Dua hari kemudian, Guo Er dan kawan-kawannya benar-benar mulai bertindak. Mereka bukanlah aliran teknik tertentu, tentang perampokan makam, hanya Guo Er yang sedikit banyak mengerti. Cara mereka sangat kasar: kira-kira tentukan lokasi, gali lubang, lalu langsung lakukan peledakan.
Metode seperti ini sebenarnya sangat berbahaya secara profesional, tapi mana mungkin Guo Er dan kawanannya mengerti ini?
Hari itu mungkin karena nasib baik Guo Er, atau mungkin ada alasan lain, yang jelas makam kuno itu benar-benar berhasil mereka bolongi. Mereka sukses masuk.
Katanya masuk, tapi begitu masuk, mereka langsung ketakutan setengah mati karena posisi mereka muncul di sebuah koridor panjang.
Guo Er menyorotkan senter, agak bingung. Ia bergumam, "Apa ini? Bukannya makam cuma punya dua kamar samping dan satu ruang utama? Kok ada koridor panjang begini?"
Inilah alasan mereka ketakutan!
Mereka belum pernah lihat makam besar. Termasuk Guo Er yang pernah ikut orang dua kali, yang dilihat cuma 'kamar' lebih banyak. Mana ada cerita langsung muncul di koridor panjang begini?
"Kakak kedua, makam ini kayanya ada yang aneh. Bagaimana kalau kita pergi saja?" Jiang Yaomao'er yang terakhir turun, begitu masuk langsung ketakutan. Ia lebih teliti dari Guo Er dkk. Senter menyorot, langsung terlihat koridor ini terlalu seram, terutama ukiran-ukurannya yang aneh.
Semuanya patung kerdil bermuka hijau bertaring panjang. Belum lagi diselang-seling dengan ukiran wajah seperti tersenyum sinis, melihatnya saja bikin bulu kuduk merinding.
Sebenarnya, mayat tidak mereka takuti. Di pekerjaan ini, mereka sudah melihat beberapa kerangka, dan itu biasa saja. Tapi di sini, hanya sebuah lorong makam yang panjang, sudah membuat bulu kuduk mereka merinding.
Menanggapi pendapat Jiang Yaomaoer, Han Niu diam saja. Di dalam rombongan, dia memang orang yang tidak banyak bicara, hanya mengikuti pasukan. Guo Er meludah, ingin mengatakan sesuatu untuk menguatkan nyali, tapi akhirnya tidak keluar. Hatinya lebih jelas dari siapa pun, sebenarnya mereka hanya 'jagoan kampung', tidak bisa dibandingkan dengan pencuri makam profesional.
Hanya Lao Du yang menyalakan rokok dan berkata: "Orang-orang hidup, masa takut mayat yang tidak bisa bergerak? Yang ditakutkan di makam cuma gas beracun atau jebakan. Sebelum turun, kita sudah ventilasi udara. Lihat, rokok masih bisa dinyalakan, artinya aman! Soal jebakan, sudah berapa lama? Nggak ada gunanya, takut apa?"
Guo Er melirik Lao Du, dalam hati berkata: "Padahal jelas aku yang mengajarimu, sekarang malah kau gunakan untuk menggurui aku."
Tapi meski begitu, Guo Er tidak membantah Lao Du. Dia tahu Lao Du punya anak laki-laki cacat mental, dan demi masa depan anaknya itu, dia ingin mencari lebih banyak uang.
Adapun dirinya sendiri, tetap tidak bisa melepaskan mimpi jadi kaya mendadak!
"Lao Du benar, sudah datang ke sini, mana ada alasan mundur? Gambar hantu di dinding ini, kita tidak usah lihat, ayo pergi." Guo Er juga orang yang tegas, setelah menyesuaikan rasa takutnya dalam waktu singkat, dia menggigit gigi dan mengambil keputusan.
Sebagai ketua tim kecil ini, keputusan sudah diambil dan yang lain tidak bisa protes. Saat mereka sedang membereskan barang-barang dan bersiap berangkat, Jiang Yaomaoer tiba-tiba berteriak: "Tunggu! Lebih baik kita bagi-bagikan ini ke semua orang, aku lebih tenang seperti ini."
Yang dibagikan Jiang Yaomaoer adalah darah anjing hitam. Menurutnya, benda ini paling ampuh untuk mengusir roh jahat.
Guo Er tidak menolak. Setiap orang membawa sekantong kecil darah anjing hitam, lalu mereka berjalan menyusuri koridor panjang dengan senter.
Lorong makam sunyi sepi. Tidak ada yang berminat mengobrol, hanya suara langkah kaki yang bergema di lorong, menciptakan suasana mencekam. Mereka berusaha menghindari pandangan ke relief di dinding, tapi kadang sudut mata tak sengaja menyapu, membuat hati berdebar-debar.
Setelah berjalan sekitar 6-7 menit, Jiang Yaomaoer berhenti. Dia menolak melanjutkan: "Er Wa'er, ini bukan aku yang berlebihan. Lorong makam ini benar-benar angker. Berjalan di sini seperti ada ribuan pasang mata mengawasi. Kau tahu aku bergerak di bidang Yin Yang, indraku sangat pekan terhadap hal seperti ini. Er Wa'er, aku tidak mau terus. Tidak mau mati demi sedikit uang ini."
Sebenarnya, Guo Er juga merasakan hal yang sama, hanya saja dia adalah pemimpin, berani, dan berusaha keras mengabaikan perasaan ini. Tapi setelah perkataan Jiang Yaomaoer, hatinya menjadi ragu.
Melihat Han Niu, Han Niu hanya berkata: "Aku juga merasa ada yang mengawasi."
"Lao Du, bagaimana denganmu?" tanya Guo Er.
Lao Du tidak menjawab, menggigit gigi, tiba-tiba berlari ke arah Jiang Yaomaoer dan menghujani kepalanya dengan pukulan: "Kau sengaja mau jadi pengacau ya? Aku susah payah bekerja setahun, tidak dapat banyak uang, akhirnya ketemu domba gemuk, kau terus saja () di sana! Kau sengaja ingin menghalangiku! Kau merendahkanku karena punya anak laki-laki idiot ya?"
Jiang Yaomaoer yang memang penakut, tidak berani melawan saat diserang Lao Du. Dia hanya memeluk kepala sambil merintih seperti hantu.
Guo Er merasa kesal tanpa alasan jelas. Sejak masuk terowongan makam ini, perasaan negatif terus mengganggunya. Dia berteriak: "Han Niu, hentikan Lao Du! Jiang Yaomaoer, jangan teriak-teriak lagi! Suaramu lebih menakutkan daripada apapun di sini!"
"Han Niu paling patuh pada perkataan Guo Er, langsung menarik Lao Du. Lao Du juga tidak tahu kenapa, malam ini emosinya meledak-ledak. Saat Han Niu menariknya, dia malah tidak mau mengalah. Dalam keributan itu, tanpa sengaja mereka menemukan salah satu dinding bergerak.
Senter Guo Er menyorot ke sana, jelas melihat perubahan ini. Dia berteriak, "Brengsek, berhenti ribut! Ada jalan, ada jalan!"
Guo Er bilang 'ada jalan' biasanya saat menemukan sesuatu. Teriakan mendadak ini membuat semua membeku. Mereka berhenti beraksi, memandang Guo Er dengan tatapan kosong.
Guo Er tidak menjelaskan, menyibak tubuh mereka, langsung meraba dinding itu. Dinding itu masuk sedalam dua ons! Ini adalah pintu batu!
"Bantu aku!" teriak Guo Er. Tiga orang lainnya buru-buru membantu. Guo Er bukan pencuri makam profesional, cuma amatiran tingkat kampung, hampir bisa dibilang orang awam.
Mana dia tahu, harta berharga sejati tidak mungkin tersembunyi di balik pintu rahasia koridor. Kalau bukan jebakan, paling cuma ruang penguburan biasa atau jalur cabang. Segala mungkin, kecuali harta berharga.
Pintu batu itu sebenarnya berat, tapi karena ukurannya tidak terlalu besar, para pria desa yang lebih kuat dari orang kota berhasil mendorongnya terbuka.
Pintu rahasia ini hanya setinggi setengah orang. Sesuai aturan lama, Guo Er yang pertama masuk. Begitu masuk, dia langsung menarik napas tajam dan berteriak, "Cepat masuk! Kita pasti bakal kaya raya!"
Teriakannya membuat yang lain bersemangat. Mereka masuk satu per satu, dan begitu melihat isi ruangan, semua langsung terdiam membeku.
Ini adalah kamar kecil sekitar 10 meter persegi. Sepanjang dinding berderet guci-guci kecil. Senter menyorot, memperlihatkan seluruh isi ruangan.
Ruangannya biasa saja, guci-gucinya pun seharusnya tak aneh. Tapi mengapa Guo Er bilang bakal kaya? Jawabannya ada di guci-guci di lantai ini.
Bentuk guci-gucinya agak aneh, seperti telur. Bagian bawahnya seperti mangkuk, tutup atasnya dipenuhi lubang-lubang kecil rapat, mirip tempat dupa.
Di bawah sorotan senter, guci-guci itu memantulkan kilau logam yang memesona. Dari dekat terlihat ukiran huruf-huruf aneh berwarna merah, yang kini sudah memudar dimakan zaman.
Guo Er tak paham sejarah. Dia tak tahu bahwa dalam sejarah tak pernah ada artefak logam berbentuk seperti ini. Biasanya penjarah makam paham - benda aneh pasti menyimpan bahaya, jadi tak boleh disentuh.
Tapi meski buta sejarah, Guo Er paham betul soal emas. Dari kilau yang memikat itu, dia yakin seluruh ruangan ini dipenuhi guci emas!
Guci emas! Meski bukan barang antik, bukankah kita tetap akan kaya?
Ruangan dalam hening, hanya tersisa suara beberapa orang menelan ludah. Mereka sama sekali tidak memperhatikan relief aneh di kamar kecil ini, juga tidak memperhatikan bagian atas kepala mereka. Tentu saja satu hal aneh lagi adalah setiap guci memiliki lubang besar yang menonjol, lubang-lubang itu terhubung ke pipa di dinding.
Pipa-pipa itu sepertinya juga terbuat dari bahan logam, memantulkan kilau yang memikat. Guo Er dan yang lain mana tahu itu untuk apa?
