"Siapa yang begadang sampai larut malam begini?" gumamku kesal. Di usia yang belum mengenal rasa takut itu, keributan yang nyata tapi sekaligus tak nyata ini mengganggu tidurku.
Badanku mulai terasa panas. Berguling-guling di tanah bambu, suara-suara itu malah semakin keras. Terdengar gemuruh seperti tabuhan gendang dan genderang.
Aku langsung terduduk. Sekonyong-konyong kesadaranku pulih sepenuhnya, tapi pemandangan sekitar terasa asing. Sulit diungkapkan perasaan ini - hutan bambu yang sama tiba-tiba dipenuhi titik-titik cahaya berkilauan.
Seperti tidak jauh dariku, ada sekumpulan titik cahaya kuning muda yang perlahan mendekati titik cahaya kuning muda lain yang lebih kecil. Lalu kulihat titik cahaya yang lebih besar itu tiba-tiba mendekati titik yang kecil, seolah-olah sedang menelan titik cahaya kecil itu.
Kejadian aneh terjadi, titik cahaya kecil itu perlahan berubah menjadi gumpalan berwarna abu-abu kusam...
Ada apa ini? Hutan bambu ini seperti dunia ajaib, di mana-mana terlihat titik-titik cahaya kuning muda ini, ada yang kecil ada yang besar.
Aku menggelengkan kepala, sangat ingin memahami fenomena titik cahaya yang berubah warna ini. Semakin kusoroti pandangan, justru kusadari - mana ada titik cahaya di hutan bambu ini? Titik kuning muda yang agak besar itu ternyata jelas-jelas seekor ular, sedangkan titik yang berubah warna itu jelas tikus mati yang sedang ditelannya, ular itu sedang menelan tikus.
Aku sama sekali tidak bisa memahami bagaimana bisa melihat ular di kegelapan malam ini. Tiba-tiba rasa takut menyergap, bagaimana mungkin aku tertidur di hutan bambu? Desa penuh ular, dan lingkungan bambu yang lembap ini adalah favorit ular-ular.
Aku tadi tidur di sekitar hutan bambu ini, bagaimana jika ular merayap di tubuhku...? Seluruh tubuhku merinding, saat melihat sekeliling, masih ada titik-titik cahaya kuning yang besar kecil. Menunduk melihat diri sendiri, ternyata tubuhku juga memancarkan sinar kuning, hanya saja warnanya jauh lebih pekat dibandingkan titik-titik cahaya kuning pucat itu!
Ini apa yang terjadi? Apa aku juga berubah menjadi titik cahaya? Keringat dingin membasahi tubuhku, dengan kaget aku membuka mata. Baru sadar bahwa tadi aku setengah duduk di hutan bambu, mata sama sekali belum terbuka!!
Tadi itu apa yang terjadi? Apa aku sedang bermimpi? Tubuh semakin panas, sangat haus, juga ada rasa lelah yang tak tertahankan. Mengusap keringat dingin di dahi, aku kembali berbaring berat, benar-benar tak ada tenaga untuk bergerak.
Mengingat mimpi aneh tadi, tidak ada rasa takut yang besar, hanya merasa sangat mistis. Tapi dalam hati mulai mengharapkan pagi segera tiba.
Tak tahu sudah berapa lama berlama-lama, rasanya mau tertidur lagi. Tiba-tiba teringat mimpi aneh tadi, di hutan bambu dalam mimpi ada ular! Aku tak boleh tinggal di sini!
Telinga masih mendengar suara berisik. Dengan seluruh tenaga kusiapkan diri berdiri, memanggul tas ransel kuningku langsung pergi. Saat itu hanya ada satu pikiran: tidur di mana saja boleh, asal jangan di hutan bambu ini.
Meskipun hutan bambu ini luas, aku tidak terlalu masuk ke dalam. Hanya beberapa langkah saja sudah keluar. Namun dalam kebingungan, terasa hutan bambu ini dipenuhi kembali dengan titik-titik cahaya kuning keemasan, bahkan batang bambu itu sendiri diselimuti cahaya hijau, meskipun ada yang pekat ada yang samar.
Dari sudut pandang ini, sebenarnya cukup indah. Aku benar-benar tidak merasa takut. Mungkin karena pengaruh mimpi aneh tadi, sekarang masih agak bingung. Persis seperti pagi ini ketika orangtuaku membangunkanku untuk sekolah, meski belum sepenuhnya sadar, dalam mimpi sudah memakai baju, sikat gigi dan cuci muka, seolah benar-benar sudah bangun.
Tidak lagi memperhatikan hutan bambu yang aneh itu, aku melangkah maju. Suara riuh rendah itu semakin jelas. Hatiku berdebar-debar, tanpa sadar berjalan menuju ke arah suara paling keras.
Tidak berjalan jauh, sudah terlihat deretan rumah-rumah yang berjejal rapat. Aneh sekali, bukannya desa ini luas tanahnya? Rumah siapa yang tidak berjarak jauh satu sama lain? Kenapa di sini rumah-rumah dibangun berkelompok?
Dikupingi baik-baik, sepertinya ada banyak orang berbicara, tapi tak terlihat satu pun bayangan orang. Hanya terlihat di antara deretan rumah itu, banyak bayangan hitam, sesekali diselingi satu dua bayangan merah. Bayangan-bayangan ini juga seperti terbentuk dari kumpulan titik cahaya, mirip dengan di hutan bambu hanya warnanya berbeda.
Aku merasa sangat linglung dan kehilangan kemampuan berpikir, hanya ingin melihat bayangan-bayangan itu dengan jelas. Saat fokusku semakin kuat, aku tersadar - bukan bayangan, melainkan banyak orang!
Wah ramai sekali! Hatiku langsung bersemangat, memang dasarnya aku suka keramaian.
Mereka seperti sedang mengobrol tapi juga tidak, suara riuh rendah begitu besar pasti ada sesuatu terjadi. Rasa ingin tahuku meledak-ledak, langkah kakiku semakin cepat mendekat.
Mimpi aneh di bambu tadi membuatku tidak nyaman, sekarang melihat orang-orang justru membuatku bersemangat.
Jarak semakin dekat, tapi bahkan orang cuek sepertiku mulai merasa ada yang tidak beres. Langkahku pun melambat.
Kenapa tidak beres?
Pertama, pakaian mereka aneh - semuanya hitam panjang: baju kutung berkancing depan dan celana panjang lebar. Aku pernah lihat gaya pakaian ini di suatu tempat yang tidak menyenangkan, tapi sekarang tidak bisa mengingatnya.
Kedua, orang-orang itu sepertinya menyadari kehadiranku, tapi mereka tidak menunjukkan keramahan dan rasa ingin tahu seperti orang biasa yang mungkin bertanya, "Ini anak siapa?" atau semacamnya. Sebaliknya, mereka semua menatapku dengan tatapan waspada, seolah ada sesuatu pada diriku yang tidak mereka sukai. Tatapan mereka juga terasa suram, aku tidak bisa menjelaskannya dengan pasti, tapi perasaan itu membuat hatiku menggigil.
Ketiga, sebagian besar dari mereka adalah orang tua, hanya sedikit yang muda. Satu atau dua di antara orang muda itu terkesan sangat garang! Aku seolah melihat cahaya kemerahan pada tubuh mereka, tapi samar-samar. Terutama cahaya merah ini berbeda dengan merah yang ceria, ini adalah merah yang gelap dan mencekam.
Seperti apa sebenarnya orang-orang ini? Aku agak bingung. Mereka terlihat tidak menyukaiku, dan membuatku merasa tidak nyaman, meski tidak tahu persis bagian mana yang salah.
"Anak siapa ini? Cepat pulang! Ngapain ke sini?" Suara parau yang suram itu terdengar di telingaku saat aku masih ragu-ragu. Suaranya membuat bulu kuduk merinding.
Aku menggigil, mencari sumber suara ke sekeliling. Ternyata seorang pria tua berjarak sekitar 50 meter yang berbicara padaku. Apakah dia yang berbicara? Aku tidak melihat mulutnya bergerak. Seharusnya perlu berteriak untuk jarak sejauh itu?
Tapi aku yakin itu dia.
Ini seorang kakek tua. Ekspresinya memang masih terlihat kaku dan suram, tapi juga memancarkan keramahan. Perlahan rasa takutku mulai berkurang.
Tepat pada saat itu, aku menyadari seorang pria muda berlari mendekatiku sambil tertawa terkekeh. Aku tak tahu apa yang dia tertawakan, tapi naluriku mengatakan dia punya niat jahat.
"Hah..." Sepertinya suara si kakek tua menghela nafas.
Kepalaku masih bingung. Seluruh tubuhku terasa mati rasa, entah karena ketakutan atau kebingungan. Dalam sekejap, pemuda itu sudah berada di depanku dan hendak menubrukku keras.
Refleks aku mundur. Tiba-tiba, dari dadaku memancar kilau putih menyilaukan disertai auman harimau samar. Belum sempat aku pahami kejadian itu, si pemuda sudah menjerit-jerit sambil mundur terhuyung.
Pemuda itu terus mundur hingga jarak yang jauh. Matanya menyala-nyala penuh kebencian. Kulihat sekeliling - si kakek baik hati sudah menghilang entah ke mana. Kerumunan orang yang tadinya banyak tiba-tiba menyusut drastis.
Hanya tersisa segelintir orang yang menatapku tajam. Tatapan mereka adalah yang paling tidak bersahabat dari kerumunan tadi, termasuk sepasang pria dan wanita yang tubuhnya diselimuti aura merah.
