Rapat selama tiga jam lima menit, Xiao Jiang sama sekali tidak fokus. Meski bos bilang tidak apa-apa, dia tetap was-was.
Bekerja di dekat atasan, kesalahan kecil yang tampak sepele justru paling berbahaya.
Apalagi sampai mengetahui rahasia bos.
Sampai pulang kerja ke rumah, dia terus mengevaluasi diri sendiri.
【Lain kali lebih hati-hati saja, aku dulu juga pernah salah, tidak masalah. Besok aku bawa permen pernikahan untukmu.】 Pesan Luo Qi kepadanya.
Hati Xiao Jiang yang cemas sepanjang siang akhirnya lega, rupanya bos telah memberitahu Kak Luo tentang kesalahan kerjanya.
【Terima kasih Kak Luo, ke depannya aku akan ekstra hati-hati.】
【Kak Luo, Selamat untuk Anda dan Direktur Jiang.】
Rumahnya di lantai dua, lift masih terjebak di lantai atas. Tak sabar ingin memberi tahu istri kabar gembira besar ini, dia berlari lewat tangga, satu langkah menaiki dua anak tangga.
“Hari ini gembok sidik jari menghalangiku, gagal dua kali, tidak bisa dibuka.”
Ibu mertua membukakan pintu, “Kenapa napasmu terengah-engah?”
“Lari naik tangga.” Saat mengganti sepatu ia berteriak ke kamar: “CP yang kau ship tidak BE, mereka sudah bersama! Kak Luo bilang besok akan bawa permen untukku.”
Baru saja selesai bicara, terdengar teriakan girang dari kamar. Istri membuka selimut dan langsung turun dari ranjang, “Beneran? Bohong kau jadi anjing!”
Ibu mertua: “……”
Sudah mau jadi orang tua, tapi perilakunya masih seperti anak muda.
Keesokan pagi, Xiao Jiang tiba di perusahaan pukul 8. Bos datang lebih awal. Di mejanya sudah ada dua kantong coklat bermerek mewah berisi belasan jenis coklat berbeda, beberapa bahkan belum pernah ia lihat seumur hidup.
Saat dia menikah, istri berharap CP yang dia ship bisa ikut mendapat keberuntungan mereka. Dia mengumpulkan permen khas dari berbagai daerah dan khusus mengirimkannya ke Luo Qi serta rekan di kantor direktur.
Kak Luo juga begitu perhatian, menyiapkan begitu banyak coklat untuknya.
Bukan hanya di mejanya, rekan kerja lain juga mendapat satu kantong coklat di meja masing-masing.
Pukul setengah sembilan, rekan kerja mulai berdatangan, mengambil coklat di meja dan bertanya apa maksudnya.
Xiao Jiang: "Direktur Jiang yang kasih. Kita duduk di barisan depan saat hari pernikahan nanti."
"Cepat sekali mau menikah? Sejujurnya, aku malas datang ke pernikahan aliansi." Merasa kasihan pada bos.
Xiao Jiang: "Lantai 42 kita aliansi nikah dengan lantai 16."
Mereka terkejut sejenak, berpikir apakah pemilik penginapan juga ada di Grup Yuanwei?
Baru sadar, bukankah lantai 16 adalah kantor Rui Pu?
Sepanjang pagi, kantor direktur dipenuhi keceriaan. Semua pura-pura tidak tahu dan tidak ada yang bertanya lagi.
Sambil makan coklat, masing-masing sibuk dengan pekerjaan di tangan.
Sejak Luo Qi meninggalkan kantor direktur, pagi ini merupakan waktu paling lega yang mereka alami.
Saat istirahat siang, Jiang Shenghe menelepon Sang Guru Yu, sekali lagi merepotkannya untuk melukiskan lukisan minyak - kali ini menggambarkan foto pengantin mereka yang dipotret di rumah tua gang sempit. Nuansa warna lukisan minyak dinilainya lebih mampu menangkap kesan usang rumah tua dibanding foto yang sudah direvisi.
Dia memilih sembilan foto.
Sang Guru Yu bercanda: "Ini mungkin foto pengantin termahal sepanjang sejarah. Kalau bisa selesai akhir September saja sudah bagus."
"Tidak usah terburu-buru, Anda bisa melukis pelan-pelan." Jiang Shenghe menambahkan: "Kalau bisa selesai sebelum tanggal 25 September lebih baik, saya tidak buru-buru mengambil lukisannya, asal difoto saja setelah selesai."
"Tanggal 25 September ada makna khusus?" Sang Guru Yu masih ingat: "Dulu pernah kamu posting dua kelompok angka di circle friends, salah satunya 9.25."
Jiang Shenghe menjawab: "Hari kami mendaftarkan pernikahan."
“Selamat lebih awal untuk kalian.” Sang Guru Yu salah paham, mengira Jiang Shenghe menjadikan 9.25 tahun ini sebagai hari pendaftaran pernikahan dengan Luo Qi.
Sembilan potret, menghabiskan waktu tujuh bulan dua puluh satu hari.
Berhasil diselesaikan seluruhnya sebelum tanggal 20 September.
Beberapa potret yang dikerjakan lebih dulu telah mengering dan dibingkai, sementara dua potret terbaru masih membutuhkan waktu untuk dikeringkan.
Sang Guru Yu bertanya: 【Apakah akan dikirim bertahap atau sekalian?】
Jiang Shenghe yang sedang mengagumi foto sembilan lukisan minyak dari Sang Guru Yu membalas, 【Sekalian saja, nanti diantar ke Suzhou.】
Vila di Suzhou telah selesai direnovasi dengan gaya dekorasi yang selaras dengan lukisan minyak, pekerjaan renovasi baru rampung awal bulan ini.
Dia mengirimkan alamat vila kepada Sang Guru Yu, 【Nanti suruh kurir langsung antar ke alamat ini.】
Jiang Shenghe menyimpan foto lukisan, mematikan komputer lalu pergi menjemput Luo Qi.
Hari ini adalah pesta bulan penuh putra Xiao Jiang. Beberapa staf kantor direktur dan Luo Qi telah berangkat ke hotel. Dia sengaja tidak hadir agar tidak mengganggu obrolan santai mereka.
Luo Qi berkata, dia mewakilinya pergi.
Hotel untuk pesta bulan penuh terletak tak jauh dari Gedung Yuanwei, perjalanan mobil 10 menit.
【Aku sudah sampai.】 Jiang Shenghe mengirimkan posisinya ke Luo Qi.
Luo Qi yang pertama meninggalkan tempat duduk, "Pacarku datang menjemput, kalian lanjutkan saja obrolannya."
Staf kantor direktur lainnya tertawa, "Cepatlah pergi."
Beberapa staf dari departemen lain Yuanwei di meja itu penasaran: "Direktur Luo pacarnya bekerja di bidang apa?"
Staf kantor direktur menjawab dengan wajah datar: "Dengar-dengar dari Kak Luo, terlibat di banyak industri."
"Pasti anak pejabat generasi kedua atau ketiga. Direktur Luo kan rendah hati."
"...Ya, pacarnya bahkan lebih rendah hati."
Luo Qi tiba di lobi hotel, sambil mencari mobil sambil menelepon Jiang Shenghe.
Jiang Shenghe melihat sosoknya, "Kau tak perlu bergerak, aku yang mendekat."
Dia menginjak gas pelan, mobilnya perlahan merayap mendekat.
Sebelum naik, Luo Qi refleks memandang sekeliling.
Kerumunan orang lalu-lalang, tak ada yang memperhatikannya.
Jiang Shenghe merentangkan lengannya yang panjang untuk mengambil sabuk pengaman dan menguncikannya pada Luo Qi. Luo Qi yang belum kenyang membuka oleh-oleh pesta bulan penuh, mengeluarkan dua kue keberuntungan dengan rasa berbeda, lalu membuka kemasannya dan menggigit satu gigitan dari masing-masing kue.
"Suami, aku tidak bisa menghabiskannya."
"Berikan padaku." Jiang Shenghe memiringkan kepala. Luo Qi menyuapkan setengah kue keberuntungan yang sudah dimakannya ke mulut sang suami.
"Apa kau sudah makan malam?"
Jiang Shenghe mengangguk, dia sudah makan di kantin.
Luo Qi menyuruhnya berkendara ke kedai minuman kecil. "Chu Lin punya konser. Dia menyisakan dua tiket untukku di kedai itu, bilang aku bisa mengambilnya kalau ada waktu."
"Konsernya kapan?"
"Kebetulan, pas hari ulang tahun saya."
Chu Lin berkata bahkan dirinya tak menyangka akan begitu kebetulan, anggap saja sebagai hadiah ulang tahun untuknya.
Ulang tahunnya setiap tahun juga selalu diingat oleh Kakak Sepupu.
Dalam perjalanan ke kedai minuman kecil, telepon dari Kakak Sepupu pun masuk.
Luo Yuli: "Kasih tahu alamatmu sekarang, mau mengirim hadiah ulang tahun."
“Tahun lalu ulang tahunnya, kakak sepupu mengirim hadiah ke rumah kontrakan. Kini dia hampir tidak pernah kembali ke sebelah itu.”
“Tahun ini rencana merayakan ulang tahun bagaimana? Jalan-jalan dengan Jiang Shenghe?”
“Tidak sempat main ke luar.” Dia memberi tahu kakak sepupu: “Besok malam mau mendengarkan konser piano Chu Lin.”
Luo Yuli diam sejenak, “Ada konser lagi?”
“Ya. Tapi kali ini hanya dua sesi, satu di Shanghai satu di Beijing.”
“Suzhou tidak ada?”
“Tidak ada.” Luo Qi tidak tahu alasannya, “Dulu setiap kali tur, kota pertama selalu Suzhou.” Mungkin dia memutuskan melupakan mantan pacar dan memulai kehidupan baru.
Pagi hari ulang tahunnya, tante rumah membawakan map dokumen kurir, hadiah dari kakak sepupu. Semula dikira tas.
Luo Qi membuka map dokumen, ternyata sertifikat properti. Kali ini rumah yang diberikan berubah dari apartemen Shanghai menjadi apartemen Beijing. Dia memperhatikan alamatnya - alamat rumah kontrakannya.
【Kak, kenapa lagi kasih rumah ke aku?】
Luo Yuli: 【Bukan hadiah, masih pakai nama aku. Ini untukmu tinggal, barang-barang di dalamnya tak perlu dipindahkan.】 Dia mengulang kalimat itu: 【Meski hubungan baik, pasti ada saat bertengkar. Kau harus punya tempat tinggal sendiri. Setelah kondisi keuanganmu membaik, belikan rumah untuk Paman dan Bibi.】
【Tak terasa kau sudah dewasa, selamat ulang tahun.】
Luo Qi menyimpan sertifikat properti itu.
Jiang Shenghe memasakkan mi ulang tahun untuknya. Dia sering membuatkan sarapan, tapi ini pertama kali memasak mi.
Dia menyodorkan sumpit dengan tangan kirinya, "Selamat ulang tahun, coba rasanya bagaimana."
Luo Qi tersenyum, melihat cincin di jari manis tangan kiri pria itu.
Dia sering memakai lalu melepasnya, beberapa hari kemudian memakai lagi.
Luo Qi mencicipi mi, kadar garamnya pas.
Jiang Shenghe berkata: "Hari ini ulang tahunmu, aku akan mengantarmu kerja."
"Bagaimana jika ada yang melihat?"
"Meski dilihat, tak ada yang akan curiga."
"Hah?"
Luo Qi tidak mengerti.
Hingga tiba di bawah Gedung Yuanwei, barulah Luo Qi memahami maksat perkataannya. Di depan gedung terdapat selusin anak tangga, Jiang Shenghe menghentikan mobil tepat di depan tangga tersebut.
"Kenapa parkir di sini?"
"Tidak apa-apa. Turun saja dengan lapang dada, tidak ada yang akan curiga."
“……”
Luo Qi membuka sabuk pengaman, membelai-bela dada, detak jantungnya rasanya akan meloncat ke kerongkongan di detik berikutnya.
Ulang tahun ke-30 tahun, dijalani lebih menegangkan daripada naik roller coaster.
Mumpung belum ada orang yang mendekat, dia cepat-cepat turun, menutup pintu mobil dengan keras ‘Braak!’, persis seperti pencuri. Luo Qi naik dua anak tangga, mobil pun melaju pergi dan masuk ke area parkir bawah tanah dari sisi gedung.
Dari kejauhan, beberapa karyawan Yuanwei melihat Luo Qi turun dari mobil bos.
Dengan terang-terangan dan sama sekali tidak menjaga jarak seperti itu, tak ada satu pun yang berpikiran negatif. Mereka mengira sopirlah yang mengemudi, dan mengira Luo Qi pagi-pagi sudah menemani bos ke pusat riset dan pengembangan Rui Pu.
Mengenai Rui Pu, karena Luo Qi menyesuaikan positioning pasar Rui Pu, Yuan Wei Healthcare terpaksa memotong segmen pasar menengah-rendah. Sepanjang tahun ini, tak sedikit ia kena marah secara diam-diam.
"Kabar internal terpercaya, Rui Pu segera merekrut karyawan."
"Dengar dari siapa? Beberapa bulan lalu kudengar mereka mau PHK."
"Tak jadi PHK. Luo Qi berhasil bertahan."
Dulunya Luo Qi memutuskan melepas pasar kelas tinggi Rui Pu, berjanji pada Lu Rui: "Tak ada satu pun karyawan yang akan di-PHK."
Ada periode dimana tim Rui Pu kehilangan fokus, tak serius bekerja. Pasar premium sudah ditinggalkan, buat apa tim yang sebelumnya menangani segmen ini dipertahankan?
Luo Qi berkata: "Kalau harus pergi, akulah yang pertama mengundurkan diri. Apa yang kalian khawatirkan?"
Ditambah relokasi seluruh tim ke Gedung Yuanwei dan solusi Luo Qi atas masalah kekurangan dana R&D, barulah perlahan stabilitas tim pulih.
"Kudengar dari staf Rui Pu, Direktur Lu dan Luo Qi sering berselisih."
“Bisa akur? Luo Qi dengan tiga jurus api barunya nyaris membakar habis rahasia lama Lu Rui.”
“……”
Karyawan Rui Pu tampak sudah terbiasa dengan ketidakakuran dua direktur utama mereka.
Mereka sama-sama tidak pernah pergi ke kantor lawan, urusan bisnis dibahas di area resepsi. Area multifungsi yang awalnya dirancang untuk klien justru lebih sering digunakan Lu Rui dan Luo Qi duduk-duduk di sofa kulit mewahnya.
Luo Qi login ke email lamanya di FarVision Capital, mencetak revisi proposal proyek dari Jiang Shenghe yang mencapai lebih dari 100 halaman.
Dijilid menjadi satu buku tebal.
【Pak Lu, Pukul empat punya waktu? Bahas sesuatu.】
Lu Rui hanya membalas: 【Ada.】
Luo Qi membawa proposal, datang dua menit lebih awal. Lu Rui sudah menunggu di area resepsi sambil menyeruput kopi buatannya.
“Coba periksa bagian ini, beberapa bisa diterapkan di Rui Pu.”
“Apa?”
Lu Rui meletakkan cangkir kopinya.
“Lebih tepatnya ini proposal yang kubuat delapan tahun lalu saat magang di FarVision Capital. Bagian berwarna merah adalah revisi langsung dari Pak Jiang.”
Lu Rui membalik-balik halaman, menoleh, memandanginya dengan tak percaya, "Kau sudah tertarik pada pencetakan 3D sejak saat itu?"
Luo Qi mengangguk, "Kalau tidak, mengapa aku mengajukan permohonan ke Rui Pu? Selain untuk menghasilkan uang melunasi utang, juga ingin mewujudkan mimpi."
Sejak Desember tahun lalu hingga kini, perusahaan Rui Pu mereka telah mundur stabil dari pasar kelas tinggi.
Dari begitu banyak kontrak, hanya dengan satu klien yang bermasalah. Karena negosiasi tak mencapai kesepakatan, akhirnya harus diselesaikan melalui jalur hukum.
Selama beberapa bulan itu karena tekanan berlebihan, mens-nya tertunda belasan hari. Jiang Shenghe sempat mengira dia hamil, diam-diam senang setengah hari.
Sepertinya dia sangat menginginkan seorang anak.
Suatu kali saat mengobrol, dia menyebut tentang orang-orang yang "ayah mengandalkan anak", lalu berkata, "Aku takkan melakukan hal seperti itu."
Ponsel Luo Qi bergetar, Jiang Shenghe mengirim pesan: 【Turun sepuluh menit lagi.】
Malam ini ada konser piano Chu Lin, mereka akan pergi ke teater lebih awal.
"Direktur Lu, silakan pelan-pelan memeriksa. Jika ada pertanyaan, bisa berdiskusi via email atau WeChat."
Luo Qi berdiri, "Hari ini saya pulang kerja setengah jam lebih awal, sudah janji dengan seseorang."
Lu Rui tahu hari ini ulang tahunnya, siang tadi depan menerima buket bunga mawar, penerima Luo Qi, cetak cap tahun 9.25.
Hari pertama dia datang ke Rui Pu, cap tahun ini sudah mengirim dua buket bunga.
Ingin mengucapkan Selamat ulang tahun padanya, tersekat di tenggorokan.
Luo Qi pergi, dia memandangi sosok yang menjauh, restu ulang tahun itu ditelannya bersama kopi pahit.
Sama seperti pagi tadi, mobil Jiang Shenghe masih parkir di gerbang utama, tak ada yang menjaga jarak.
Luo Qi membawa komputer, di tangannya masih memegang map arsip, turun lift sambil mengangguk menyapa orang sepanjang jalan.
"Direktur Luo mau pergi membicarakan urusan penting lagi?"
Luo Qi tersenyum, "Ya."
Meninggalkan gedung pencakar langit, melesat cepat menuruni tangga, rela memberikan satu langkah melintasi tiga anak tangga.
Setelah duduk di mobil, dengan kecepatan kilat menutup pintu mobil, khawatir ada yang melihat orang di kursi pengemudi adalah Jiang Shenghe.
Jiang Shenghe mengambil tas laptop dan map arsip ke kursi belakang, "Mengapa kau merasa bersalah?"
Luo Qi tidak mengakui: "Tidak ada rasa bersalah."
Jiang Shenghe berkata: "Tadi ada orang lewat di depan mobil, tak satu pun yang melihat ke dalam." Mereka semua mengira sopir sedang menunggu di mobil.
Semakin ditutup-tutupi, semakin banyak yang ingin mengintip.
Justru karena terang-terangan seperti ini, tak ada yang penasaran.
Sabuk pengaman terikat rapat, Jiang Shenghe mengendarai mobil pergi.
Luo Qi sesekali menoleh memandangnya, di hari ulang tahunnya yang ke-30 ini, dia menemani dari pagi hingga malam.
Tadi pukul 00:00, mereka dalam jarak negatif, tepat di detik itu, di bawah tubuhnya, seolah ingin mencurahkan semua cinta.
Saat bangun mandi, ranjang berantakan tidak karuan.
Sampai di area parkir bawah tanah teater, dia mencium pipi Jiang Shenghe, "Terima kasih suamiku."
Jiang Shenghe: "Setelah konser, pulang ke rumah aku buatkanmu makanan malam."
"Baik."
Sebagai hadiah ulang tahun, Chu Lin memberi mereka dua tiket dengan posisi terbaik di seluruh teater.
Saat masuk, Jiang Shenghe tiba-tiba memberi isyarat pada Luo Qi untuk melihat ke depan sedikit serong.
Luo Qi melihat sepupunya yang sedang mengantri di barisan lain menunggu pemeriksaan tiket, Jiang Shenghe memperhatikan keterkejutan di matanya, "Kau tidak tahu Luo Yuli datang ke Beijing?"
"Dia tidak bilang akan datang." Malam itu saat sepupunya menelepon meminta alamat untuk mengirim hadiah, orangnya masih di Suzhou.
Hari ini ulang tahunku, kalau dulu, sepupu pasti akan mencariku untuk makan bersama.
Bukankah dia tidak tertarik pada pertunjukan piano?
Sebelumnya saat Chu Lin mengadakan konser di Suzhou, aku mau membelikannya tiket pun dia tidak mau datang, sekarang khusus datang ribuan li ke Beijing untuk mendengarkan? Aku juga memperhatikan, setiap kali membicarakan Chu Lin dengan sepupu, reaksinya selalu tidak wajar, entah pura-pura tidak dengar atau bilang sinyal buruk sedang di lift.
Luo Qi terkejut dengan persepsinya sendiri, karena banyak orang di sekeliling, dia tidak menyebut nama asli Chu Lin, berbisik pada Jiang Shenghe: "Apa kakakku bukan... mantan pacarnya di Suzhou?"
“Mungkin saja.” Jiang Shenghe membalas bertanya: “Kalau tidak, kenapa dia paling istimewa ke kamu? Dengar dari ibuku, sifatnya mirip ibuku, tidak suka mengobrol, tidak suka memulai percakapan dengan siapa pun. Dia bahkan memberimu piano.”
Piano yang ditempatkan di rumah kontrakannya, Chu Lin hanya memainkannya dua kali, lalu mengatakan telah menghadiahkannya.
Memasuki gedung musik, Luo Qi terus mengamati kakak sepupunya yang terlambat membeli tiket sehingga duduk di pinggir.
Diam-diam ia menghela napas, pura-pura tidak tahu kedatangannya.
Seluruh kursi terisi penuh, Chu Lin tenggelam dalam alunan musik, tidak tahu siapa yang datang maupun yang tidak.
Dua tahun berlalu sekejap, namun ia masih belum pulih.
Tak bisa melepaskan, juga tak mampu melupakan.
Ia berjanji pada ayahnya, setelah konser usai akan serius menjalani perjodohan.
Harus terus melangkah maju, seperti Luo Qi.
Saat acara bubar, Luo Qi menunggu penonton lain pergi baru bangkit dari tempat duduk.
Membawa buket bunga untuk Chu Lin, Jiang Shenghe menunggu di mobil sementara ia mengantarkan bunga ke belakang panggung.
“Chu Lin sedang membersihkan riasan, tersenyum padanya lewat cermin: "Selamat ulang tahun. Seharusnya aku yang memberi bunga untukmu."”
Luo Qi: “Siapa yang memberi tidak masalah.”
“Kakakku juga datang mendengarkan konser. Hari ini sudah larut, lain kali ada kesempatan kita makan bersama.”
Chu Lin gagap: “Luo Yuli... Dia... Kakakmu sengaja datang merayakan ulang tahunmu?”
“Ulang tahunku dirayakan Jiang Shenghe.”
Luo Qi hanya bisa membantu sampai di sini. Ada tidaknya jodoh, tergantung mereka sendiri.
“Jiang Shenghe masih menungguku.”
“Kalau begitu cepatlah pergi.” Pikiran Chu Lin sudah lama tidak ada di ruang rias.
Keinginan ulang tahun Luo Qi tahun ini belum sempat diucapkan. Atas nama sepupunya, ia berharap percintaan sepupunya bahagia, semua berjalan lancar.
Sampai di rumah, Jiang Shenghe pergi ke dapur membuatkan Luo Qi makanan malam.
Dia belajar membuat daging gulung daun bawang dari Nyonya Chen. Beberapa kali percobaan sebelumnya cukup berhasil.
Tante telah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuknya. Ia memakai apron dan mulai merebus daun bawang.
“Suamiku, aku mau jalan-jalan sebentar di halaman.”
“Mau melepas stroberi lagi?”
“...Aku cuma mau lihat udah matang atau belum. Enggak akan kupetik.”
Jiang Shenghe tersenyum, memeluknya di depan dada dan menciumnya, “Kau sendiri percaya enggak?”
Dia menanam stroberi di peralatan hidroponik halaman, sebelumnya sempat menanam mentimun satu musim. Setelah panen mentimun, ditanami stroberi untuknya. Tak lagi memberikannya tanaman strawberry dalam pot, karena dulu ia sering memetik buah sebelum benar-benar matang.
Luo Qi bersikap serius: “Aku cuma mau melihat-lihat. Hitung-hitung buat persiapan panen besok pagi.”
Jiang Shenghe melepas pelukannya, “Karena hari ini ulang tahunmu, boleh saja petik beberapa yang belum terlalu matang.”
“Kalau gitu aku ambil sedikit aja.” Luo Qi mengambil sebuah keranjang menuju halaman.
Jiang Shenghe: “……”
Luo Qi sangat menikmati proses pemetikan, meski buah yang dipetik masih kecut, ia tetap memaksakan diri untuk memakannya.
Menyalakan senter ponsel, ia mengais semua stroberi satu per satu, akhirnya terkumpul belasan buah.
Daun lobak yang sudah direbus, Jiang Shenghe sedang menggulung daging, “Ada yang matang?”
“Ada. Sinar matahari hari ini bagus, cepat matang.” Dia membersihkan strawberry, memilih yang merah untuk Jiang Shenghe, yang setengah merah setengah hijau dimakannya sendiri.
“Tidak lihat ponsel?” Jiang Shenghe mengingatkannya.
Terus sibuk memetik strawberry, tidak sempat melihat. Luo Qi membuka kotak dialog, Jiang Shenghe tidak mengirim pesan, tapi ada status baru di circle friends.
Sepuluh menit lalu, dia memposting status di circle friends yang hanya terlihat olehnya.
【Selamat ulang tahun Luo Qi-ku tetap 20 tahun selamanya.】
Lampirkan foto kisi sembilan Gong, foto pengantin mereka di rumahnya yang dilukis menjadi lukisan minyak.
