Teh yang sudah diseduh beberapa kali rasanya hambar seperti air, namun uap panas dari air baru masih mengepul. Dalam kepulan asap, kisah masa lalu yang bergelombang itu telah menyedot seluruh perhatianku. Berkali-kali cangkir terangkat di depan mulut tapi lupa diminum.
Jiang Laotou sudah berhenti bercerita, menyulut rokok tembakaunya sendiri. Dengan tak sabar kutanya: "Guru, lalu bagaimana? Apakah Guru akhirnya menembak?"
"Awalnya tidak berani, Guruku bilang, lelaki sejati harus membalas dendam dengan lega. Di zaman itu tidak ada keadilan yang berpihak pada siapapun. Kemudian, Guruku menyita sebagian besar harta Liu San, meminta keluarga Zhao membagikannya ke warga desa. Akhirnya aku ikut mereka meninggalkan desa itu."
"Terus gimana?" Ceritanya terlalu menarik, aku tak tahan terus bertanya.
"Terus apalagi! Aku ceritakan ini supaya kau tahu, kau punya tiga paman seperguruan, ditambah aku total empat. Kami masing-masing mewarisi beberapa ilmu dari Guru Besar kita. Supaya kau paham, aliran mana yang kau ikuti dalam perguruan kita." Jiang Laotou kesal menjawab pertanyaanku yang banyak, langsung ke inti pembicaraan.
"Bukannya ada Paman Li, Paman Chen, dan kamu? Kok jadi empat?" Aku bingung.
"Belakangan menerima adik seperguruan, Wang Lipu, itulah Paman Wang-mu."
"Lalu Guru, para paman seperguruan? Kenapa kalian tidak bersama? Apakah mereka tinggal bersama?" Sejujurnya aku sangat ingin bertemu para paman seperguruan ini. Hidup berdua dengan guru terasa kesepian.
Jiang Laotou terdiam. Rokok lintingan di bibirnya terlupa dihisap. Ekspresi sedih seperti malam itu kembali menghiasi wajahnya.
Tapi Si Kakek ini tak punya sikap serius, aku tak tahu apakah dia benar-benar sedih. Tak tahan aku bertanya lagi, "Bagaimana dengan guru besarku?" Di hatiku, guru besar itu jauh lebih mengagumkan dibanding guru sambilan ini. Seorang pria! Pendekar Jianghu! Ahli bela diri! Dia memenuhi semua impian seorang anak.
Membayangkan guruku yang jorok, suka mengintip gadis, rakus, suka menindas anak kecil... Dosa-dosanya tak terhitung banyaknya.
Tapi tak kusangka pertanyaan ini membuat tubuh Jiang Laotou gemetar halus. Aku tak yakin apakah ini khayalan, tapi matanya tampak memerah. Seketika dia meledak marah, menghantam kepalaku dengan pipa tembakau kering sambil berteriak, "Dasar anak cerewet! Masih banyak nanya? Mau kubuat kau salin Kitab Daodejing seratus kali? Seratus! Seratus kali!"
Karena emosi, Jiang Laotou menekankan "seratus kali" dua kali. Pipa tembakau itu membuat kepalaku sakit. Aku mengaku takut, menarik leher dan tak berani bertanya lagi.
Setelah tenang, Jiang Laotou berkata, "Guru besarmu adalah jenius langka. Dalam Taoisme lima aliran ilmu metafisika, sejak zaman kuno hingga ribuan tahun, tak ada yang kuasai semuanya. Tapi dia dapat kesempatan mempelajari kelima aliran."
“Lima aliran apa?” Sebenarnya aku sama sekali buta tentang pengetahuan dasar ini, Guruku juga tak pernah menjelaskan secara detail. Hari ini langka dia membahasnya, aku pun sangat tertarik mendengarkan.
“Gunung, Pengobatan, Peruntungan, Ramalan, dan Fisiognomi! Pengobatan paling mudah dipahami, yaitu ilmu pengobatan dan farmasi, ditambah ilmu tambahan seperti menanamkan energi spiritual pada obat-obatan. Teknik penyembuhan spiritual semacam itu adalah warisan Paman Chen, guru seperguruanmu. Ilmu peruntungan dan ramalan, dua aliran ini tak terpisahkan. Membaca nasib manusia, meramal takdir besar, menelusuri langit-bumi, mengintip rahasia semesta, semua itu keahlian ahli waris kedua aliran ini. Paman Li mewarisi kedua aliran tersebut. Fisiognomi, membaca karakter manusia lewat tulang, garis tangan, wajah, ilmu fengshui untuk rumah orang hidup maupun makam, semua itu termasuk fisiognomi yang diwarisi Paman Wang.” Guruku perlahan menjelaskan padaku.
Kurasakan ini sangat ajaib! Setiap cabang ilmu metafisika ini membuatku terpesona. Tak kusangka ilmu pengobatan pun termasuk salah satu cabang metafisika.
“Ilmu pengobatan juga termasuk, Guru?” Tak tahan aku mengonfirmasi lagi.
“Kenapa bukan? Bian Que adalah tokoh Taoisme kita, sama seperti Zhuangzi yang berguru pada Chang Sangjun. Kitab Kaisar Kuning juga termasuk buku pengobatan Taoisme kita. Bisa dibilang seluruh aliran pengobatan Tiongkok adalah bagian dari ilmu metafisika kita. Menurutmu bukan?” Jiang Laotou melompat sambil bersemangat berdebat.
"Sayangnya aku baru berusia sepuluh tahun, semua orang yang dia sebut tak satu pun aku kenal. Tapi aku tak berani menunjukkan raut wajah tidak tertarik, hanya bisa mengangguk terus sambil pura-pura kagum. Baru setelah itu Pak Jiang terlihat puas."
"Ah, mau bagaimana lagi? Punya guru yang kekanak-kanakan, muridnya pasti harus lebih dewasa."
Setelah keributan tadi, aku baru ingat bertanya tentang aliran kami: "Guruku, berarti kita ini Aliran 'Gunung'? Pasti juga sangat hebat ya?"
"Aliran kita ini..." Pak Jiang menghela napas, tiba-tiba serius. Setelah lama berpikir dia berkata: "Secara teori kita dianggap yang terunggul dari Lima Aliran Metafisika. Empat aliran lain semuanya melayani kita. Tapi zaman sekarang, yang bisa sukses di masyarakat justru keempat aliran itu. Aliran kita sudah sangat merosot, bahkan sering dicap sebagai takhayul kuno."
"Kenapa aliran kita bisa begini?" Aku ikut sedih mendengarnya, tapi sebenarnya tak percaya. Di mataku, guru ini cukup mumpuni.
“Aliran 'Gunung', tujuan utamanya apa? Menjadi dewa! Mengembangkan cabang pengobatan untuk menyediakan obat penguat tubuh, cabang ramal dan takdir selain untuk menghindarkan malapetaka, juga untuk mencari nafkah di dunia persilatan. Karena tak mungkin bertapa dalam kemiskinan, terutama latihan fisik Aliran Gunung itu seperti lubang tanpa dasar - bahan obat langka, berbagai material ritual habis seperti membakar uang. Mengembangkan cabang fisiognomi lebih mudah dipahami, memilih murid dan lokasi fengshui untuk bertapa, juga perlu mengumpulkan uang. Semua ini demi mengembangkan Aliran Gunung.” Jiang Laotou menghela nafas.
Mulutku ternganga. Apa yang sedang kupelajari? Belajar menjadi dewa? Walau hantu sudah kulihat, tapi dewa tak pernah kujumpai, juga tak pernah disebut Guruku. Kupikir nasibku takkan sampai ke sana, ini omong kosong belaka?
“Legenda menjadi dewa, ah...” Jiang Laotou kembali menghela nafas, melanjutkan: “Pokoknya ilmu kesehatan Taoisme hampir semua berasal dari Aliran 'Gunung' kita. Dibilang rahasia Aliran 'Gunung' kita memang paling banyak. Dewa, Tao, ilusi, roh, militer - ini semua rahasia Aliran 'Gunung'. Seni menjadi dewa, metode Tao, ilusi, latihan roh, bela diri, komando pasukan semuanya termasuk. Lebih detail lagi: seni jimat, teknik penekanan formasi, pinjam tenaga bintang, segel tangan, langkah Gang, pedang bertapa dll, semuanya rahasia Aliran 'Gunung' kita. Singkatnya, di kalangan rakyat, menangkap hantu, membasmi iblis, dan menangkap siluman juga hanya bisa dilakukan oleh orang-orang berbakat dari Aliran 'Gunung' kita.”
"Sekarang aku juga mengerti kenapa Aliran 'Gunung' kita dianggap takhayul feodal. Semua ini benar-benar sialan! Menjadi dewa, menangkap hantu – kalau bukan kamu yang mistis, siapa lagi?"
Sedangkan keahlian Aliran 'Gunung' ini memang tak sebanding dengan empat aliran lain dalam menjalani kehidupan duniawi, apalagi boros menguras uang. Pantas saja nasibnya menyedihkan.
"Tujuan akhir dan pencarian Taoisme sebenarnya adalah penyempurnaan Aliran Gunung ini. Jangankan yang lain, bisa menjadi manusia-dewa saja sudah bagus. Sayangnya, orang seperti itu baru muncul beberapa dalam ribuan tahun. Murid, kau ikut aku tidak merasa diremehkan kan?" Pak Jiang tiba-tiba bersikap seperti anak kecil, matanya berbinar penuh harap menatapku.
"Tidak, menangkap hantu dan siluman juga keren kok." Aku buru-buru menjawab. Emang keren sih, bagaimanapun secara psikologis aku merasa superior. Lima Aliran Metafisik, toh kita tetap yang nomor satu, bukan?
"Bagus, bagus..." Pak Jiang terlihat tersentuh, terus-menerus mengusap kepalaku dengan kencang. Kekuatannya hampir membuatku gegar otak.
"Dulu saat aku mewarisi Aliran Gunung... Ah, sebenarnya saudara seperguruanku juga ingin mewarisi aliran ini. Sudahlah, urusan masa lalu tidak usah dibahas." Pak Jiang bicara terbata-bata dengan kata-kata samar. Hanya Tuhan yang tahu maksudnya. Yang kutangkap cuma satu: Aliran Gunung yang paling mistis ini ternyata jadi primadona di antara mereka para murid senior.
"Mulai hari ini, aku akan mengajarkanmu seni rahasia kultivasi, juga perlahan mulai mengajarkan metode latihan qi dan eliksir internal." Setelah terharu sejenak, Jiang Laotou tiba-tiba menjadi serius.
"Seni rahasia kultivasi?" Aku penasaran.
"Ya. Bukankah kau selalu kagum dengan kemampuanku? Seni rahasia ini mencakup menggambar jimat, segel tangan, dan sebagainya. Mulai hari ini akan kuajarkan padamu."
Hatiku berbunga-bunga. Setelah bertahun-tahun belajar, akhirnya aku mulai mempelajari hal yang paling kuidam-idamkan.
"Tapi, ada satu hal yang harus kusampaikan tentang identitasku." Jiang Laotou tiba-tiba berkata.
