Setelah menghabiskan waktu sepanjang pagi, akhirnya aku berhasil mengajari Yang Sheng metode panduan ini. Yang Sheng terlihat kelelahan dan terengah-engah, tapi jelas dia sangat antusias. Dia bertanya padaku: "San Wa'er, metode panduan ini bagus sekali, kenapa tidak tersebar luas? Kalau bisa menyebar, pasti banyak manfaatnya."
Ekspresiku agak aneh saat menatap Yang Sheng: "Sheng Ge, siapa bilang tidak menyebar? Kamu tahu senam pagi di sekolah dasar dan menengah? Itu dibuat dengan merujuk teknik panduan ini, versi sederhananya. Sayangnya, mana ada anak kecil zaman sekarang yang serius melakukannya? Gerakannya sebenarnya bukan masalah, yang sulit adalah tingkat penggunaan tenaga. Di sini ada sedikit campuran Konsentrasi Pikiran, yaitu membayangkan gerakan yang sesuai agar kekuatan bisa pas."
"Aku..." Yang Sheng tertegun. Dia tak menyangka senam pagi siswa sekolah ternyata berasal dari sini.
"Metode panduan ini aman untuk orang biasa karena bukan Qigong. Penjelasanku tadi bukan tentang gerakan, tapi memecah setiap gerakan dengan tingkat tenaga yang tepat agar efektif. Seperti kalau kuberi gambar, kamu cuma bisa meniru bentuknya tanpa kekuatan sebenarnya! Tentang pernapasan, hanya ada satu prinsip sederhana: saat mengeluarkan tenaga, tahan napas tanpa membuangnya. Saat melepas tenaga, hembuskan napas perlahan-lahan." Aku menjelaskan dengan singkat.
"Ternyata negara memperhatikan hal-hal begini, sampai menyuruh anak kecil berlatih sejak dini. Aku pikir gerakannya kok familiar. Tapi kenapa tidak dijelaskan?" Yang Sheng menggaruk-garuk kepalanya.
“Sangat sederhana, dulu sudah pernah menghancurkan Empat Hal Lama, bagaimana menjelaskan benda-benda ini?” Maksud tersiratku, mungkin Yang Sheng bisa memahami.
Yang Sheng mengangguk, dia memang orang yang tidak bisa hidup mandiri, tapi IQ-nya sangat tinggi.
Melihat matahari sudah di tengah langit, aku berkata pada Yang Sheng: "Sheng Ge, waktu latihan terbaik adalah pagi hari setelah bangun tidur, tubuh perlu meregangkan. Tapi sebelum latihan, lakukan pemanasan kecil dulu, efeknya akan lebih baik. Teruskanlah, ini metode panduan Tao paling sederhana. Meski sederhana tapi tidak asal-asalan, satu dua tahun kemudian kau akan merasa tubuh lebih lincah dan stamina meningkat."
Sekejap mata, tiga hari telah berlalu.
Surou sudah pulang dua hari yang lalu, di gunung hanya tersisa aku, Ling Ruyue, dan Yang Sheng.
Tiga hari ini, kami bertiga hidup sederhana. Yang Sheng sering bertanya pada Ling Ruyue tentang serangga dan ajaran Taoisme, sedangkan aku dan Ling Ruyue sangat suka mendengar cerita rahasia ilmiah darinya.
Komunikasi seperti ini sangat bermakna, ikatan kami bertiga pelan-pelan semakin erat dalam interaksi ini.
Aku menemukan bahwa selain kebiasaan hidupnya yang kekanak-kanakan, moral Yang Sheng sangat mengagumkan - jujur, lurus, tekun, dan tulus.
Sedangkan Ling Ruyue si nona kecil, aku mulai mengenalnya dari sudut baru. Meski terkadang manja dan aneh-aneh seperti gadis kecil, dasarnya tidak jahat sama sekali dan sangat setia kawan. Kami pernah mengalami hidup mati bersama di makam kuno, di hatiku aku menganggapnya sebagai adik perempuan.
"Kak Ketiga, Kak Sheng, Nenek sudah pulang. Aku harus kembali ke kampung. Kakek Jiang bilang kita akan bertemu lagi nanti. Menurutmu kapan itu?" Saat itu Ling Ruyue duduk di pagar Pondok Bambu, kedua kaki mungilnya bergoyang-goyang menggemaskan, tapi wajah kecilnya dipenuhi kekhawatiran.
Yang Sheng menyesuaikan kacamatanya dan berkata serius: "Proyek penelitianku mengharuskanku pergi ke banyak tempat berbahaya dalam legenda. Sanwa, Ruyue, cepatlah tumbuh besar. Aku juga berharap bisa seperti guru, punya satu dua ahli misterius yang mendampingi."
Aku melemparkan sebutir kacang tanah ke dalam mulut. Sejujurnya, aku tak punya rencana untuk masa depanku. Semua mengikuti arahan Guruku. Aku paham maksud Yang Sheng, dia ingin aku bergabung dengan departemen tertentu dan menjadi partner terbaiknya. Tapi Guruku belum pernah menyebutkan rencana ini.
"Tak lama lagi aku akan ke Beijing. Jodoh bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Tapi jika kita berjodoh, apa artinya jarak sejauh langit dan bumi? Kita pasti akan bertemu lagi." Kataku dengan malas. Aroma sangit kacang tanah memenuhi mulut, seperti suasana saat itu yang sunyi namun penuh kedamaian, membuat hati tenang bahagia.
Inilah kenyamanan yang dibawa oleh teman seperjuangan.
“Ke Beijing? Sayangnya setelah urusan di sini selesai, aku akan pergi ke Xinjiang untuk mengerjakan proyek bersama seorang guru. Kalau tidak, di Beijing aku bisa bertemu kamu lagi.” Yang Sheng juga mengupas kacang tanah, sayang cangkangnya digigitnya berantakan.
“Aku pulang ke Yunnan, Kakak Gendut pasti tetap di Sichuan ya? San Gege, tiba-tiba aku merasa kita berjauhan sekali.” Ling Ruyue menopang dagu kecilnya sambil menghela napas lesu.
“Haha, aku pernah bilang, ada yang namanya Jodoh. Jarak sejauh ujung langit bukan masalah, kita pasti akan bertemu lagi.” Mungkin perpisahan yang akan datang terasa menyedihkan, tapi aku tidak merasa kehilangan. Dukungan perasaan di jalan depan membuatku tak kesepian, seperti orang tuaku, saudara-saudaraku, dan teman-temanku.
“San Gege, Sheng Gege, biar aku nyanyikan lagu untuk kalian.” Ling Ruyue mengayun-ayunkan kaki kecilnya sambil berkata lembut.
“Baik!” Yang Sheng memimpin tepuk tangan, aku juga ikut tertawa sambil bertepuk tangan.
Ling Ruyue memandang rumpun bambu di kejauhan, perlahan mulai menyanyi: "Matahari terbit di lembah Songshan, lonceng pagi mengusik burung terbang..."
Tepat lagu tema film "Shaolin Temple" yang kusukai. Suara Ling Ruyue sangat merdu, tak disangka Nona kecil ini begitu pandai bernyanyi. Aku dan Yang Sheng terbuai, bahkan setelah lagu berakhir kami masih terpana.
“Luar biasa! Hampir menyamai penyanyi aslinya!” Yang Sheng berkata dengan takjub.
“Benar, Nona kecil, kamu bisa jadi penyanyi.” Aku juga terkejut.
Ling Ruyue langka sekali memerah wajahnya, berkata: “Tidak juga, kakakku lebih pandai menyanyi daripadaku. Kakakku yang terbaik dan terhebat.”
“Kakakmu itu...?” Aku sudah berkali-kali mendengar gadis ini menyebut kakaknya. Baru hendak bertanya, tiba-tiba Yang Sheng langsung berdiri dengan gesit. Aku kaget setengah mati. Mengikuti pandangannya, kulihat empat orang keluar dari rumpun bambu.
Ternyata guruku sudah kembali. Guru, Hui Jue, Nenek Ling Qing, dan Hu Xueman juga ikut. Benar-benar mereka.
“Ruyue, lihat! Mereka sudah pulang, nenekmu juga ikut.” Aku berteriak tak bisa menahan gejolak emosi.
Ling Ruyue yang sedang bersemangat langsung melompat turun dari pagar. Matanya berbinar-binar melihat mereka yang baru saja datang.
Di atas meja makan tersedia hidangan yang kuhangatkan untuk guru. Itu sisa makan siang kami. Tentu saja tak lupa kumasak dua telur untuk Biksu Hui Jue. Meski sederhana, masakan liar pegunungan ini sangat segar. Tapi kusadari keempat orang itu tak berselera, hanya menyantap beberapa suap.
Suasana terasa aneh. Sejak pulang, mereka hanya menyapa kami sekilas lalu diam seribu bahasa. Mereka terlihat sangat lelah dan terbebani.
Segudang pertanyaan mengganjal di benakku, tapi tak berani kuungkapkan. Melihat tak ada yang melanjutkan makan, aku mulai membereskan meja dalam diam.
Ling Ruyue dengan patuh memijat punggung Nenek Ling Qing, terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa dia ingin mengatakan sesuatu namun tidak berani, menciptakan suasana yang sangat mencekam.
Hanya Yang Sheng, yang mungkin EQ-nya tidak terlalu tinggi dan kurang peka membaca situasi. Setelah melihat mereka selesai makan, dia langsung bertanya: "Master Jiang, bisakah aku melihat laporan tentang makam kuno ini? Apakah ada zombie? Lalu seperti apa sebenarnya sosok Ibu Hantu itu?"
Aku berkeringat dingin. Pernah melihat orang yang blak-blakan, tapi belum pernah melihat yang sebegitu langsungnya. Sama sekali tidak ada basa-basi. Dalam situasi seperti ini, wajar jika Yang Sheng ditolak mentah-mentah.
Namun di luar dugaan, Guruku berbicara: "Kami langsung kembali ke sini dari makam. Laporan operasi belum ditulis. Mengenai sosok Ibu Hantu, Ling Qing, tunjukkan padanya."
‘Gedebuk!’ Mangkuk di tanganku jatuh ke lantai. Apa yang dilakukan Guruku? Apakah mereka langsung membawa Ibu Hantu keluar??
Ling Ruyue juga membeku, tangannya masih melanjutkan gerakan memijat udara tanpa sadar. Jelas dia juga tidak menyangka Guruku yang biasanya suka merahasiakan segalanya kali ini bertindak begitu blak-blakan.
"Aku sudah tahu, dengan sifat keras kepala sepertimu Yang Sheng, pasti akan memberitahu anak-anak ini tentang zombie di makam. Sungguh mengagumkan bisa masuk ke tim penelitian rahasia. Mulutmu memang kedap udara, tidak takut ketahuan jadi mata-mata." Guruku tiba-tiba mengeluarkan komentar sarkastik.
Tapi aku sudah tidak berminat mendengarkan. Aku sangat penasaran ingin tahu seperti apa wujud Ibu Hantu sebenarnya.
