Tinju Selatan vs Tendangan Utara? Delapan Belas Telapak Naga Penakluk? Jurus Tongkat Pemukul Anjing? Berhadapan dengan Guo Er, otakku kacau balau, ingin sekali berubah menjadi tokoh utama novel silat yang pernah kubaca. Tapi imajinasi indah, realita kejam. Dalam sekejap, Guo Er sudah menerjang ke arahku.
Sialan, masih belum selesai juga!!
Aku sendiri tidak tahu sudah berapa kali mengumpat hari ini, langsung berbalik dan kabur.
Halaman tidak terlalu luas, penuh dengan tanaman bunga dan pot-pot, terutama ada sebuah pohon di tengah. Aku berlari sangat kikuk, melompat-lompat seperti monyet, sementara Guo Er terus mengejar tanpa sedikitpun niat menyerah.
Waktu berjalan begitu menyiksa. Entah sudah berapa lama berlari, bahkan stamina sekuat diriku akhirnya tidak tahan. Pandangan mulai buram, setiap tarikan napas terdengar seperti memompa bellow, "huh-huh" berat.
Akhirnya sebuah pot bunga membuatku tersandung. Saat terjatuh, bahkan terasa lega sejenak, akhirnya bisa berbaring.
Tentu hanya sesaat, karena Guo Er langsung menerkam di detik berikutnya.
Aku ingin menendang Guo Er dengan kaki, tapi saat itu aku sama sekali tak punya tenaga atau kesempatan untuk mengangkat kaki. Guo Er menerjang ke arahku dengan gerakan yang sangat aneh. Tidak seperti biasanya yang langsung menggigit, dia malah duduk di perutku, satu tangan menekan bahuku, satunya lagi mencengkeram rahangku sekuat tenaga. Rasanya seperti ingin membuka mulutku paksa.
Apa maksud Guo Er? Tidak, apa maksud Preta itu? Rahangku sakit sekali dicengkeram, tapi ini tidak mengganggu pikiranku.
Tenaga untuk melawan sangat kecil karena lari kencang dan lama tadi membuatku hampir kehabisan tenaga. Bisa melawan sedikit saja sudah bagus. Aku bahkan berkhayal, andai ada hantu yang merasukiku sekarang.
Tapi seperti kata pepatah, jangan sembarangan berpikir karena bisa jadi kenyataan. Baru saja aku berpikir seperti itu, 'hukuman' pun datang.
Guo Er pertama-tama memaksa membuka mulutku, lalu ekspresinya mulai menyeringai kesakitan. Selanjutnya, aku menyaksikan sendiri perutnya menyusut perlahan sampai sebesar telur yang menggumpal di atas perutnya.
Guo Er memang sudah memakai baju compang-camping yang semakin robek selama perkelahian. Keadaan perutnya terlihat jelas. Lebih baik tidak melihat, karena setelah melihatnya aku ingin mencungkil mataku sendiri.
Benjolan sebesar telur itu berguling-guling dengan keras di perut Guo Er, seolah ingin berjuang keluar. Kulit perutnya semakin tertarik dan menipis, dalam sekejap muncul wajah mengerikan yang persis sama dengan yang kulihat saat linglung - wajah yang meneriaki ku.
Saat itu aku pun paham, benjolan itu bukan tumor apalagi telur! Itu adalah Preta yang hidup. Pantas Jiang Laotou bilang itu makhluk hidup.
Dalam situasi darurat, otak bekerja sangat cepat. Tiba-tiba kusadari kenapa Guo Er menjepit mulutku. Rupanya Preta itu ingin kabur dari perut Guo Er dan menyusup lewat mulutku.
Ternyata dia mengincar tubuhku, ingin menumpang di tubuhku.
Pikiran ini dan cara menjijikkan itu hampir membuatku muntah. Sekaligus tak bisa tidak kukagumi - Preta yang penuh ide dan kreatif ini, berani mencoba menguasai tubuh seorang Taoist. Inikah yang disebut tempat paling berbahaya adalah tempat paling aman?
Aku hampir histeris. Kegilaan yang meledak dari dalam ini membuat mental ku mengeras seketika. Kuberteriak kencang, satu tangan mengibaskan tangan Guo Er yang menekan bahuku. Memanfaatkan celah itu, kuhantam keras "telur" di perut Guo Er!
Pukulan ini hampir menguras seluruh tenagaku. Benjolan itu mengeluarkan suara aneh mirip kokok ayam dan desir serangga, lalu langsung kempes. Guo Er sendiri akhirnya merasakan sakit dan meringkuk seperti udang besar.
Tapi yang menjengkelkan, entah itu asam lambung atau cairan empedu yang kukeluarkan dari perutnya, Guo Er malah muntah menyembur. Aku tak bisa menghindar dan terkena muka. Bau asam busuk itu benar-benar membuatku ingin muntah, rasanya sudah nyangkut di tenggorokan.
Pahlawan? Di balik kepahlawanan yang begitu memalukan ini, gambaran pahlawan di film layar tancap yang kadang kulihat jadi terlihat sangat jauh berbeda.
Selain itu, aku harus bersyukur atas kemampuan pencernaan ajaib Guo Er yang kerasukan Preta tadi. Kalau tidak, bukankah aku akan terkena muntahan daging ayam mentah yang baru ditelannya?
Saat ini juga, aku berusaha bangkit dan ingin kabur. Jika keadaan membaik, masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu mungkin memberiku waktu untuk istirahat sebentar, sekaligus mengulur waktu.
Satu-satunya yang tidak berani kulakukan adalah lari keluar halaman. Aku tahu tembok setinggi ini tidak bisa menghalangi Guo Er. Apalagi sebagai manusia, kecerdasannya cukup normal untuk membuka pintu.
Aku tidak bisa membayangkan konsekuensi bagi warga jika orang yang kerasukan Preta ini kabur. Selama dia masih tertarik mengincar tubuhku, aku harus menahannya di sini.
Sekali lagi, imajinasi indah namun realita kejam. Guo Er hanya "tertekan" sesaat, lalu tiba-tiba seperti meledak, menarikku yang hampir lepas dengan kasar dan kembali duduk di tubuhku.
Kali ini dia tidak hanya mencengkeram daguku, tapi juga mencekik leherku. Tekanannya membuatku tersiksa namun tidak sampai mematikan.
Wajahku seketika memerah, napasku terengah-engah. Kedua tanganku berusaha mati-matian melepas cengkeramannya di leherku. Saat aku membuka mulut untuk bernapas, dia mencubit kuat-kuat daguku sehingga mulutku tak bisa menutup.
Tiba-tiba, pemandangan mengerikan terulang. Kali ini Preta itu tampak lebih cerdik, tidak lagi mencoba menerobos keluar dari perut, melainkan perlahan merayap naik, terus naik...
Terjepit dalam posisi ini, aku hanya bisa pasrah menyaksikan "telur" itu bergulir dari perut Guo Er ke dada, lalu perlahan naik ke tenggorokan...
Saat itu, pasti wajahku pucat pasi. Dalam situasi Preta yang sama-sama ingin merasuki tubuhku, lebih baik dia menerobos keluar dari perut daripada dimuntahkan dari mulut Guo Er! Pemandangan itu adalah kekejian yang takkan pernah bisa kubayangkan seumur hidup!
“Guruku, kucing dan harimau sama-sama berasal dari nenek moyang yang sama dan termasuk makhluk spiritual kuat. Mengapa kucing bersifat yin sedangkan harimau bersifat yang?”
"Sebenarnya harimau juga bukan termasuk Yang, melainkan energi jahatnya paling kuat. Ada legenda yang mengatakan bahwa ada orang yang melihat harimau langsung tidak bisa bergerak, lalu hanya bisa pasrah disembelih. Katanya harimau punya ilmu gaib, atau ada hantu korban harimau (sejenis roh) yang ikut memabukkan orang. Sebenarnya bukan begitu, meski rasa takut memang ada, tapi yang utama adalah tertekan oleh aura energi jahat harimau."
"Jadi aku membawa cakar harimau ini karena energinya jahat kuat?"
"Hmm, energi jahat bisa menghancurkan segala medan energi (aura). Selain itu Energi Yang harimau juga kuat. Yang disebut Yin Yang saling bergantung dan eksis. Sama seperti kucing yang spiritualitasnya tinggi, tapi tubuhnya begitu kuat - ini manifestasi Energi Yang yang kuat. Tubuh kucing lemah, jadi spiritualitasnya, yaitu sifat Yin, lebih terekspos, memberi kesan agak suram. Tapi harimau sama sekali tidak demikian. Bahaya dan keperkasaannya inilah alasannya."
"Kalau begitu semua orang bisa pakai cakar harimau untuk mengusir roh jahat?"
"Haha, mana mungkin semudah itu? Harus cakar harimau khusus, lagipula energi jahat bisa melukai orang maupun diri sendiri, harus dengan cara khusus! Cakar harimau milikmu ini tidak biasa, pakailah dengan baik."
Dalam situasi ini, tiba-tiba aku teringat percakapan antara Guruku dan aku. Aku sendiri tidak tahu mengapa dalam kondisi seperti ini masih bisa tetap tenang.
Tanganku berhenti mencoba memaksa melepaskan genggaman Guo Er. Lagipula dia juga tidak berniat mencekikku. Aku meraba-raba, mencabut cakar harimaunya dengan kasar, menatap tajam gumpalan 'telur bergulir' itu.
Masalah itu muncul kembali. Jika aku bertindak sekarang, tenggorokan Guo Er akan tertusuk. Jika kekuatanku tidak terkontrol, konsekuensinya akan sangat serius. Terutama karena kondisi fisik Guo Er sebenarnya sudah sangat lemah, dia mungkin bisa mati karenanya.
Bukankah aku akan menjadi pembunuh?
Harus cari solusi? Aku melihat ekspresi Guo Er semakin menderita. 'Telur' itu sudah hampir menyentuh tenggorokannya. Aku sama sekali tidak meragukan bahwa Preta akan keluar seketika.
Dan dia hanya muncul sepersekian detik. Aku tidak yakin apakah cakar harimau bisa mengenai dia. Harus bagaimana? Harus bagaimana??
Keringat dinginku langsung mengucur. Kulihat ujung lidah Guo Er menekan ke bawah, sepertinya mau muntah. Ujung lidah, ujung lidah, darah ujung lidah!
Tiba-tiba ada ide di kepalaku. Meski agak berisiko, harus dicoba.
