Gereja akan menghapus ambisi mereka dan berkata: 'Douglas itu takkan pernah menjadi Penyihir Legendaris atau punya ambisi besar. Dia hanya akan bertanya-tanya sambil menunggu kematian, tidak layak menghabiskan tenaga ekstra'."
Dia bercanda sendiri, sama sekali tidak menunjukkan kemarahan karena diremehkan.
"Aneh?" Roland dan Fernando bertanya serentak. Dalam percakapan sebelumnya, Douglas tidak hanya tidak menunjukkan keanehan, tetapi juga berbicara dengan jenaka dan sikapnya yang hangat membuat orang tanpa sadar mendengarkan ucapannya, seolah memiliki aura pemimpin alami.
Di saat yang sama, kesan Fernando terhadap Douglas membaik. Dengan jujur dia mengakui bahwa kemampuannya menjadi Mage Agung bergantung pada akumulasi waktu.
Douglas tersenyum: "Ya, saya ahli dalam mengajukan masalah."
"Apa yang aneh dari ini?" Fernando berkata dengan bingung, lalu melanjutkan perkenalan dirinya.
Tiba-tiba Douglas menyela: "Kau seharusnya ahli dalam mantra Elemen badai-kilat, bukan?"
"Tentu, julukan Night Watchers jarang salah." Fernando mengangguk perlahan.
Douglas tenggelam dalam keheningan, bergumam: "Mengapa kilat bisa membunuh... Bagaimana kilat tercipta..."
Fernando dan Roland menatapnya dengan perasaan terkejut dan bingung, bukankah kilat bisa membunuh adalah hukum alam? Masih bertanya mengapa? Sungguh orang aneh...
