"Penghentian Waktu! Sial!"
Sebelum otak sepenuhnya beku, "pemburu" tiba-tiba meneteskan pikiran ini. Namun semuanya terlambat, bahkan sebelum sempat bergerak ia telah menjadi "nyamuk dalam amber", membeku di langit.
Seluruh warna alam semesta terpisah, suram seperti lukisan kuno. Kemudian penglihatan pemburu memulihkan kehidupan - keemasan, hitam, hijau, merah menyala meresap kembali. Raga mereka pun mulai bergerak.
"Bergerak?"
"Bagaimana mungkin aku bisa melihat diriku sendiri bergerak?" pikirnya dalam kondisi tidak sepenuhnya waras.
Sebenarnya, sebelum mengalami "Penghentian Waktu", dia masih berpikir untung-untungan bahwa beberapa barang supernatural di tubuhnya yang aktif secara otomatis bisa menahan tiga hingga empat putaran serangan selama efek sihir, dan yakin bisa bertahan hidup.
Tapi mengapa dia menyaksikan raganya sendiri terangkat ke udara lalu terjatuh keras, dengan kilatan biru muda dan gelap terus bermunculan di tubuhnya, namun tak berdaya menghentikan "Dia" yang menghantam karpet dengan suara gedebuk?
Bagaimana mungkin ini terjadi?
Sang "Pemburu" memandang dengan bingung ke belakang, menyadari dirinya dalam keadaan semi-transparan yang kini tergenggam erat di tangan penyihir bertubuh tinggi itu.
Apakah jiwanya telah dicabut dari raga?
Mantra Lingkaran Kesembilan?
"Pemburu" yang berpengalaman tempur melawan penyihir akhirnya paham situasinya. Meski tak mengerti detail sembilan cincin sihir itu, ia pernah mendengar efeknya - mantra yang bisa menyuling jiwa dari tubuh korban!
Semua barang supernatural-nya tak mampu menahan mantra mengerikan ini!
Selesai!
Ia tahu dirinya tak punya kemampuan melawan lagi.
Douglas tanpa belas kasihan, tanpa ragu. Api putih pucat menyala di tangannya, membakar "Pemburu" hingga menjerit kesakitan seolah ribuan jarum menancap dan mengaduk tubuhnya!
Di saat bersamaan, ia melihat cahaya suci bersinar dari tubuh "Pelaksana" yang berseberangan, menetralkan efek mantra. Namun penyihir bertubuh pendek itu telah melepaskan diri dari "Penghentian Waktu". Dengan gerakan tangan cepat, sebelum "Pelaksana" menyadari, ia mengubahnya menjadi patung batu kelabu!
Meskipun Fernando sendiri juga akan terpengaruh oleh efek "Penghentian Waktu", dia sudah mempersiapkan diri sehingga bereaksi jauh lebih cepat daripada "Pelaksana".
Sesuai rencana yang telah mereka buat, Douglas dalam efek penghentian waktu terutama menangani "pemburu" tingkat delapan, menyisakan tenaga untuk menguras satu benda perlindungan diri "Pelaksana" dan melemahkan resistensi sihirnya. Setelah Fernando pulih, dia langsung menyerang "Pelaksana" tanpa peduli hal lain.
Dalam situasi dimana ksatria dan petugas gereja memiliki metode perlindungan diri yang tidak serumit dan semengerikan penyihir, Fernando sepenuhnya yakin bisa membunuh "Pelaksana" yang terkejut dan tak bisa kabur dalam dua sampai tiga mantra!
Kesulitan terbesar rencana ini adalah Douglas dan Fernando harus saling percaya - tidak hanya percaya bahwa lawan tidak berniat jahat, tapi juga percaya pada kekuatan masing-masing. Dari hasil terlihat koordinasi mereka cukup baik, sehingga Fernando secara spontan mulai berpikir bahwa Douglas cukup bisa diandalkan.
Tep! Tep! Tep!
Lima peluru sihir berwarna perak-hitam melesat dari tangan Fernando, menghantam tubuh "Pelaksana" yang telah diubah oleh mantra Petrifikasi. Patung batu itu mengeluarkan suara retakan nyaring, celah-celah merambat dari luar ke dalam. Kemudian, struktur itu runtuh berhamburan menjadi pecahan-pecahan kecil, membangkitkan debu yang beterbangan.
Sejak pintu terbuka hingga saat ini, hanya dua tiga detik berlalu. Namun dua petarung tingkat tinggi telah tewas - satu kehilangan jiwa dari fisiknya menyisakan cangkang kosong, satunya lagi berubah menjadi tumpukan batu pecah.
Penyihir yang telah melakukan persiapan selalu menjadi sosok yang sangat mengerikan!
Sementara itu, Benson masih belum memahami apa yang terjadi. Ia hanya tertegun menyaksikan permainan cahaya dan bayangan di depannya. Sang "Singa" Kapten Night Watchers dan "Penjaga Pintu" masih membeku, belum sepenuhnya lepas dari kendali Douglas.
Seberkas cahaya gelap dan dalam melesat dari ujung jari Douglas, langsung mengenai Benson. Seketika, semua efek mantra-nya menghilang, seluruh sihir tak bisa lagi dilemparkan.
"Sinar Anti-Sihir"!
"Benson!" Fernando menoleh sambil menggeram keras. Wujudnya telah kembali normal, aura-nya bagai badai paling ganas di tengah lautan.
Benson menatap Fernando dengan rasa tak percaya. Hatinya dipenuhi kebingungan dan ketakutan, di telinganya berdenging seperti tertimpa Halilintar. Bibirnya bergumam tak henti: "Aku, aku tidak mau..."
Di saat seperti ini, mana mungkin Fernando membuang-buang waktu. Kilatan-kilatan keperakan menyembul dari kehampaan, membelit Benson menjadi bola petir.
Percikan listrik menghilang. Benson roboh dengan tubuh menghitam. Hanya wajahnya yang masih utuh karena dikendalikan sengaja oleh Fernando. Ekspresi bingung dan ketakutan membeku di wajahnya, sorot matanya menunjukkan kehilangan akal.
Pada saat ini, penjaga dan sistem pantauan di sekitar Tribunal baru menyadari pertempuran singkat di sini melalui formasi sihir ilahi.
"Serangan musuh!"
"Pelaksana Agung, serangan musuh!"
"Segera beri tahu Pelaksana Agung untuk mengaktifkan sepenuhnya sistem pertahanan sihir ilahi!"
"Pelaksana Agung sendiri yang diserang!"
Dalam sekejap, Night Watchers, interogator, dan algojo berlarian panik ke segala arah. Mereka belum pernah mengalami situasi markas besar diserang mendadak, sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hanya mengikuti pengalaman tempur normal: bersembunyi, mengamankan posisi, mencari kesempatan balas dendam. Sedikit yang masih waras tidak bisa menemukan "Pelaksana" yang berwenang mengaktifkan sistem sihir, hanya bisa saling berdiskusi dengan bingung.
"Pelaksana Agung dibunuh, segera cari Yang Mulia Pemburu!"
"Yang Mulia Pemburu juga hilang!"
"Siapa... siapa yang memiliki kewenangan transisi alami setelah kematian Pelaksana Agung?"
Kekacauan masih berlanjut, Tribunal yang telah damai selama seabad sulit memberikan respons efektif tanpa pemimpin. Beberapa saat kemudian, barulah ada yang menyadari mereka memiliki kewenangan formasi sihir ilahi - sesuai pengaturan formasi, jika "Pelaksana" gugur, asistennya secara otomatis memperoleh izin formasi.
Namun saat itu, Douglas dan Fernando telah meninggalkan Tribunal, membawa mayat "Pemburu" dan Benson, mengambang di atas kompleks Tribunal.
"Lemparkan ke pintu masuk alun-alun." Suara Fernando bergemuruh, masih menyimpan getaran kemarahan.
Dua jenazah menghantam tanah. Jari Fernando meliuk, darah Pemburu mengalir sendiri membentuk kata-kata merah darah di tanah:
"Pengkhianat, mati!"
"Pemburu, mati!"
Di saat yang sama, dalam tirai hujan yang gelap, Douglas mengangkat tangannya. Empat meteor membawa api yang membara jatuh dari langit, menghantam rumah dua lantai Tribunal dengan keras.
Boom!
Ledakan dahsyat terjadi, fragmen-fragmen beterbangan, gelombang kejut menyapu sekeliling. Bangunan dua lantai beserta sebagian besar struktur bawah tanah runtuh dan hancur. Sebagian besar Night Watchers yang belum lepas dari kekacauan berubah menjadi mayat yang tidak utuh, hanya sedikit yang beruntung bisa bertahan hidup.
Karena Tribunal terletak di bawah tanah, terlindungi oleh formasi sihir ilahi, ditambah hujan deras dan gemuruh halilintar, para kardinal di gereja tidak menyadari ketika Douglas menggunakan mantra seperti "Penghentian Waktu". Mereka baru merasakan firasat buruk ketika "Pelaksana" mati.
“Meteor” jatuh, kardinal yang ketakutan dan panik awalnya lupa apa yang harus dilakukan, namun segera tersadar. Sambil mempersiapkan pengaktifan sistem pertahanan kota, dia juga berencana memberi kabar ke Gereja Cahaya di Kantor Pusat Keuskupan Holm.
Meteor dengan ekor api panjang melintasi langit. Saat menghujam kota, Roland yang bersembunyi di langit lewat kegelapan dan tirai hujan seakan melihat sinyal pemberangkatan. Sebuah cincin di tangannya memercikkan busur-busur listrik yang terhubung secara halus dengan Formasi Sihir yang dipersiapkan Fernando di bawah.
Tiba-tiba kilat di langit menyatu menjadi satu berkas, menyambar dari langit ke bumi dengan dahsyat. Kilau keperakan mengusir semua kegelapan.
Prak!
Kilat tak terarah itu menghantam lapisan cahaya yang baru diaktifkan. Ular-ular listrik beterbangan, memperlambat operasi formasi sihir ilahi selama beberapa detik.
Roland sama sekali tidak melihat efek yang dia sebabkan, langsung berbalik dan terbang menjauh ke lokasi yang telah dijanjikan dengan kecepatan hampir mencapai batas maksimal dirinya. Dan semakin dia terbang, semakin rendah ketinggiannya hingga akhirnya turun ke dalam hutan.
Sementara itu, Douglas dan Fernando di atas Tribunal telah menghilang sejak meteor muncul.
Hujan deras masih mengguyur, menghapus banyak jejak.
Satu menit kemudian, petarung tingkat tinggi lainnya di dalam kota, Ksatria Langit Pangeran Perfuss tiba di Tribunal. Melihat reruntuhan yang telah berubah menjadi lubang besar, ekspresinya berubah-ubah dipenuhi keheranan dan ketidakpercayaan.
"Pengkhianat, mati. Pemburu, mati..." Pangeran Perfuss membaca kata-kata berwarna darah yang ditinggalkan Fernando sambil bergumam, "Sungguh gila! Para Penyihir Gelap ini benar-benar nekat. Gereja pasti akan murka... Hmph! Selama ini memperlakukanku seperti anjing, aku ingin melihat ekspresimu sekarang!"
Dia menarik napas dalam-dalam, menahan diri dari senyum di wajahnya, seolah merasa kegilaan bukanlah hal yang buruk.
Kardinal tiba dengan ekspresi kaku dan wajah berubah pucat pasi, seolah Pangeran Perfuss berhutang ratusan ribu Emas Taler padanya, terus menggeram: "Sialan! Sialan! Akan kubakar kalian!"
Banyak bangsawan datang menyaksikan TKP, tak ada yang berani bersuara, hanya diam dalam keheningan canggung.
"Apa yang kalian lihat? Segera kejar orang-orang gila itu!" teriak kardinal dengan geram.
Para bangsawan menundukkan kepala, menyembunyikan ekspresi mereka dalam hujan deras dan kegelapan.
Setelah dua menit berlalu, cahaya suci menyembur dari gereja disertai getaran kuat medan teleportasi.
Seorang pria muda berambut hitam terbang keluar dari gereja. Tubuhnya tinggi, tidak mengenakan baju zirah, dengan rambut setengah panjang yang gelap. Di matanya yang biru tua seolah mengalir sungai kehidupan penuh liku-liku, sementara di tangannya tergenggam pedang indah berhiaskan ornamen mewah yang seakan mengkristalkan waktu.
Ekspresi kardinal berubah. Ia terbang mendekat dengan sikap agak takzim, "Yang Mulia Ktonia."
"Aku akan mengejar mereka." Ktonia menatap langit gelap. Hujan yang jatuh tiba-tiba melambat alirannya.
※※※※
Di tempat pertemuan yang telah disepakati, Roland berseru gembira, "Ternyata benar-benar berhasil menyerang mendadak!"
"Tak kusangka pertahanan Tribunal begitu lemah..." Douglas juga terlihat terkejut dengan kemudahan operasi ini.
Fernando tersenyum lebar, "Pasti ekspresi anjing-anjing cakar hitam dan para idiot Gereja sangat memprihatinkan!"
Setelah terdiam sejenak, dia menyembunyikan senyumannya dan berkata pada Douglas: "Kami akan membawamu ke Kantor Pusat Liga."
"Konon Liga memiliki kota terapung yang rusak?" tanya Douglas dengan rasa penasaran.
