Terlalu banyak komentar, ada yang tulus ada yang palsu, Luo Qi memilih beberapa untuk dibalas. Keluarga dekatnya semuanya diblokir, sampai sekarang belum dibuka kembali, jadi tidak ada nasihat-nasihat manis.
Luo Yu melihat postingan circle friends sepupunya, menyaksikan sepuluh tahun masa muda diakhiri seperti ini, pasti sepupunya sangat tersiksa.
【Kakak, peluk erat.】
【Yu Bao, aku baik-baik saja, jaga baik-baik mentimun kecilku.】
Luo Qi me-refresh lagi, Chu Lin mengomentarinya:【Pilihan yang tepat. Kamu secantik ini, masa takut tidak ada yang mendekati? Bos kamu saja sudah bagus, bisa dipertimbangkan untuk menerimanya.】
Luo Qi: "......"
Chu Lin ini minum berapa gelar sampai otaknya nge-blok dan mengetik kalimat terakhir itu.
【Lumayan, lingkaran teman bos dan Chu Lin di sini tidak bertumpuk, jadi bos tidak punya kesempatan melihat komentar Chu Lin.】
【Sejak berteman di media sosial, kami tidak pernah benar-benar mengobrol, hanya saling like postingan di circle friends.】
Luo Qi membalas Chu Lin:【Kau benar-benar bisa bikin ketawa (tertawa sampai menangis)】
Chu Lin tidak berpanjang lebar, membalas dengan beberapa emoji:【(mengerang)(mengerang)】
Tak lama kemudian, Luo Qi menerima pesan pribadi dari Chu Lin:【Tur konserku sudah selesai. Sekarang aku lagi di rumah. Kamu tinggal di mana? Aku jemput, ajak minum di bar kecilku.】
Luo Qi:【Aku di Suzhou buat rapat, baru pulang besok malam. Weekend aku cari kamu jalan-jalan.】
Dia menambahkan:【Bar itu beneran kamu yang buka?】
【Iya. Teman yang ngurusin, kecuali beberapa teman dekat, orang lain gak tau pemilik aslinya aku. Sekarang tambah kamu yang tau.】
【Bar kecilnya di mana?】
Chu Lin membalas dengan alamat lengkap, lalu mengirimkan nama bar: Kamu datang, aku masih ada
Luo Qi terpana, asalnya ada kebetulan sebegitu.
Pertama kali melihat nama kedai minuman kecil itu, ia langsung merasa bos pastilah punya cerita-cerita, karena nama toko itu sendiri sedang menuturkan kisah pilu.
Ia mengirimkan foto kedai minuman kecil yang pernah diambil sebelumnya dari album foto ke Chu Lin: 【Aku pernah ke sana. Jatuh cinta pada pandangan pertama dengan nama tokonya.】
Chu Lin: 【Jumat malam kau harus datang, boleh bawa teman, aku yang menjamu.】
Luo Qi bertanya: 【Teman tidak usah, kubawa sepupu perempuanku saja, dia penggemar fanatikmu.】
Chu Lin merenung, gadis kecil itu pastilah bernama Luo Yu, 【Baik, janji tak batal.】
Luo Qi mengetik kata 'selamat malam', belum sempat dikirim, pesan bos muncul: 【Turun lantai dalam 10 menit. Kita belum makan malam, sekitarmu kan familiar, carikan restoran untuk makan santap malam.】
Luo Qi melihat piyama dalam yang dikenakannya, tapi tidak bisa menolak, 【Baik Direktur Jiang.】
Ia mengeluarkan baju dan celana panjang berganti, hujan di luar masih berdesir rintik.
Waktu sepuluh menit sama sekali tidak cukup untuk dandan, Luo Qi merapikan rambutnya, hanya butuh delapan menit, mengambil tas lalu turun ke lantai bawah.
Baru turun dari lift, baru beberapa langkah berjalan, seseorang bergegas mendekat dari depan.
Tiba-tiba langkah orang itu terhenti, keduanya saling tertegun.
Pei Shixiao telah menerima SMS saat sedang menghadiri acara sosial di dekat sini, meninggalkan tempat duduk lebih awal, tergesa-gesa datang ke sini. Mengapa masih datang? Bisakah bertemu dengannya? Ia sendiri tidak tahu.
Ia berdiri tegak, "Ini mungkin pertemuan terakhir, aku ingin meminta maaf padamu, Luo Qi, maaf."
Dalam hatinya masih tersisa ketidakrelaan, ia menatapnya: "Sepuluh tahun, Luo Qi bisakah kau melupakannya?" Bagaimanapun, ia sendiri tidak bisa melupakan. Sepuluh tahun itu, dari masa remaja hingga usia tiga puluh tahun, terlalu banyak kenangan di antara mereka.
"Mari kita mulai lagi, akan kukejar kau sekali lagi. Jika kau tidak percaya, kita bisa tandatangani perjanjian pra-nikah, asalkan aku berselingkuh, semua hartaku menjadi milikmu."
"Luo Qi!"
Persis seperti kemarin, diintervensi secara paksa oleh Jiang Shenghe.
Jiang Shenghe di mobilnya tidak menunggu orang yang diharapkan, masuk ke aula utama untuk menjemputnya, begitu masuk langsung melihat sosok yang seharusnya tidak muncul.
Jiang Shenghe melangkah mendekat, menatapnya dengan penuh tekanan: "Apa yang terjadi lagi ini?"
Luo Qi: "......"
Sang bos menekankan kata 'lagi' itu, Luo Qi merasakan tatapan mematikan darinya. Siang tadi dia masih berjanji akan menyelesaikan ini secepatnya, baru beberapa jam berlalu, mantan pacar sudah datang ke rumah dan ketahuan olehnya.
"Direktur Jiang, beri saya dua menit."
"Kau pikir aku tidak sibuk, punya banyak waktu?"
"......Direktur Jiang..."
"Memanggil Direktur Jiang sampai ketagihan?"
“......”
Di tengah keterkejutannya, Jiang Shenghe meraih pergelangan tangannya, menariknya keluar dengan kasar.
Tarikannya terlalu kuat, karena inersia tubuhnya hampir menabrak badan Jiang Shenghe. Untung reaksinya cepat, menyangga dengan tangan di lengan pria itu sehingga badannya tidak sampai terbentur.
Pei Shixiao mengangkat tangan ingin meraih Luo Qi, namun saat tangannya terangkat, seluruh tenaga menghilang. Sepanjang perjalanan berpikir tak kunjung paham, bagaimana bisa tiba-tiba dia mempublikasikan alasan perpisahan mereka di circle friends tanpa menyisakan ruang kompromi.
Ternyata demi Jiang Shenghe.
Saat dia berbalik, keduanya sudah sampai di pintu hotel.
Begitu meraihnya, Jiang Shenghe tak ingin melepaskan lagi. Dia telah menunggu tujuh tahun.
Khawatir membuatnya kesakitan, dia sedikit melonggarkan genggaman namun tetap tak melepas pergelangan tangannya.
Pandangan Luo Qi kosong selama beberapa detik, tak bisa melihat jelas apapun, bahkan suara pun tak terdengar.
Saat Jiang Shenghe menangkap pergelangan tangannya, garis pertahanan dalam hatinya retak membuka celah. Dalam situasi kacau balau, dia mati-matian berusaha menutup retakan itu, melarang segala pikiran terlarang bermunculan.
Keluar dari hotel, dengan berat hati Jiang Shenghe akhirnya melepaskannya. Masih banyak waktu ke depan. Dia membuka payung hitam bertangkai panjang yang tadi diberikan manajer aula utama.
Manajer aula utama punya kode mata, hanya memberi mereka satu payung.
Dia melepaskan genggaman, aura tubuhnya juga menjauh, Luo Qi gelisah: "Maaf Direktur Jiang."
"Kau bersalah apa padaku?"
“......”
Luo Qi menemukan bos malam ini sangat sulit diajak bicara, setiap kalimat penuh dengan duri, membantahnya tanpa ampun.
Dia menjelaskan alasan permintaan maaf: "Saya membuat Anda menunggu lama."
"Tahu saja sudah cukup."
Jiang Shenghe mengangkat payung dengan tangan kanan, lengannya meliliti bahunya, hampir memeluknya dalam dekapan, menaunginya di bawah payung. Seluruh tubuhnya terlindungi payung, sementara sisi kiri tubuhnya berada di luar payung.
Sekali lagi, dia terbungkus dalam aura dominan khasnya. Dalam pelukannya, Luo Qi sementara tak bisa membedakan arah Suzhou, tak tahu apakah sedang menuju selatan atau timur.
Suara dinginnya yang khas terdengar dari atas kepalanya: "Pei Shixiao sedang mengawasi dari belakang, tak perlu bereaksi berlebihan, terus saja melangkah."
Jiang Shenghe memandang orang dalam dekapannya, "Mengunggah ke circle friends bukan juga percuma? Menghabiskan mantan pacar kok bisa serumit ini, Saat putus tak segera diputus, lemah tak berpendirian."
Luo Qi: "......"
Teruslah mengeluhnya sepuasmu, lagipula dia sama sekali tak bisa mendengar.
Malam hujan di Jiangnan, siapa sebenarnya yang tergoda.
Xiao Jiang turun untuk membeli rokok, baru keluar pintu hotel langsung menyaksikan pemandangan ini, hampir mengira matanya berkunang-kunang, tapi kedua orang itu memang bos dan Luo Qi. Mengingat Pei Shixiao berada di area lift, dia paham situasinya, mundur beberapa langkah ke aula utama, buru-buru mengambil telepon genggam untuk memotretnya, nanti bisa diberikan sebagai kenang-kenangan untuk bos.
Dari pintu hotel ke tempat parkir mobil kurang dari dua puluh meter.
Sopir sengaja memarkir jauh, tidak menjemput mereka tepat di depan pintu hotel.
Bagi Jiang Shenghe, dua puluh meter ini seolah hanya dua meter saja jaraknya.
Bagi Luo Qi, rasanya seperti telah berjalan sejauh dua puluh ribu meter.
Sampai di mobil, Jiang Shenghe membuka pintu mobil untuknya, lalu berputar ke sisi lain untuk naik.
Luo Qi duduk di mobil, menemukan sopir dan bodyguard ada di sana, baru jiwa kembali, teringat bos dalam kabar mengatakan 'kita belum makan malam', asalnya sopir dan bodyguard juga pergi makan.
Jiang Shenghe melipat payung dan duduk di sebelahnya, saat dia dalam dekapannya, pikirannya juga tidak teratur.
Raut wajahnya dingin, orang lain tidak melihat kecurigaan.
"Di sekitar sini restoran mana yang bagus?" Tanyanya padanya.
Reaksi Luo Qi lebih lambat dari biasanya, ragu sejenak baru menyebutkan di jalan apa, lokasi restoran itu sulit ditemukan, sampai di jalan tersebut dia akan memberi petunjuk konkret.
Jiang Shenghe membantunya menstabilkan perasaan: "Kejadian September tahun lalu kan? Sudah berapa lama berlalu, urusannya masih bertele-tele."
Luo Qi diam-diam mendengar tanpa membantah, dia juga tidak mengira Pei Shixiao akan mencari lagi.
Jiang Shenghe melihatnya diam, melanjutkan: "Nantinya ada posisi kosong di manajemen, performamu hari ini, bagaimana bisa bertindak cepat saat itu? Siapa berani menyerahkan jabatan sepenting itu padamu?"
Luo Qi langsung membela diri saat mendengar hal ini terkait karier profesionalnya: "Direktur Jiang, setelah bekerja sama dengan Anda sekian lama, seharusnya Anda sedikit banyak sudah mengenal saya. Saya akui penanganan saya dalam hal ini kurang tepat, tapi dalam pekerjaan mustahil terjadi situasi seperti ini."
Tampaknya perhatiannya sepenuhnya tercurah pada pekerjaan. Jiang Shenghe pun menghentikan pembicaraan ini.
Setelah itu, kedua orang itu masing-masing mengandung pikiran sendiri, memandang keluar jendela.
Luo Qi sedang membangun tanggul dalam hatinya. Garis pertahanan yang lama telah retak, seolah-olah ditambal pun tidak akan tersambung sempurna seperti dulu. Ia harus membangun tanggul baru, menambah satu lapis pertahanan lagi.
Antara dia dan pria itu terbentang perbedaan langit dan bumi. Ia hanya bisa, dan harus, memandangnya sebagai bos.
Sesekali bayangan siluet bos terpantul di kaca mobil.
Luo Qi menyesuaikan pose tubuhnya sedikit, menghalangi pantulan kaca hingga hanya bayangannya sendiri yang terlihat.
Jiang Shenghe meliriknya. Perempuan itu hampir seluruhnya membelakangi dirinya, berpura-pura sedang menikmati pemandangan malam di luar.
Dia mengambil ponsel, memotret sosok yang menjauh darinya. Entah ini hanya prasangkanya, sepertinya tanpa disadari sikapnya padanya sudah berbeda - seperti sekarang, kalau diganti staf sekretariat lain pasti tak berani duduk seperti ini.
Restoran yang hanya diketahui penduduk lokal Suzhou itu, setelah berbelok-belok akhirnya sampai juga.
Sopir menghentikan mobil, bersama bodyguard turun. Sesuai penjelasan bos sebelumnya, mereka berdua disuruh makan bersama.
Keduanya melangkah berat, mengikuti bos dari belakang, perasaan mereka lebih kompleks dibanding saat menonton konser piano tahun lalu di Suzhou.
Nanti saat makan malam harus bicara apa ya?
Sungguh tidak nyambung kalau ngobrol dengan bos.
Sampai di restoran, hujan pun reda.
Di bawah hotel, Pei Shixiao masih terpaku. Kabut asap rokok membungkusnya. Setelah Jiang Shenghe menggenggam Luo Qi pergi, dia sudah menghisap lima batang rokok. Yang baru dinyalakan di tangannya ini adalah batang keenam.
"Tuuut—tuuut—" dua kali bunyi sirene.
Pei Shixiao menoleh. Mobil ibunya sudah mendekat, jendela mobilnya terbuka perlahan.
Dia menghembuskan asap: "Ibu, bagaimana Ibu tahu aku di sini?"
Nyonya Pei: “Meneleponmu ingin membicarakan suatu hal, tapi sama sekali tidak bisa tersambung. Kecuali sini, tidak terpikir kau bisa ke mana lagi.”
“Kau terus merokok sampai besok pun, tidak akan mengubah apapun.”
Pei Shixiao tetap berdiri di tempat, baru naik mobil setelah menghabiskan sebatang rokok dan membuang puntung rokok.
“Dia sudah bersama Jiang Shenghe.”
“Apa？”
“Luo Qi sudah bersama Jiang Shenghe, mungkin baru siang ini.” Saat siang tadi Jiang Shenghe belum mengungkapkan perasaan, pasti terjadi siang atau malam ini.
Nyonya Pei terkejut, “Begitu rupanya. Makanya kau buru-buru ke sini larut malam.”
Dengan adanya hubungan baru Luo Qi, ia merasa lega tapi juga sedih untuk anaknya.
“Masih belum mau melepas？”
Pei Shixiao diam.
Nyonya Pei sadar pertanyaannya sia-sia. Mau tak mau melepas, tekad Luo Qi sudah bulat.
Siapa pun tahu, Jiang Shenghe takkan menikahinya. Keluarganya bukan keluarga biasa yang bisa dimasuki. Keluarganya juga tak mungkin menyetujui. Meski tahu tak ada hasil, Luo Qi tetap memilih Jiang Shenghe tanpa ragu. Lebih memilih tak punya pernikahan dan masa depan, daripada mempertimbangkan rujuk dengan putranya. Tak ada lagi yang bisa membuatnya berbalik arah.
Tekad Luo Qi untuk tidak rujuk, sekuat tekadnya untuk membalas dendam pada mantan suaminya.
Tak bisa kembali.
"Ibu sudah berusaha maksimal, kau juga sudah berusaha memperbaiki. Biarlah begini saja." Perintahnya pada sopir: "Jalan."
Pei Shixiao menekan pelipisnya. Sepanjang jalan yang dilalui mobil, hanya kenangan dengan Luo Qi yang terbayang.
"Akhir tahun ini aku akan ke Shanghai, kita tak perlu berjauhan lagi."
"Setelah kau tiba, kita makan di luar. Aku belum lapar sekarang."
"Besok jam berapa kita pergi mencoba gaun pengantin?"
"Aku merindukanmu."
Setiap ucapannya dulu, tak sempat ia jawab.
Tak ada lagi kesempatan.
Perempuan yang sangat menjunjung tinggi pekerjaan itu, demi dirinya rela pindah ke Shanghai.
Dering telepon masuk memutus kilas baliknya.
Pei Shixiao melihat telepon, nomor Cui Peng. Ia tidak menyimpan kontaknya, tapi ingat nomor ekornya.
Tidak diangkat, langsung memutuskan.
Tak lama, pesan Cui Peng masuk: [Mengganggumu. Hari ini sekretaris ibumu menagih utang padaku, bilang aku sengaja menungguimu di restoran dengan kecerdikan. Aku tidak. Aku yang duluan ke restoran itu. Aku kan tidak punya kemampuan meramal, bisa tahu kau akan ke sana. Kalau benar bisa meramal, setiap hari aku ingin sengaja bertemu denganmu.]
Pei Shixiao tidak membalas.
Nyonya Pei melirik anaknya, mengira itu telepon pekerjaan. Karena perasaannya tidak baik, untuk sementara tak ingin mengangkat.
Dia menghibur: "Perasaan sudah tiada tak masalah, bidang profesional jangan sampai hilang. Kau kalah dari Jiang Shenghe dalam urusan hati, jangan sampai di medan bisnis juga kacau balau."
Keesokan harinya di malam hari, forum puncak berakhir. Mereka naik kereta malam itu untuk pulang.
Luo Qi setelah menyesuaikan diri seharian, sudah meredakan hatinya. Adegan Jiang Shenghe memeluknya dalam dekapan sambil memayungi kemarin malam, tak lagi dipikirkannya.
Kembali ke Beijing, kembali diserap dalam pekerjaan yang sibuk.
Pada siang hari Kamis itu, Luo Qi selesai melapor pekerjaannya, "Direktur Jiang, apakah masih ada perintah lain?"
Jiang Shenghe sedang melihat komputer, tidak mengangkat kepala. "Berikan laporan situasi penjualan RuiPu Medical selama tiga tahun terakhir, daftar manajemen, termasuk riwayat hidup detail setiap individu."
"Baik, akan saya berikan sebelum pulang kerja."
Luo Qi keluar dari kantor, menutup pintu, diam-diam menghela napas. Kini menghadapi bos lebih menekan dibanding sebelumnya, selalu khawatir melakukan kesalahan.
Kembali ke kantornya, baru saja duduk, ada nomor asing meneleponnya, nomor dari Suzhou.
Luo Qi berpikir sejenak, mungkin itu orang dari RuiPu Medical. Ia menyambung telepon.
"Telepon Asisten Manajer Luo sulit sekali tersambung."
Itu suara Tante Besar, nadanya penuh ejekan.
“Kau tak perlu buru-buru menggantung telepon. Urusanmu dengan Pei Shixiao itu, aku tak mau ikut campur. Lagipula, kalau kau nekat menjalani hidup seperti ini, urusan apa lagi yang harus kuperdulikan? Selama ini aku hanya sia-sia ikut khawatir! Tapi nyatanya kau sama sekali tak menghargai.” Tante Besar mendengus sinis.
Teleponnya hari ini bukan untuk menyindir Luo Qi.
Klien besar Keluarga Pei benar-benar lepas.
“Kerja sama perusahaan kita dengan keluarga Pei Shixiao,” Tante Besar mengucapkan kata demi kata dengan gigi gemeretuk, “Karena ulahmu, tidak akan diperpanjang lagi!”
Tanpa klien besar Keluarga Pei, perusahaan mengalami kerugian parah. Terpaksa mereka mengancam Luo Qi, memaksanya ke jalan buntu, barulah mungkin dia berbaikan dengan Pei Shixiao.
Maka dia membesar-besarkan situasi: “Kehilangan klien sebesar itu, kini perputaran dana macet. Tekanan yang kami tanggung sebesar apa, kau tahu? Utang 10 juta lebih itu, kau yang tangani. Tidak bisa menunggu tiga tahun, paling lama dua bulan. Cepat kumpulkan dan berikan padaku.”
Sebelum Luo Qi sempat menjawab, pihak sana sudah lebih dulu memutuskan sambungan.
Luo Qi dengan geram, menelepon balik.
Tante Besar mengira dia terpaksa mengubah keputusan. Setelah lebih dari sepuluh detik baru diangkat: "Ada apa? Cepat bicara, aku sibuk!" Secara refleks dia mulai berlagak sok superior.
Luo Qi: "Saat meminjam uang sudah disepakati pelan-pelan dikembalikan dalam beberapa tahun. Bank pun tak bisa semena-mena mengubah tenggat pembayaran! Kalau sudah menyebut pesanan, mari kita bicara tuntas. Dulu saat mendapat pesanan besar dari keluarga Pei dan untung berlimpah, tak kulihat kau berbagi keuntungan. Kalau bukan karena aku, mana mungkin kau dapat pesanan dari keluarga Pei?"
"Dulu kau mau meminjamkan uang karena mengira setelah menikahi Pei Shixiao, aku takkan kekurangan 10 juta itu. Begitu menikah langsung bisa melunasi, mungkin malah memberi pesanan tambahan sebagai ucapan terima kasih. Sekarang kalkulasimu gagal, tanggung sendiri risikonya. Investasi memang berisiko - kau tak hati-hati, salah siapa lagi?"
“Kau... Luo Qi kau...” Tante Besar gemetar marah, “Lihat sikap kurang ajarmu ini, kau tahu diri tidak? Tahu tidak berapa kati bobotmu!”
“Sembilan puluh dua kati tiga tael.”
“Kau!” Tante Besar hampir meledak, “Kuberi waktu dua bulan untuk mengembalikan uang itu, terlambat sehari pun tak boleh! Tidak ada tawar-menawar!”
Luo Qi: “Kuingatkan lagi, jangan terus-terusan mengancamku, kau pikir aku takut? Utang ke keluargamu, aku akan lunas dalam beberapa tahun sesuai kemauanku, akulah yang berhak putuskan!”
Ia menutup telepon dan memblokir nomor tersebut.
Luo Qi mengambil cangkir dan menuang kopi besar-besar. Keluarga Pei Shixiao tidak langsung memutuskan kerjasama setelah putus, namun menundanya setahun. Meski begitu, Tante Besar tetap serakah tak kenal puas.
Saat pulang kerja, Jiang Shenghe menelepon: “Dokumen yang kuminta?”
Luo Qi: “Belum selesai.”
“Masih berapa banyak yang belum dirapikan?”
“Separuh.” Terhambat 10 menit karena emosi dengan Tante Besar, efisiensi kerjanya kalah dari biasanya. Dokumen yang seharusnya sudah rapi baru tertata setengah.
“Datang.” Jiang Shenghe menggantung telepon.
Luo Qi meletakkan mouse, dengan perasaan siap gugur menuju kamar barat bos.
Jiang Shenghe menatapnya tajam, “Mengapa tidak selesai? Dengan perform kerjamu, seharusnya tidak tertunda sampai kini. Aku ingin dengar alasan, bukan kebohongan.”
Luo Qi paham bos mengalami kesalahpahaman, mengira dia lagi-lagi terganggu pekerjaan karena Pei Shixiao.
Meminta maaf sekarang percuma, hanya bisa memperbaiki pekerjaan, “Ini urusan rumah, sudah beres. Setengah jam lagi dokumen akan saya serahkan.”
Jiang Shenghe tetap tanpa sepatah kata.
Melihat ekspresi bos, penjelasan tadi sama sekali tidak tulus. Bos tahu soal utang keluarganya. Dulu magang di FarVision Capital karena tidak mampu bayar biaya kuliah sekaligus cari uang saku. Perusahaan keluarganya bangkrut, dia dan Jiang Sishun sama-sama paham.
Berutang tidak memalukan, dia juga bukan sengaja tidak mengembalikan.
Luo Qi menjawab jujur: "Ini karena telepon dari Tante Besar. Keluarga kami berhutang lebih dari 10 juta dolar AS ke keluarganya. Perusahaan mereka sebelumnya bekerja sama dengan keluarga Pei... Tapi sekarang kerja samanya dihentikan. Tante Besar mendesak saya melunasi hutang, sebenarnya ini cara tidak langsung untuk memaksa saya rujuk."
Jiang Shenghe bertanya: "Berapa tahun kesepakatan pelunasan saat meminjam uang dari keluarga pamanmu?"
"Ayah menulis jangka waktu lima tahun di surat hutang." Sebenarnya bisa dilunasi dalam tiga empat tahun. Saat itu ayah ingin mengumpulkan mahar untukku selama setahun, jadi menunda batas pelunasan setahun. Kata ibu, sepupuku awalnya tak mau menerima surat hutang, bilang keluarga tak perlu formal. Tapi ayah yang proaktif membuat surat hutang lengkap dengan perhitungan bunga, lalu menyerahkannya ke Tante Besar. Lanjutnya: "Setelah putus, saya janji pada mereka akan melunasi dalam tiga tahun."
"Berapa batas waktu yang Tante Besar berikan untuk memaksamu rujuk?"
"Dua bulan. Saya tak hiraukan, tetap akan lunasi sesuai rencana awal tiga tahun."
Jiang Shenghe mengangguk, menandakan sudah mengerti. Karena Tante Besar menggunakan taktik untuk memaksanya rujuk, mereka takkan mudah menyerah, "Jika Tante Besar menghubungimu lagi, biarkan dia menuntut. Perusahaan akan menyediakan pengacara untukmu. Tim hukum Yuanwei tidak pernah kalah dalam 6 tahun berturut-turut."
Luo Qi: "......"
Pengacara tak diperlukan. Sekalipun Tante Besar ingin menakut-nakutinya dengan gugatan, Paman dan Kakak Sepupu pasti tak setuju. Namun dia tetap berterima kasih: "Terima kasih, Direktur Jiang."
Jiang Shenghe terdiam sejenak, mencari solusi yang mudah diterima dan tak membuatnya berhutang budi besar. "Kau salah satu dari sedikit orang yang diperhatikan Ibu Jiang. Kerja sama kita juga harmonis. Baik secara profesional maupun pribadi, aku ingin kau tetap di Yuanwei. Jadi jika suatu hari kau memutuskan melunasi utang sekaligus, kau bisa mengajukan permohonan mengambil gaji tahunan lima tahun ke depan. Aku yang akan menandatangani jaminannya."
Luo Qi tidak mengira bos proaktif membantunya mencari cara, dia tidak akan meminjam gaji. Meminjam gaji lima tahun sama seperti saat Jiang Yueru ingin menugaskannya mendadak ke FarVision Capital dulu, melanggar aturan, dan akan merepotkan bos.
Sama seperti Direktur Jiang, kebaikannya tak bisa dia balas. Satu-satunya cara adalah bekerja lebih giat. "Direktur Jiang, saya akan merapikan dokumen, paling lama setengah jam akan saya antar ke sini."
Perasaannya pasti sedang tidak baik. Dia ingin menemani. "Bawa ke sini, aku akan bantu merapikan agar lebih cepat."
