Dia mengira, setidaknya sebelum bertemu dirinya, Jiang Shenghe pernah memiliki sekali pengalaman berpacaran.
Penyesalan masa muda itu, bagaimana harus dia tebus untuknya.
Luo Qi menopang dagunya melihat keluar jendela mobil, pemandangan malam berkilauan dan memesona, dia lupa membalasnya.
Seandainya tujuh tahun lalu di bioskop, saat itu dia mengajaknya mengobrol, bagaimana kelanjutannya?
“Kenapa diam seribu bahasa?”
Jiang Shenghe memecah kesunyian.
Luo Qi menoleh, pikirannya masih tertahan tujuh tahun lalu, bereaksi lamban, sebelum suasana menjadi canggung, terpaksa melanjutkan topik pacaran dini: “Aku waktu SMA juga tidak pernah pacaran dini.”
Baru diucapkan sudah merasa ini tindakan berlebihan.
Masa lalunya sudah dia pahami seluruhnya, untuk apa lagi ditegaskan.
Ucapan kosong yang tak bermakna, Jiang Shenghe tetap menanggapi: “Aku tahu.”
Luo Qi tersenyum.
Kabin mobil kembali sunyi.
Suasana tidak canggung, ia pun tak memaksakan diri mencari topik pembicaraan.
Mobil melewati persimpangan lampu merah, tiba-tiba Jiang Shenghe bertanya: "Luo Qi, maukah kau berpacaran denganku?"
Sebenarnya mereka sudah dalam proses berpacaran. Mungkin di matanya dialah pihak pasif yang selalu terdorong maju, dikiranya ketertarikannya tak begitu besar. Luo Qi menatapnya, menjawab tegas: "Ya."
"Dua grup angka di circle friends-mu, apa arti 10.6?" Ia tak mau menebak-nebak lagi, langsung bertanya saat ada keraguan.
"Ini maksud sepihakku."
Perasaannya yang sepihak menganggap hari itu mereka mulai berpacaran.
Hati Luo Qi perih, "Kalau begitu hari ini jadi hari peringatan pacaran kita. Tiap tahun tanggal 10 Oktober harus kau rayakan, jangan sampai lupa."
"Pasti kurajakan, takkan kulupakan."
Bagaimana mungkin bisa terlupa.
Baginya, hari ini lagi-lagi hari yang memuaskan.
Gambar gaun pengantin di tablet, baru Luo Qi lihat sebelum tidur.
Jiang Shenghe mengisi daya tablet, membiarkannya memilih dengan lambat.
Bonus akan dibayarkan pertengahan Oktober, paling lambat akhir Oktober atau awal November bisa menyisihkan waktu untuk foto prewedding. Gaun pengantin custom kelas tinggi tak mungkin siap cepat—proses desain hingga penjahitan minimal butuh 7-8 bulan.
Semua gambar dari toko gaun pengantin tersedia contoh pakaian di tempat. Tinggal pilih desain lalu bisa langsung dicoba.
Jiang Shenghe berkata: "Gaun pernikahanmu nanti akan didesain khusus oleh desainer. Untuk sekarang kita harus lumayan dulu."
Merek gaun termewah di pasar kok disebut "lumayan"?
"Desain yang ada juga sangat cantik." Luo Qi menunjukkan 4-5 model pilihan ke Jiang Shenghe.
Jiang Shenghe memintanya memilih lebih banyak lagi, akhir pekan nanti menyisihkan satu hari khusus untuk mencoba.
Luo Qi bersandar di dekapan pria itu, menolehkan kepala hendak bilang tak perlu banyak pilihan. Jarak terlalu dekat—hidungnya nyaris menyentuh rahangnya.
Jiang Shenghe menempelkan wajah ke pipinya. "Lain kali bicara langsung saja. Tak perlu berbalik badan."
Pipi hampir bersentuhan, keintiman yang tak terucapkan. Baru saja mandi, wajahnya segar dengan tetesan air di dahinya. Luo Qi membuatnya paham akan perasaannya, berbisik: "Ingin melihatmu."
Jiang Shenghe mencium lembut pipinya.
Mengangkat kaki untuk menyesuaikan posisi duduk, lupa tablet masih tergeletak di pangkuannya.
"Eh, hati-hati!" Luo Qi meraih untuk menangkap, tidak berhasil.
Jiang Shenghe bereaksi tepat waktu, menahan sarung tablet yang tergelincir ke tepi ranjang, hampir terjatuh ke bawah ranjang.
Menutup tablet, ia meletakkannya di lemari, tangan yang merangkul pinggangnya tetap tak dilepaskan.
"Duduklah di sini."
Yang dimaksudkannya adalah pinggangnya sendiri.
Luo Qi dengan daun telinga memerah hati-hati berpindah, bawah tubuhnya terasa otot yang keras.
Ia membungkusnya dalam handuk mandi, berhadapan, memudahkan Luo Qi memandangnya. Sebelumnya dengan alasan melukisnya ia memeriksa detail-detail alis dan matanya, kini bisa menatap secara terang-terangan.
Saat saling memandang, dia masih tidak tahan dengan sorot mata fokusnya.
Luo Qi memiringkan kepala berpura-pura memeriksa tablet yang diletakkan, lalu tertarik pada kemasan biru-merah muda yang terselip di layar ponsel di meja ranjang.
Baru saja mereka melakukannya sekali.
Dialah yang merobek kemasan luar dan memakaikannya untuknya. Saat itu tangannya gemetar, lupa membuang bungkusnya ke tempat sampah hingga tak sengaja terjatuh di ponselnya.
"Apa yang dilihat?"
Jiang Shenghe bertanya sambil tetap mengarahkan pandangan padanya.
"Sedang memikirkan gaun pengantin mana yang lebih bagus."
Jiang Shenghe tidak ingin membahas gaun pengantin sekarang, mengingatkan: "Sebelum tidur, ingat-ingat lagi apakah ada hal yang terlupa."
Luo Qi yakin: "Tidak ada."
Di pekerjaannya tidak.
Juga tak pernah berjanji akan melakukan sesuatu untuknya.
Mendengar jawabannya, Jiang Shenghe mematikan lampi dan memeluknya erat, "Sudah enam hari tinggal di vila, sudah terbiasa atau belum?"
Poin utamanya adalah hari keenam - malam ini dia juga tak lagi memanggilnya Direktur Jiang. Besok apakah masih akan tinggal di sini?
Fokus perhatian Luo Qi adalah apakah sudah terbiasa, \"Sudah mulai terbiasa.」
Terbiasa dengan aura yang dipancarkannya.
Hari pertama perbaikan menu di kantin Rui Pu, Luo Qi tidak sempat menikmati. He Wancheng tiba di Beijing pagi hari, malamnya ada acara sosial lain, sehingga mengajaknya makan siang sederhana dan menyuruh keponakannya menjemputnya.
He Wancheng mengirimkan kartu nama keponakannya via WeChat, nama akunnya sama dengan nama aslinya, He Xu.
Foto profilnya sangat menarik, sketsa pensil menggambarkan tetesan hujan kecil dengan ekspresi hidup, seolah-olah sedang melawan takdir, tidak rela jatuh di telapak tanganku.
【Halo, He Xu.】
Luo Qi juga menyapa, dan memastikan jam penjemputan dengan pihak lawan.
Pagi hari sedang gabut, Luo Qi berjalan-jalan di area kerja terbuka.
Bos baru melakukan inspeksi mendadak, mereka masing-masing sibuk dengan pekerjaan di tangan.
Luo Qi berputar perlahan, kemudian melanjutkan putaran kedua.
“Baru saja dia lewati kubikel kerja, beberapa orang saling pandang dengan sorot mata yang sama - ilusi kembali ke masa SMA saat sedang menyantap camilan di kelas malam, tiba-tiba kepala departemen pendidikan menyelinap masuk lewat pintu belakang kelas, menggenggam kerah seragam mereka dan memetik sayuran liar itu dari tempat duduk, seketika dikendalikan oleh rasa gentar.”
Luo Qi membuka kamera, berkata pada mereka: “Tundukkan kepala sedikit, aku akan memotret tata letak kubikel ini untuk melihat cara merasionalisasi penyesuaian.”
“Tidakkah kalian merasa terkurung setiap hari?”
Seseorang menyahut: “Terasa pengap dan terhimpit.”
Tapi sudah terbiasa, tak ada yang berani mengeluh pada atasan tentang tata ruang kantor yang tidak logis. Sudah bisa ditebak sang pemimpin akan membantah: “Kau di sini untuk bekerja, bukan pelesir.”
Mendengar ini hanya tentang penataan ulang area kerja, bukan pengawasan kinerja, semua orang menghela napas lega.
Ada yang memulai, lalu para hadirin saling menyumbang saran. Luo Qi mencatat satu per satu, “Akan kupikirkan matang-matang.”
Usai memotret, dia merekam video menyeluruh tentang kondisi kantor sebelum kembali ke ruang kerjanya.
Mencari desainer profesional harus mengeluarkan lebih banyak uang, Luo Qi terpaksa merepotkan sang ibu.
Jiang Yifang setelah menonton video,【Aku masih di vila Profesor Liang, siang ini akan kembali untuk membantumu, paling lambat besok memberikan rencana padamu.】
Bagi dia ini bukan benar-benar mendesain, hanya merasionalisasi penggunaan ruang agar terlihat terang dan nyaman secara visual.
【Ibu, aku juga ingin area multifungsi yang bisa menerima klien sekaligus memamerkan produk kita. Di area kantor terbuka, tambahkan lebih banyak tanaman hijau. Anggarannya di bawah lima puluh ribu keping. Perusahaan sekarang sedang kesulitan keuangan, berikan harga termurah untuk biaya desainmu (sambil menutupi wajah)】
Jiang Yifang:【Ini bukan pekerjaan berat. Kalau klien langganan yang meminta, aku pun takkan memungut biaya, apalagi memintamu bayar. Ibu tahu kamu tertarik dengan pencetakan 3D, ini hadiah kenaikan jabatanmu.】
Luo Qi mengirim stiker wajah manja.
Usulan perbaikan logistik dan renovasi area kantor ini membuat Lu Rui yang sedang meneguk espresso dingin, tiba-tiba minumannya berubah menjadi espresso panas setelah mendengar laporan sekretarisnya.
"Pahitnya."
"Sebenarnya dia mau apa sih!"
Dengan amarah, Lu Rui menemui Luo Qi.
Luo Qi tak memberinya kesempatan melampiaskan amarah, "Direktur Lu, datang untuk memberi dukungan politik ke saya?"
"...Area kantor kan sudah bagus? Bagian mana yang perlu dikocok?"
Wajah Lu Rui tetap tersenyum meski kesal, "Nona Luo tak perlu mengerjakan segala sesuatu sendiri, serahkan ke departemen administrasi."
"Tak perlu. Lagipula saya sedang gabut."
“......”
Lu Rui tak ingin berkonflik untuk hal sepele, "Sekali pun penataan sederhana, perlu ratusan ribu."
"Tak perlu. Lima puluh ribu cukup."
Luo Qi mengubah arah pembicaraan, "Bahkan kalau perlu ratusan ribu, perusahaan tak mampu membayar ya? Datang orang tak berguna, cuma makan dan tinggal gratis, dijamu berhari-hari, tak pernah lihat Direktur Lu mengasihani uang."
Lu Rui terdiam seribu bahasa, karena Cui Peng hari ini belum pulang.
“Dua hari ini Cui Peng tidak lagi menyebut-nyebut Luo Qi sama sekali, percakapan mereka semua terkait Rui Pu. Sesekali dia juga bertanya tentang kesulitan yang dia alami saat memulai bisnis. Dia tidak terbiasa berbagi suka duka masa lalu dengan orang lain, setidaknya saat ini belum ada yang membuatnya ingin berbagi.”
Saat Cui Peng menanyakannya, dia hanya menjawab sekilas.
“Direktur Luo, konflik apa pun antara Anda dan Cui Peng, saya tidak ingin ikut campur. Usahakan jangan membawa emosi ke dalam pekerjaan, itu akan memengaruhi hubungan kerja kami.”
Luo Qi tersenyum sinis, “Kalau saya memaksa membawanya?”
“......”
Lu Rui sama sekali tidak menyangka dia akan menggunakan taktik ‘menghancurkan semuanya’.
Orang lain, bagaimana pun pasti akan mengucapkan kata-kta protokoler.
“Ada yang memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi sampai membuatku mual, masih mau aku bersikap adil? Menurut Direktur Lu sendiri, pantaskah ini?”
Luo Qi duduk di depan komputer, melihat kembali foto yang baru diambil. Dia ingin menyisakan area multifungsi di sebelah kanan dekat jendela, tapi ruangannya tampak kurang. Tidak tahu bagaimana ibu akan mendesainnya.
Lu Rui langsung diabaikan.
Melepas kacamata, teringat tak ada kain pembersih, lalu memakainya kembali. Dia dibuatnya linglung.
Dengan baik hati dia mengingatkan: "Kau mengutak-atik kantin, mengacak-acak area kerja. Memang bisa menyenangkan hati karyawan. Tapi Nyonya Luo, bukan para staf yang menentukan apakah kau punya kekuasaan nyata atas inti bisnis."
Yang punya hak memutuskan adalah dia.
Adalah para eksekutif.
"Bahkan kau pun tahu karyawan biasa takkan membawa keuntungan bagiku. Apakah aku sendiri tak sadar?" Luo Qi menatap ke atas. "Jika kubilang, aku tak menginginkan apa pun, hanya ingin berkontribusi untuk Rui Pu. Percayakah kau?"
Lu Rui memandanginya tanpa suara.
Luo Qi menjawab sendiri: "Kau tak percaya."
Dia pun malas berdebat lagi. Urusan administrasi toh tak bisa dia intervensi. "Nanti saat permohonan anggaran renovasi sampai di mejamu, setujui saja. Jika kau sibuk menjemput tamu terhormat, akan kusetujui sendiri."
“......”
Ucapan "tamu terhormat" itu sarat dengan ejekan.
Luo Qi kembali menyampaikan beberapa ide terkait area pamer kepada ibunya. Setelah longgar, dia mulai merebus kopi.
Dua gelas direbus, satu cangkir diantarkan untuk Chi Xin.
Chi Xin paling suka buah-buahan, setiap hari membawa variasi berbeda ke perusahaan. Hari ini membagikan setengah kotak blueberry padanya.
Blueberry mengulur waktu cukup lama, akhirnya He Xu datang menjemputnya.
He Xu memang berbakat memberontak sejak kecil. Saat keluarga menyuruh ke Barat, dia malah ke Timur.
Hari ini langit terkoyak pertama kali, bulunya berhasil dirapikan. Saat He Wancheng menyuruhnya menjemput, dia benar-benar patuh datang.
Tatap muka tak canggung. Di acara bisnis maupun konferensi puncak keuangan, He Xu selalu menyapa Jiang Shenghe.
He Xu bersandar di pintu mobil menghisap sebatang rokok. Baru dipadamkan saat Luo Qi keluar dari gedung kantor.
Dia tak suka skenario kesopanan palsu, apalagi dia masih sepupu perempuan Luo Yu.
Langsung membuka pintu mobil untuk Luo Qi, dia juga mengernyit, dirinya selalu santun pada lawan jenis manapun, kecuali pada Luo Yu, setiap melihatnya selalu mencari-cari kesalahan.
“Kenapa Rui Pu belum pindah ke Gedung Yuanwei?”
“Lapisan yang kini ditempati kantor sudah dibeli Rui Pu, pindah-pindah repot.” Luo Qi menambahkan: “Utamanya karena langit tinggi kaisar jauh.”
Tak perlu terus diawasi jajaran tinggi grup.
He Xu tersenyum, sama seperti dirinya.
Jauh dari Suzhou, tak ada yang bisa mengaturnya.
Tempat makan tak jauh dari Rui Pu, cuma sepuluh menit perjalanan mobil.
Dia tak akrab dengan He Xu, sedang bingung cari topik agar tak sepi, Luo Yu sudah menyelesaikan masalah ini.
Telepon Luo Yu masuk tepat waktu bagai hujan yang dinanti.
“Kak, sudah makan belum?”
“Kapan kamu kembali dari dinas?”
“Nah, begitu dong, lukisan minyak tak kuperlukan untuk sementara.”
Dia sudah memesan naskah, memberikan biaya percepatan kepada pelukis, baru saja menerima sketsa garis yang benar-benar menggambarkan suasana perebutan paksa yang dia inginkan.
Setelah diwarnai, langsung dicampakkan ke He Xu, dia sudah muak dengan foto profil WeChat-nya.
Luo Qi: "Lalu hadiah tahun baru apa yang kau inginkan?"
"Aku tak punya yang kumau, harapanku cepat punya kakak ipar."
"...Cepat."
Luo Yu masih ingin menanyakan lebih banyak, tapi rekan kerjanya memintanya mendiskusikan model gaun bridesmaid mana yang akan dipilih.
Rekannya akan menikah akhir tahun, dia salah satu bridesmaid. Keluarga rekan itu kaya, bahkan gaun bridesmaid yang dibeli untuk mereka bermerek sama dengan gaun pengantin. Minggu ini harus ke toko gaun pengantin untuk memastikan model bridesmaid.
"Kak, aku sibuk. Nanti kita ngobrol lagi setelah perjalanan dinasmu selesai."
'Perjalanan dinas' Luo Qi kali ini agak lama.
Jiang Shenghe tak ingin dia kembali.
Tentu, dia sendiri juga tak ingin pulang.
He Xu yang sedang menyetir melirik Luo Qi dengan pandangan samping, tadi dia agak mendengar suara cerewet Luo Yu.
Ada waktu menelepon kakaknya, tak sempat membalas pesannya.
Saat lampu merah, dia kembali mengirim ke Luo Yu: 【Malam ini ke tempatku.】
Tak ada balasan.
He Xu melempar ponsel ke dashboard, 'Bang!' suara benturan yang keras.
Luo Qi menoleh, terpaksa dia menjelaskan: "Diprovokasi pacar..."
"Cukup rayu sedikit pasti baik-baik saja."
He Xu tersenyum tipis, diam seribu bahasa.
Makan malam bertiga hari ini, He Wancheng tak mengundang teman lain, seluruh percakapan menggunakan logat daerah Suzhou yang harmonis.
Luo Qi menunjukkan ketulusan kerjasama: pasar baru yang dibuka nanti, margin keuntungan akan dibagi 40-60.
Dia tak punya jaringan bisnis untuk He Wancheng, hanya bisa bertukar kepentingan.
He Wancheng tak berniat ikut berebut, dibanding keuntungan kecil ini, dia lebih peduli kerjasama jangka panjang dengan Jiang Shenghe. Membantu Luo Qi justru lebih membuat Jiang Shenghe berterima kasih daripada membantu dirinya langsung.
“Saat itu Direktur Jiang telah memberikan semua kewajiban materi yang seharusnya, Rui Pu juga merupakan perusahaan milik Direktur Jiang, tak perlu lagi bertele-tele.” Tentu, dia juga punya kekhawatiran: “Aku tak ingin secara tampak menyinggung perasaan jajaran tinggi Yuanwei.”
Luo Qi memahami, bagaimanapun Yuanwei ingin menekan Rui Pu, kini dia ingin mengembangkan Rui Pu, bertentangan dengan keinginan jajaran tinggi, “Direktur He, Anda tenang saja, aku akan mengatur dengan baik.”
He Wancheng menambahkan penjelasan: “Pasar Yuan Wei Healthcare saat itu aku yang secara pribadi mengoordinasikan, sulit untuk kembali negosiasi langsung demi Rui Pu kalian, sumber daya manusia yang kumiliki, He Xu juga sudah familiar, nanti suruh He Xu membawamu berunding dengan penanggung jawab pihak tersebut.”
“Terima kasih Direktur He, telah merepotkan perhatian khusus Anda.”
Adapun cara meyakinkan jajaran tinggi Yuanwei, Luo Qi telah menyiapkan strategi, siang hari itu langsung mengunjungi Grup Yuanwei, membuat janji pertemuan dengan Li Rui.
“Saya berencana fokus menyerang pasar menengah-rendah, tidak mempengaruhi pangsa pasar premium Yuan Wei Healthcare. Dalam beberapa tahun, kompetitor akan bermunculan seperti rebung musim semi setelah hujan. Yuanwei tidak mungkin memonopoli pasar, jadi lebih baik biarkan Rui Pu mengambil alih pasar menengah-rendah. Premium ada Yuanwei, menengah-rendah ada Rui Pu. Dengan begitu grup akan lebih kompetitif.”
Li Rui mengingatkannya: “Yuan Wei Healthcare juga punya produk menengah-rendah.”
Luo Qi berkata: “Kalau begitu suruh mereka melepasnya, fokus ke pasar premium untuk membangun efek merek.”
Li Rui tertegun sejenak, nada bicara ini terlalu mirip Jiang Shenghe.
Luo Qi melanjutkan analisis: “Jika Yuan Wei Healthcare ingin menggarap semua segmen, akhirnya semuanya akan gagal. Produk premium akan secara tak kasatmata terdegradasi oleh produk menengah-rendah mereka sendiri. Segmen menengah-rendah mengandalkan volume, premium mengandalkan kualitas. Yang melelahkan dan untung sedikit justru segmen menengah-rendah.”
Pilihan Rui Pu ke segmen menengah-rendah adalah langkah terpaksa, kalau tidak tidak ada jalan keluar sama sekali.
Li Rui tidak bisa segera membalasnya. Perlu meminta Yuan Wei Healthcare menyesuaikan arah strategi, ini bukan hal sepele, nanti harus dibahas dalam rapat jajaran tinggi.
“Saya akan berusaha memperjuangkan ini untuk Anda.”
“Terima kasih Wakil Presiden Li.”
Kini dia tidak memiliki dasar hukum untuk menghadiri rapat jajaran tinggi grup, mengeluarkan rencana yang telah dibuatnya dari tas, “Wakil Presiden Li, mohon bantuan Anda untuk memperagakan rencana Rui Pu kami dalam rapat nanti.”
Rencana yang telah disiapkannya selama masa liburan itu disesali karena tidak bisa diperagakan langsung di lokasi.
Setelah berpamitan dari Li Rui, Luo Qi terbelit dilema beberapa detik sebelum akhirnya menekan tombol basement satu, tidak menuju lantai 42.
Turun dari lift, baru berjalan beberapa langkah, ada yang memanggilnya dari belakang: "Direktur Luo."
“......”
Ini suara Jiang Shenghe.
Luo Qi berbalik badan kaget, Jiang Shenghe turun dari lift khusus, di belakangnya diikuti Xiao Jiang yang memberikan sorot mata penuh simpati padanya.
Kasihan sekali, bagaimana caranya menghindar tetap tidak bisa lolos dari bos.
Xiao Jiang pergi ke mobil terlebih dahulu, Jiang Shenghe langsung mendekat.
"Melapor pekerjaan pada Li Rui?"
Luo Qi mengangguk, berpikir bagaimana cara menjelaskan bahwa dia tidak mencari Jiang Shenghe.
Jiang Shenghe berdiri menghalanginya, ekspresi wajahnya tak terlihat dari dalam mobil.
Dia berbisik pelan: "Kalau aku tidak keluar urusan, pasti tidak bisa melihatmu."
Luo Qi mengangkat tangan, mengancingkan kancing jasnya.
Menatap sorot matanya, "Direktur Jiang, ada janji dengan seseorang?"
Panggilan 'Direktur Jiang' saat ini lebih efektif daripada permintaan maaf.
Jiang Shenghe tak lagi mempermasalahkan mengapa dia datang ke Yuanwei tanpa memberitahu, "Ya, ada kerja sama. Malam ini aku mungkin pulang agak terlambat, kamu makan saja dulu, tak perlu menunggu."
Karena panggilan 'Direktur Jiang' tadi, malam ini dia harus menginap di vila.
Luo Qi: "Aku akan tunggu makan bersama."
Jiang Shenghe menyetujui: "Kalau begitu aku akan berusaha pulang lebih cepat."
Sementara mereka penuh kasih sayang, Xiao Jiang di dalam mobil masih mendoakan Luo Qi, bos sudah menghitung utang begitu lama, pasti Luo Qi hampir collapse.
Saat Jiang Shenghe masuk mobil, Xiao Jiang mendapati ekspresi bosnya terlihat cukup baik?
Jiang Shenghe baru saja tidak sempat menanyakan pekerjaan apa yang dilapor Luo Qi, menelepon Li Rui.
Li Rui sedang memeriksa proposal Luo Qi, ia menyampaikan maksud kedatangan Luo Qi.
"Proposalnya bagus, kemungkinan besar akan disetujui dalam rapat jajaran tinggi."
"Tak perlu dibahas dalam rapat, langsung beri balasan padanya, ikuti keinginannya."
Li Rui panik, sepengetahuannya, Jiang Shenghe belum pernah memberikan kepercayaan tanpa syarat seperti ini pada siapa pun.
Untuk berjaga-jaga, "Direktur Jiang, tidakkah Anda ingin melihat lagi proposalnya?"
"Tidak perlu."
Tanpa melihat proposal pun ia tahu, Luo Qi tidak akan hanya memikirkan Rui Pu. Dia akan menjaga Yuan Wei Healthcare sekaligus, menemukan titik keseimbangan di mana kedua perusahaan bisa hidup berdampingan, meningkatkan daya saing masing-masing.
Awalnya Li Rui ingin mencari jalan tengah dalam proposal Luo Qi: memotong produk kelas menengah-rendah sambil memperjuangkan dukungan grup untuk Yuan Wei Healthcare, berusaha mengisi kekosongan dan menenangkan manajemen Yuan Wei Healthcare.
Kini Jiang Shenghe memberi perintah, langsung menyetujui rencana Luo Qi, bagaimana cara mengisi kekosongan untuk Yuan Wei Healthcare.
Jiang Shenghe: "Tidak perlu mengisi kekosongan. Tanpa Luo Qi, tidak akan ada Yuan Wei Healthcare."
Li Rui sama sekali bingung.
Jiang Shenghe tidak menjelaskan.
Sekalipun dijelaskan, mereka tetap tidak akan paham.
Tak ada yang tahu seberapa besar rasa sukanya terhadap Luo Qi.
Di hari kedua pertengahan Juni, Luo Qi menerima transfer uang besar ke rekening. Setelah bertanya baru tahu itu bonus triwulan ketiga.
Jiang Shenghe bilang dia tidak mendesak bagian keuangan. Siapa yang percaya?
Luo Qi mengirim screenshot perubahan saldo kartu ke Jiang Shenghe: 【Aku jadi kaya.】
Jiang Shenghe tersenyum: 【Mentraktirku makan?】
【Baik. Setelah mencoba gaun pengantin, aku akan mengajakmu ke kedai minuman kecil.】
Luo Qi tak bisa menebak berapa gaji tahunan bosnya. Meski bos mengambil gaji hanya secara simbolis, sama sekali tidak butuh uang itu, tapi dia penasaran.
【Direktur Jiang, berapa gajimu?】
Jiang Shenghe: 【Merahasiakan gaji, tidak boleh memberi tahu bawahan.】
Luo Qi bertanya lagi: 【Suami, berapa gajimu?】
Jiang Shenghe berkata: 【Nanti malam pulang ke rumah, kartunya akan kuberikan padamu. Kau sendiri yang periksa.】
Luo Qi memiliki satu kartu hitam miliknya yang tidak dikembalikan saat mengundurkan diri dari kantor direktur.
Takut dia curiga berlebihan jika dikembalikan.
Saat dia memberikan kartu gaji, Luo Qi pun menerimanya.
Setelah utang terlunasi, dia ingin lebih sering memberi hadiah padanya.
Pada hari Sabtu itu, Jiang Shenghe menemani Luo Qi mencoba gaun pengantin.
Mereka adalah tamu pertama yang tiba di toko.
Lantai dua toko gaun pengantin memiliki dua ruang ganti VIP, masing-masing seluas sekitar 30-40 meter persegi dengan area istirahat dan rias khusus.
Staf mengajak mereka ke ruang pertama tempat semua gaun pilihan Luo Qi sudah disiapkan.
Penata rias sudah menunggu sejak lama. Luo Qi menoleh ke Jiang Shenghe: "Aku akan mencoba dua set tanpa sanggul dulu, baru beberapa set dengan sanggul nanti."
Dia ingin menunjukkan penampilannya baik dengan rambut terurai maupun disanggul.
"Kau tunggu di area istirahat saja."
Berdiri di sini hanya membosankan.
Jiang Shenghe awalnya belum ada rencana pergi ke area istirahat, khawatir kehadirannya akan mempengaruhi kinerja penata rias.
Mengambil sebuah majalah gaun pengantin dari rak, lalu duduk dan mulai membalik-balik halaman.
Kulit Luo Qi memang bagus dasarnya, proses dandan tidak memakan waktu lama.
Mencoba gaun pengantin membutuhkan bantuan orang lain. Personel baru saja mengambil satu set gaun, Jiang Shenghe yang sudah mencuci tangan dan mengeringkannya melangkah anggun mendekat, "Aku yang bantu."
Desain gaun pengantin itu sederhana, Luo Qi dengan mudah mengenakannya.
Jiang Shenghe hati-hati menggeser resleting tersembunyi, terus memastikan rambutnya tidak tersangkut.
Luo Qi mengira pendampingannya saat mencoba gaun hanyalah untuk melihat hasil setelah dia mengenakannya, namun ternyata dia terlibat langsung dalam proses memakaikannya tanpa melibatkan orang lain.
