Lu Rui masih ingin menasihati, tapi Luo Qi mengambil earphone dan memakainya. Dia pun tahu diri tidak melanjutkan. Tidak jelas apa status pacar baru Luo Qi, tapi kemampuan dan pengalamannya dibanding Xu Xiangyi, pasti jauh kalah.
Gagal membujuk Luo Qi, dia coba menasihati Cui Peng. Hasilnya malah saling keras kepala, sama-sama tidak menganggap penting pihak lawan.
Cui Peng masih punya proyek lain yang harus dikerjakan, sudah cukup lama tidak datang lagi ke Rui Pu, urusan apapun selalu menghubungi sekretarisnya via telepon.
Suatu malam tengah malam, Cui Peng meneleponnya, bilang terlalu banyak minum di acara sosial, sakit perutnya tak tertahankan, tanya apakah dia bisa mengantarkannya ke rumah sakit.
Dia memanggilkan 120 untuknya, tentu saja, akhirnya tidak tega, memang pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisinya.
Sampai di rumah sakit sudah larut malam, bau alkohol pekat di tubuhnya masih belum hilang.
Mengantarnya sampai subuh, membelikannya bubur.
Dia makan sambil meneteskan air mata.
Tidak ditanyainya alasan tangisan itu, beranggapan perutnya masih sakit.
Saat itu di pikiran Lu Rui tiba-tiba muncul wajah perempuan lain, bagaimana jika yang mabuk itu si perempuan itu?
Apakah akan memanggil 120 atau menyetir sendiri mengantarnya ke rumah sakit?
Sesaat itu merasa dirinya sangat gila.
Cui Peng tidak perlu dirawat inap, setelah selesai infus pulang ke rumah istirahat setengah hari lalu berangkat kerja.
Rapat jajaran tinggi semakin dekat, ulang tahunnya juga tiba.
Di hari ulang tahun itu, tengah malam menerima kabar dari Cui Peng, mengirimkan sebuah dokumen padanya.
Isi dokumen tidak penting, yang utama waktunya tepat di pukul 00:00.
Keesokan paginya baru ia membalas: 【Diterima. Bekerja keras.】
Perayaan ulang tahun sederhana di perusahaan, siang hari di kantin bertemu Luo Qi, mendengar itu hari ulang tahunnya, menggesek kartu makan sendiri untuk menambahkan dua hidangan.
“Direktur Lu, jangan lupa beri tahu pihak Lingga untuk hadir tepat waktu di rapat besok.”
“Kau pelan-pelan makan.” Luo Qi membawa kartu makan pergi dari kantin.
Lu Rui mengikuti kepergian Luo Qi, tidak tahu apa yang diinginkan perempuan ini besok.
Kembali ke kantor, Luo Qi merebus secangkir kopi, mencari WeChat Yu Bo, 【Direktur Yu, besok kami ada Rapat Akhir Tahun Rui Pu jajaran tinggi, mengundangmu dan personel inti Lingga hadir. Ini menyangkut masa depan Rui Pu, saya rasa perlu memberi tahu kalian.】
Ini pertama kalinya sejak menambahkan WeChat, Luo Qi proaktif menghubunginya.
Yu Bo tenggelam dalam pikiran,【Kalau memang penting, kenapa tidak memberi tahu lebih awal? Besok aku ada acara lain.】
【Karena aku harus beristirahat, mana mungkin memberi tahu kalian sebelumnya bahwa aku akan mengurus kalian? Keikutsertaan kalian tidak mempengaruhi keputusanku.】
Yu Bo yang sudah bertahun-tahun bergaul di lingkaran keuangan, tak pernah digiring seperti sapi oleh siapa pun.
Hanya Luo Qi, dia tak pernah mengeluarkan kartu sesuai logika umum, juga tak peduli bagaimana penilaianmu terhadapnya, tetap pada pendiriannya sendiri.
Manusia memang suka merendahkan diri, kalau dia tidak bilang akan mengurus mereka, mungkin dia memang tidak punya minat untuk hadir.
【Jam berapa?】
【Mulai setengah sepuluh. Kalau Pak Yu sudah yakin ikut, akan kusuruh Xiao Chi berkoordinasi dengan sekretarismu untuk mengatur rapat video besok.】
【Ikut.】
Lu Rui yang tahu Luo Qi juga akan berdiskusi via video dengan Ling Jia, semakin sulit menebak obat apa yang dijual dalam labu ini.
Pada hari rapat, Cui Peng datang lebih awal.
Di grup kerja Ling ada diskusi, Luo Qi mungkin akan mengumumkan perubahan personel hari ini. Sudah tiga bulan di Rui Pu, dia cukup memahami tim Rui Pu.
【Sudah akhir tahun, kalau tidak ada gebrakan, nanti tidak bisa mempertanggungjawabkan ke dewan direksi Yuanwei.】
【Aku belum pernah lihat Luo Qi asli, katanya cantik sampai tak bisa berpaling.】
【Segitunya?】
【Siapa tahu, tanya saja ke Cui Peng@】
Hah.
Cantik pun lalu?
Cui Peng pura-pura tidak melihat.
Lu Rui ada di kantor, dia tidak mendekat, memilih ke ruang tamu sebelah. Malam itu dia sengaja mabuk saat acara sosial. Sebenarnya bukan harus ke rumah sakit, tapi ini kesempatan emas. Dia meneleponnya.
Tahu pasti bos tidak akan mengantarkan sendiri. Benar saja, Lu Rui memanggilkan 120, tapi akhirnya tetap khawatir dan menjenguknya di rumah sakit.
Cukup sampai situ.
Dulu Pei Shixiao juga perlahan-lakin jatuh seperti ini.
【Sudah sampai Rui Pu?】
Yu Bo mengirim pesan padanya.
Cui Peng bergerak, 【Direktur Yu, saya sudah tiba lebih awal.】
【Bagaimana situasi Luo Qi?】
【Saya dan Direktur Lu sama-sama tidak tahu.】
Firasat keenam Cui Peng selalu kuat. Selain mengumumkan perubahan personel hari ini, mungkin Luo Qi juga akan secara terbuka mengusulkan agar Lingjia Capital memindahkannya.
Konflik sebelumnya dengan Luo Qi - perkataan yang dulu diucapkannya ke Lu Rui - ia ulangi persis sama kepada Yu Bo.
Sering lembur bersama karena pekerjaan lalu dikira selingkuh bukan hal aneh. Reaksi Yu Bo sama dengan Lu Rui: sama sekali tidak dianggap serius.
Yu Bo dan Lu Rui sudah tahu ia tidak akur dengan Luo Qi. Apapun alasan yang digunakan Luo Qi untuk memintanya pergi dalam rapat, ia tak perlu khawatir.
Jika Luo Qi ingin mengganti orang seenaknya, reputasi Yu Bo pun akan tercoreng.
Selama Yu Bo tidak setuju, upaya Luo Qi hanya akan sia-sia.
Cui Peng pergi ke ruang rapat beberapa menit lebih awal, bertemu Lu Rui di pintu.
Dia tersenyum, "Direktur Lu, lama tidak bertemu."
Lu Rui mengerutkan dahi, berkunang-kunang sejenak, tiba-tiba ragu: "Bukannya kau baru datang ke Rui Pu kemarin dulu?"
Cui Peng: "Sudah terpisah satu hari. Menurutku seperti sudah lama sekali."
Lu Rui: "……"
Ia mengangguk halus, mundur setengah langkah memberi jalan agar Cui Peng masuk duluan ke ruang rapat.
Cui Peng menaruh dokumen rapat dan laptop. Karena Luo Qi belum datang, dia mengambil cangkir untuk mengisi air.
Menuju ruang rapat harus melewati ruang teh. Setelah mengisi air, dia berdiri di pintu tanpa segera pergi.
Hampir tepat waktu, Luo Qi datang membawa secangkir kopi dan map arsip di tangan, Chi Xin mengikuti dari belakang sambil membawa buku catatannya.
Pertemuan tak terduga di koridor sempit.
Chi Xin melangkah maju cepat, berusaha menghalangi pintu ruang teh dengan postur tubuhnya agar Luo Qi tak melihat orang yang tak diinginkan.
Luo Qi tersenyum, "Postur tubuh kecilmu ini bisa menghalangi apa?"
Chi Xin: "……"
“Tidak apa-apa, hari ini perasaanku bahagia.” Luo Qi menyuruh Chi Xin pergi duluan ke ruang rapat, menyambungkan komputernya ke internet dan menyalakannya.
Cui Peng akhirnya bisa memuntahkan isi hatinya, "Jiang Shenghe bahkan sudah memotret foto pengantin, memberimu beberapa tanaman pot tak bernilai, kau pikir itu bukti cintanya? Dia hanya memanfaatkanmu untuk menyelesaikan konflik Rui Pu saja."
"Menganggap tanaman pot sebagai harta karun, Luo Qi tidakkah kau merasa diri sangat menyedihkan?"
Luo Qi melihat jam tangannya: "Kau paling hanya bisa menyedihkanku sebelas menit lagi."
Berdebat dengan orang seperti ini hanya akan merendahkan diriku sendiri.
Cui Peng tertawa sinis, santai masuk terakhir ke ruang rapat.
Luo Qi meletakkan kopi, melepaskan benang katun pada map arsip.
Di dalamnya semua fotokopi kontrak yang nanti akan ditunjukkan pada Lu Rui dan kawan-kawan, kontrak-kontrak ini melewati prosedur Grup Yuanwei dengan menghindari Rui Pu dan Lingjia Capital.
Lima menit menjelang rapat, semua personel yang akan ikut rapat di ruang konferensi Lingjia Capital juga sudah berkumpul.
Luo Qi menyapu pandangannya ke mereka melalui layar besar. Yu Bo sedang melihat telepon genggam sambil membalas pesan, terlihat santai menghadapi rapat hari ini. Diduga dia tidak akan membuat kehebohan besar.
"Sudah semua hadir, mari kita mulai."
Begitu kata-kata itu meluncur darinya, keributan terdengar di luar ruang rapat.
"Maaf, kalian tidak boleh masuk. Pimpinan kami sedang rapat."
"Kalian siapa? Kok langsung nekat masuk!"
Suara Chi Xin terdengar panik.
"Ini Direktur Jiang dari Yuanwei. Tidak ada yang nekat, resepsionis langsung mengizinkan kami masuk," jelas Xiao Jiang.
Lu Rui yang posisinya dekat pintu segera melangkah untuk membukanya.
Meski sudah mempersiapkan mental, Luo Qi tetap tertegun sebentar – tamu yang datang benar-benar Jiang Shenghe.
"Direktur Jiang, mohon maaf. Kami semua sedang rapat di sini, kurang sambutan yang layak."
"Lanjutkan saja. Saya hanya ingin mendengarkan."
Baru setelah Jiang Shenghe menarik sebuah kursi singgasananya dan duduk, Luo Qi paham situasinya.
Sorot mata mereka bertemu sejenak di atas meja rapat panjang, bertahan beberapa detik di udara.
Dia tidak merasa tenang padanya, khawatir dia tidak cukup nekat, akan digenggam oleh mereka, karena itu dia datang.
Di dalam ruang rapat panas, Jiang Shenghe melepas setelan jas dan menggantungkannya di sandaran kursi.
Dia duduk di ambang pintu, di tempat yang hanya berjarak dua tiga langkah dari Lu Rui.
Cui Peng meremehkan.
Reaksi Luo Qi tadi di matanya adalah ingin bicara namun ragu, sedang merayu pria.
Pria paling suka skenario seperti ini.
Kedatangan Jiang Shenghe yang tiba-tiba membuat pihak Lingjia Capital untuk sementara mematikan mikrofon, berbisik-bisik membicarakan situasi apa ini.
Yu Bo melihat Jiang Shenghe yang tenang di layar, juga tidak yakin, Grup Yuanwei memiliki setidaknya 70-80 anak perusahaan, bahkan lebih.
Beberapa perusahaan mungkin bahkan tidak diingat namanya oleh Jiang Shenghe, Rui Pu di antara perusahaan yang dipegang sahamnya oleh Grup Yuanwei, sebenarnya bukan perusahaan yang sangat berkualitas, tapi bisa membuat Jiang Shenghe repot, hadir langsung di lokasi rapat.
"Mulai saja."
Sebuah kalimat yang dingin dan tenang membuat semua orang merasa tenang.
Luo Qi tidak terganggu pikiran oleh kehadiran Jiang Shenghe, tetap melanjutkan sesuai rencananya semula.
“Hari ini hanya dua hal. Pertama, Cui Peng. Kedua, penyesuaian positioning pasar Rui Pu.”
Mendengar namanya disebut, Cui Peng menatap perlahan dengan raut datar.
Kecuali Jiang Shenghe, semua orang termasuk yang di ruang rapat Lingjia Capital memusatkan pandangan pada Cui Peng.
Luo Qi: “Masalah Cui Peng sebenarnya urusan pribadiku, tapi karena Cui Peng sendiri mencampuradukkan urusan pribadi dan publik, bahkan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi, maka ini bukan lagi urusan pribadi.”
Cui Peng tak mau kalah: “Aku memang ada konflik pribadi dengan Direktur Luo. Apakah Direktur Luo berencana membalas dendam dengan menggunakan wewenang jabatan, meminta Lingjia memindahkanku?”
“Tak perlu ada yang memindahkanmu. Aku akan membuatmu minggir sendiri.”
Ucapan ini langsung menimbulkan kegemparan.
Dimarahi di depan umum, ekspresi Cui Peng mulai rontok, tapi ini juga saat yang tepat untuk mencari simpati.
“Kalau sudah ditentukan bersalah, sebanyak apa pun saya bicara percuma. Setiap kali harus berkoordinasi pekerjaan denganmu, betapa sulitnya ini banyak yang memperhatikan. Sudah lama saya ingin melemparkan tugas ini, tapi mengingat ini pekerjaan saya dan saya masih menerima gaji dari Ling, terpaksa ditahan berkali-kali.”
“Di hadapanku, simpan dulu keinginan pamer itu. Setelah rapat bubar, kalau memang masih ingin pamer,” arah pandang Luo Qi beralih dari Lu Rui ke layar besar tempat Yu Bo berada, “pergi saja pamer di depan Direktur Lu dan Direktur Yu. Mereka berdua yang suka gaya seperti itu.”
Lu Rui：“……”
Yu Bo：“……”
Seperti ditampar di depan umum.
“Direktur Luo,” Yu Bo bersuara keras, “Jangan serang fisik!”
Dia masih punya sedikit harga diri. Perkataan itu membuatnya terdengar tak bernilai.
Luo Qi menyambut ucapannya: “Kalau begitu saya mau tanya Direktur Yu. Apakah Cui Peng pernah menjual kesedihan padamu, bilang dia keluar dari perusahaan Pei Shixiao karena saya tak bisa menampungnya? Kalau tebakan saya benar, dia juga bilang dituduh sebagai selingkuh?”
Yu Bo diam seribu bahasa.
Pada level jabatannya sekarang, mustahil menyangkal mentah-mentah.
“Oh, ya, aku lupa memperkenalkan hubungan Pei Shixiao denganku. Dia adalah mantan pacarku yang berselingkuh dengan Cui Peng jelang pernikahan.”
“Direktur Luo.” Cui Peng juga menahan mual memanggilnya dengan sebutan itu, “Jangan sembarangan menyebut selingkuh. Kerja lembur bareng ngerjain proyek, aku nggak bisa jamin apa persepsi Pei Shixiao ke aku. Tapi aku nggak pernah ngelakuin hal yang ngekhianatin lo.”
Dia sama sekali tidak pernah mengirim pesan menggoda ke Pei Shixiao, ucapan-ucapan melewati batas itu hanya dikatakan saat bertemu langsung.
“Ini rapat, mohon Direktur Luo memperhatikan kesempatan.” Yu Bo mengingatkannya.
“Dari awal udah kukatakan, hal pertama dalam rapat adalah Cui Peng, karena dia mengganggu pekerjaanku. Ini urusan dinas.”
Luo Qi menatap Cui Peng: “Kau mungkin nggak nyangka, selama setahun setelah putus, Pei Shixiao beberapa kali cari aku buat damai, minta maaf. Dia bahkan jelasin lewat email soal kekhilafannya dulu, minta pengertianku.”
“Aku pilih beberapa kasus buat diceritain, biar lo nilai ini karangan sembarangan dia buat balikan atau nggak.”
Ekspresi Cui Peng menjadi kaku.
“Contohnya, kau minum sedikit anggur lalu meneleponnya tengah malam, bilang sakit tak tertahankan harus ke rumah sakit. Contohnya, saat ulang tahunnya kau mengirim dokumen pekerjaan tepat waktu.”
Cui Peng memegang mouse, tak tahu menekan mana, seluruh halaman jadi kacau.
Penglihatannya tak bisa fokus.
Dari pipi membara hingga telinga, kedua telinga merah padam dan panas.
Ini semua baru saja dia lakukan pada Lu Rui.
Dia sangat berharap tak pernah mengenal Lu Rui sama sekali.
Ini lebih menyakitkan wajahnya dibanding menamparnya langsung.
“Sepertinya Pei Shixiao tidak berbohong, begitulah cara dia perlahan terjerat. Mungkin pria semua suka skenario ini, pola yang sama tapi pelakunya berganti-ganti.”
Lu Rui melepas kacamatanya, hampir tersenyum tapi tidak jadi.
Dia bisa menangkap, Luo Qi juga menyindirnya secara halus.
Cui Peng kacau formasi pertahanannya, lupa membalas sindiran itu.
“Sebelum bergabung di Rui Pu, saya bahkan tak tahu siapa Anda. Tapi Anda? Sungguh memuakkan sampai ke ubun-ubun, menjual rumah ke Tante Besar saya, mengambil alih piutang keluarga kami, memaksa saya transfer uang tiap bulan.”
“Semua bukti ada di komputer saya,” tanyanya pada Cui Peng: “Perlu saya tunjukkan lagi?”
“Direktur Luo, piutang saya ambil untuk ajak Anda ke kubu kami, ingin bersama-sama kembangkan Rui Pu. Saya juga bilang, tak perlu buru-buru bayar, jangan mengalihkan isu.”
Cui Peng berusaha tenang. Meski kehilangan Lu Rui, kepercayaan Yu Bo tak boleh hilang. Soal perbuatannya terhadap Lu Rui, Yu Bo toh tak tahu.
“Kalau kata-kata Pei Shixiao mau dipercaya, saya juga tak bisa berbuat apa-apa.”
Di hadapan Lu Rui, dia berbohong. Situasi sudah begini, apa lagi yang bisa dilakukan? Cinta telah sirna, karier tak boleh ikut runtuh.
Lagipula beberapa hal hanya dia dan Lu Rui yang tahu. Memalukan pun hanya di depan dia seorang.
Nantinya, paling-paling tak perlu bertemu lagi.
Lu Rui mengerutkan kening mendengar perkataannya.
Jika dia tidak menelepon Pei Shixiao tengah malam, tidak mengirim dokumen tepat waktu saat ulang tahun Pei Shixiao, Luo Qi takkan bisa mengarang cerita.
Luo Qi langsung membuka video di komputer, "Direktur Yu, Direktur Lu, buka lebar-lebar matamu. Dengarkan ucapan mereka, bandingkan dengan fakta. Lihat apakah aku memfitnahnya sebagai selingkuh."
Ucapan 'buka lebar-lebar matamu' itu membuat Jiang Shenghe tiba-tiba tersenyum.
Kalimat itu pernah diucapkannya juga pada Qin Moling.
Video puluhan detik itu tak menarik minatnya. Saat semua orang mengawasi proyeksi video, ia menatap Luo Qi.
Luo Qi kebetulan menatapnya, memberinya senyuman tipis.
Wajah Cui Peng pucat bagai mayat. Dalam video, ia terlihat dalam dekapan Pei Shixiao, memeluknya erat. Beberapa detik kemudian Luo Xin berlari menghampiri.
Bagaimana mungkin ada video?
Jajaran tinggi Rui Pu dan Lingjia Capital telah menyaksikan, termasuk Direktur Lu.
Kini ia ingin menghilang, tak ingin menghadapi siapapun.
“Kau bisa tetap di Lingjia Capital, terus bertanggung jawab mengkoordinasi Rui Pu.” Luo Qi mematikan video, “Lagipula kau memang tak mengerti arti kulit wajah.”
Ia menatap Yu Bo, “Direktur Yu, standar rekrutmen Lingjia Capital sekarang segini rendahnya? Kau dan Direktur Lu bahkan tak bisa menilai orang, bagaimana aku percaya prediksi pasar masa depan Rui Pu kalian?”
Wajah Yu Bo memerah dan pucat bergantian.
Namun ia tak berdaya membantah.
Luo Qi mematikan komputer, mengeluarkan kontrak dari map arsip, “Transfer ini untuk kalian tinjau. Tahun depan Rui Pu akan melepas pasar kelas tinggi, fokus menyerang segmen menengah.”
“Lepas pasar premium? Keputusan siapa?” Sorot mata Lu Rui tiba-tiba mengeras, “Dikonsultasikan dengan siapa?”
Luo Qi menatapnya balik, “Keputusan saya. Tak perlu bermusyawarah dengan siapapun. Tugas kalian hanya menjalankan, tak perlu tahu alasannya.”
Lu Rui tak lupa Jiang Shenghe hadir di sana, tapi tetap membantah: “Tidak mungkin.”
“Ini bukan kau yang berhak putuskan.” Luo Qi dagu sedikit terangkat, “Lihat kontrak dulu baru berkomentar.”
Sambil mereka memeriksa kontrak, ia menatap Yu Bo: “Meminta Yuan Wei Healthcare melepas pasar menengah-rendah, ini satu-satunya kesempatan yang bisa kuperjuangkan agar Rui Pu tetap tersisa dan berkembang besar.”
Meminta Yuan Wei Healthcare melepas pasar menengah-rendah, Yu Bo sama sekali tak percaya.
Jiang Shenghe bersuara: “Aku yang setuju.”
Empat kata itu menyamai segudang penjelasan Luo Qi plus satu tumpukan kontrak.
Yu Bo paham kenapa Jiang Shenghe muncul. Luo Qi cuma pekerja level tinggi, suaranya tak didengar, tak bisa menguasai arena lelang. Mereka tak mungkin mudah percaya janjinya.
Namun ucapan bos Jiang Shenghe jelas berbeda.
Luo Qi melanjutkan, “Direktur Yu, ini ketulusanku dan Yuanwei. Cukup, kan?”
Ia tersenyum tipis, “Dibanding Dirut Lu dan Anda yang cuma bisa toleransi orang-orang merepotkan, tak becus bikin hal malah nambah masalah, menurutku ketulusanku sudah lebih dari cukup.”
Yu Bo pasif sepanjang rapat, meski terus menerima sindiran sinis dari Luo Qi, tapi masih punya keluasan hati dan tetap rasional.
Dia memegang saham Rui Pu dengan bertaruh bahwa Yuanwei tidak akan melepas Rui Pu, akan mengembangkannya besar-besaran. Sekalipun tidak berkembang besar, setidaknya Yuan Wei Healthcare makan daging, Rui Pu bisa meneguk kuahnya.
Tak disangka Luo Qi punya kemampuan dan keberanian sebesar itu, bahkan berhasil mempengaruhi Grup Yuanwei setuju melepas pasar menengah-rendah Yuan Wei Healthcare.
Dia tak lagi bertele-tele, "Sesuai maksudmu, akan kusiapkan tim untuk berkoordinasi denganmu."
Sebelum keluar rapat, Yu Bo tak lupa menyapa Jiang Shenghe: "Direktur Jiang, silakan lanjutkan. Saya masih ada rapat lain."
Jiang Shenghe mengangguk halus.
Lingjia Capital keluar dari rapat.
Kaki Cui Peng akhirnya punya tenaga. Lanjut tidaknya rapat sudah tak ada hubungannya dengannya. Barang-barang dikemas rapi, lalu dia segera pergi.
Luo Qi meneguk beberapa kali kopi, bertanya pada Lu Rui: "Sudah selesai memeriksa, Direktur Lu?"
Lu Rui menggenggam kontrak dengan erat, Lingjia Capital tiba-tiba membelot, membuatnya kembali pasif.
"Kuberi waktu sehari untuk pertimbangan. Putuskan baik-baik sebelum mencariku. Tak apa jika belum jelas. Jika kau tak patuhi, seluruh pasar akan kuserahkan ke DongBo Medical. Saat itu Rui Pu takkan punya apa-apa."
Luo Qi hanya mengambil komputer, "Fotokopi kontrak kutinggal di situ. Pelajari baik-baik. Rapat selesai."
Yang lain masih linglung. Ini rapat tersingkat sepanjang sejarah, bahkan penyelesaian kasus Cui Peng tak sampai dua puluh menit.
Luo Qi berjalan ke pintu ruang rapat, Jiang Shenghe juga berdiri.
"Direktur Jiang, apakah Anda bersedia mampir ke kantorku?"
"Tak usah." Jiang Shenghe masih ada janji, mengangkat setelan jas, "Laporkan hasilnya pada Li Rui."
"Baik."
Ia mengantar Jiang Shenghe ke lift. Dengan kehadiran Xiao Jiang, ia tak leluasa beraksi, "Hati-hati jalan, Direktur Jiang."
Xiao Jiang menghela napas dalam hati sampai 108 kali.
Bos datang secara pribadi memberi dukungan, tetap tak bisa menyentuh hati Kak Luo.
Luo Qi menyambar komputer menuju kantor, Cui Peng menghadangnya.
"Apa kau ingin aku memutar videomu di kantin perusahaan?"
Cui Peng menahan air mata, "Video rekaman Luo Yu?"
"Masih relevankah bertanya? Ngomong-ngomong, ibu Pei Shixiao juga punya video. Saat itu mungkin ingin mengurusmu, tapi kau malah berbalik ke pihak Lu Rui sehingga dia tak sempat bertindak."
Nyonya Pei pertama kali menyuruh sekretaris membeli video dari Luo Yu, tapi Luo Yu tidak merespons. Baru kedua kalinya video itu diberikan.
Andai video itu langsung diberikan ke Nyonya Pei pertama kali, mungkin Cui Peng yang takut konsekuensinya tak akan berani muncul di hadapanku.
"Tahu mengapa kau dibiarkan sampai hari ini? Lu Rui dan Yu Bo menyerahkan posisi hakku. Kubiarkan kau menghajar muka mereka, melampiaskan kekesalan."
Dada Cui Peng bergelombang, tangannya gemetar.
"Jangan sampai kulihat wajahmu lagi." Luo Qi memutar arah pergi.
Cui Peng pergi ke kantor Lu Rui, menangis tersedu-sedu, "Maaf. Percaya atau tidak, aku benar-benar menyukaimu, kalau tidak aku tidak akan menjual rumah dan datang ke Beijing."
Lu Rui sudah tidak punya mood untuk urusan percintaan, "Kau tidak perlu minta maaf, aku tidak pernah menganggapnya serius."
Cui Peng lupa bagaimana cara kembali ke mobilnya, tidak tahu harus menghadapi rekan-rekan di Lingjia, semua barangnya di perusahaan tidak ingin diambil lagi.
Lebih tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada sepupunya.
Siang ini, di kantin ada iga kecil goreng renyah, Chi Xin juga buru-buru ke kantin.
"Benar-benar turun salju!"
Seseorang tak dikenal berkomentar.
Luo Qi refleks melihat ke luar jendela, cuaca dingin membuat uap air di kantin mengembun di kaca, kabut putih menutupi pandangan.
Salju tidak deras, jatuh ke tanah langsung meleleh.
Senja saat pulang kerja salju sudah berhenti.
Sejak bergabung di Rui Pu, Luo Qi selalu konsisten pergi tepat waktu.
Tak ada satu orang atau hal pun yang bisa menahannya meski semenit.
Hari ini genap sebulan dua anak anjing kecil datang ke rumah, halaman rumput di halaman telah menjadi tempat mereka bermain-manja. Siang hari sudah puas berlari dan kelelahan bermain, malam hari dia bersama Jiang Shenghe kembali ke rumah, dua anak anjing itu tidak punya energi lagi untuk membuat keributan, dengan patuh terjatuh di samping mereka.
Mereka sangat melekat erat pada Jiang Shenghe, ke mana pun dia pergi mereka pasti mengikuti.
Tiba-tiba dia menghentikan langkah, dua anak anjing kecil juga berhenti, mendongakkan leher, seperti sedang bermain-main mengawasi dia.
Hingga kini dua anak anjing kecil itu belum diberi nama, dia bertanya pada Jiang Shenghe mau memanggil mereka apa.
Jiang Shenghe berkata: "Nama itu hal yang sangat berarti, tidak bisa semauanya diberikan."
Maka hari ini Jiang Shenghe kembali ke rumah tua.
Menjelang tahun baru, Liang Zhen tidak sibuk, beberapa hari lalu kembali pergi ke Suzhou sebentar, sudut halaman vila mulai terlihat bentuk awalnya, Jiang Yifang mencurahkan pikiran, sepenuhnya mendesain sesuai kesukaannya, membuatkan untuknya sudut piano terbuka.
Dia membocorkan maksud sebenarnya pada Jiang Yifang: "Dalam setahun aku belum tentu tinggal sepuluh hari setengah bulan di sini. Rancanglah sesuai selera dua anak mereka."
Hampir saja terucap: Vila ini sebenarnya adalah mas kawin.
Beberapa hari ini suhu turun. Pekerjaan di sudut halaman mencapai jeda, sisa pekerjaan ditunda sampai musim semi tahun depan.
Liang Zhen sedang berlatih piano. Jiang Shenghe mengambilkan segelas air hangat untuk ibunya. Seperti biasa, ia duduk sebagai pendengar tanpa mengganggu permainan ibunya.
Liang Zhen menatap gelas itu. Hubungan dinginnya dengan anak selama bertahun-tahun mulai mencair karena Luo Qi. Dua bulan terakhir, sang anak lebih sering pulang, mendengarkan permainan pianonya, dan menemani makan jika tidak sibuk.
Mereka tidak membahas Luo Qi atau sang ayah. Percakapan berkisar pada kenangan memalukan Jiang Shenghe dan Qin Moling semasa kecil, serta dua anak anjing mereka.
Usai memainkan satu lagu, Liang Zhen berhenti untuk minum.
Sebenarnya ia tidak haus.
Setiap tegukan air yang diambilkan anaknya selalu dihabiskan sampai tetes terakhir.
“Ibu, berikan dua nama untuk anjing kecil ini.”
“Saya?” Suara Liang Zhen terdengar bergetar karena tertahan tawa, “Ibu tidak bisa memberi nama. Masa iya cuma namain Anjing Besar sama Anjing Kecil.”
“......”
Ini pertama kalinya sejak punya ingatan, sang ibu bercanda dengannya.
Liang Zhen meminta anaknya memberikan sedikit petunjuk, agar dia bisa mencari ide ke arah tersebut.
“Nggak ada ide. Aku sama Luo Qi sudah mikirin sebulan juga belum ketemu nama yang manis.”
Di grup chat juga ada yang ngasih saran, tapi namanya terlalu biasa semua.
Liang Zhen berkata: “Nanti kalau ayahmu sudah tidak sibuk, Ibu akan telepon dan berdiskusi sama dia.”
Habis urusan.
Nama yang bisa dipikirkan Ayah pasti kampungan semua.
Setelah kejadian payung kecil coklat kue ulang tahun itu, dia tidak pernah lagi bertemu muka dengan ayahnya.
Om Xu sudah melakukan pekerjaan pemikiran untuk Ayah, tapi sampai sekarang belum ada jawaban tentang hubunganku dengan Luo Qi.
“Cuaca dingin, cepatlah pulang.” Liang Zhen menaruh urusan pemberian nama anak anjing ini di hatinya, “Nanti Ibu pelan-pelan mikirin, kalau sudah ketemu Ibu telepon.”
Dari rumah tua keluar, Jiang Shenghe pergi ke toko hewan peliharaan, camilan yang dipesan untuk dua anjing kecilnya sudah tiba, pemilik toko memberitahunya untuk mengambil.
Seperti merawat dua anak mereka, semua hal dia urusi sendiri.
Karena alasan inilah, anjing-anjing itu sangat melekat erat padanya.
Luo Qi sedang menunggunya di ruang tamu, duduk di sofa melihat album foto bersama mereka, masing-masing anjing berbaring di satu sisi.
Melihatnya kembali, mereka melompat turun dari sofa, mengelilingi dan mengendus-endus ujung celananya.
Luo Qi meletakkan ponsel, sudah lama tidak bertemu, menunggu pelukannya.
Setelah menenangkan anjing kecil, Jiang Shenghe melepas mantelnya, mengulurkan tangan. Sebelum Luo Qi mendekat, lengannya yang panjang merangkulnya erat, Luo Qi yang belum mantap berdiri terjatuh dalam dekapan.
Jiang Shenghe mengusap-usap dagunya, "Terbentur tidak?"
"Tidak apa-apa."
Luo Qi memeluknya erat, "Ucapan terima kasih."
Pagi tiba-tiba dia muncul di ruang rapat Rui Pu, bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih langsung.
“Yang seharusnya dilakukan.” Jiang Shenghe menunduk, mencium pipi yang lemas darinya.
Setiap hari pulang, dia selalu memeluknya lama. Bahkan pernah terlintas pikiran untuk kembali ke kantor direktur agar bisa selalu dilihatnya.
“Hari ini kuminta bantuan ibu untuk memilih nama. Ibu perlu berdiskusi dengan ayah.” Jiang Shenghe tak berharap banyak pada nama anjing yang bagus, bahkan sudah mempersiapkan mental Luo Qi.
Dua anjing kecil tertidur. Setelah mandi, Jiang Shenghe pergi ke ruang baca untuk lembur.
Saat sedang memeriksa email, suara sandal diseret di koridor luar semakin mendekat.
Dia menatap ke arah suara. Luo Qi masuk sambil menepuk-nepuk wajahnya yang masih basah oleh lotion. Pemanas di rumah menyala, bahkan gaun tanpa lengan pun terasa panas baginya.
“Kau masih akan sibuk sebentar?”
“Hampir selesai. Tinggal tiga email lagi.”
Luo Qi bersandar di sampingnya: “Aku bantu kau melihatnya?”
“Setuju.” Jiang Shenghe menarik kursi putar ke belakang，mempersilakannya duduk dalam dekapannya sambil melihat.
“Saya akan berdiri saja sambil melihat.”
Duduk di pangkuannya sama sekali tak punya keinginan lembur.
Luo Qi menyimak dengan seksama layaknya asisten，santai membantunya memeriksa email.
Selesai membalas email terakhir，mematikan komputer.
Jiang Shenghe menarik pinggangnya，menyuruhnya duduk di pangkuan.
Piyama dalam yang dikenakannya baru，tak pernah kulihat sebelumnya.
Luo Qi menyukai warnanya，“Ada versi wanita? Aku mau beli set.” Menyatukan jadi pasangan.
“Seharusnya tidak.” Jiang Shenghe memberitahunya，ini pesanan khusus，kerah sudah diubah sesuai seleranya，di toko mungkin tak ada warna dan desain serupa.
“Kau bisa pakai punyaku ini.”
Selain saat foto prewedding，hotel tak ada bajunya，pernah mengenakan jubah mandi dan setelan jasnya tanpa pakaian dalam，selain itu tak pernah menempel langsung di kulit. Meski ini dinamika pasangan suami-istri，tapi ia tak berani-berainya langsung memakai bajunya usai mandi.
“Piyama dalamku banyak，yang ini untukmu.”
Kembali ke kamar, Jiang Shenghe mematikan lampu ruangan.
Mencari cara, menggantikan gaun tidurnya dan melepas piyama dalamnya untuk diberikan padanya.
Memakaikannya ke tubuhnya, membawa suhu tubuhnya.
Hari ini tidak di ranjang, mengganti lokasi lain.
Lukisan minyak malam hujan itu dibawa Jiang Shenghe dari ruang baca ke dalam kamar, ditempatkan di samping jendela lantai, kini lukisan itu berada di sisinya.
Tirai jendela setengah terbuka, sosok yang menjauh dari kedua orang dalam lukisan samar terlihat.
Luo Qi dikuncinya di dinding, dinding itu dingin, separuh tirai kain yang ditarik itu menjadi bantalan antara dirinya dan dinding.
Jiang Shenghe menciumi bibirnya, menanyakan perasaannya, pelan-pelan masuk ke dalam.
Bagaimana menyatu dengannya, indra terlalu jelas merasakan, Luo Qi merangkul lehernya, arah pandangan tertuju pada lukisan.
Jiang Shenghe mencium bibirnya, suara memikat yang parau: "Baru saja melihat apa?"
"Sedang melihatmu."
Melihat dirinya dalam lukisan minyak itu.
Dia sedang membiasakan diri dengannya, tiba-tiba ditusuk olehnya, Luo Qi merasakan geli dari ujung hati hingga seluruh tubuh.
Sama seperti malam hujan di Suzhou, dalam dekapan pria ini tiba-tiba ia tak bisa membedakan timur barat utara selatan.
Hari berikutnya.
Langit tetap gelap, suhu turun hingga enam derajat di bawah nol. Luo Qi mengeluarkan jaket bulu angsa tertebal dan sengaja memakai sweter turtleneck.
Sarapan berupa kue mochi labu. Hasil panen labu yang ditanam Jiang Shenghe melimpah, dua puluh buah dikirimkan ke Qin Moling.
Tiga hari berturut-turut Qin Moling memposting foto bubur labu, tumis labu, dan sup labu di circle friends.
Ia sengaja @Jiang Shenghe: Jangan kirim lagi ke rumahku, benar-benar tak habis dimakan. Lebih baik kau jual saja di pasar.
Luo Qi sangat ingin berkomentar: Pagi ini Shenghe baru saja memanen belasan lagi, rencananya mau dikirim ke tempatmu.
