“Bertarung tiga hari tiga malam? Bercanda apa? Coba kau bayangkan bertarung tiga hari tiga malam melawan makhluk abadi yang tak terluka dan bertenaga super!” Guruku melirikku dengan ekspresi mengejek.
“Lalu sebenarnya bagaimana ceritanya, ceritakanlah Guruku!” Aku pun mulai tak sabar.
“Keberadaan zombie di makam itu sudah kuduga sejak awal, karena itu adalah tanah pengembang mayat. Ingatkah kalian rumpun bambu itu? Kalian tahu kan, bambu liar akan terus meluas jika tak ada yang mengganggunya. Di pinggiran sering ada warga desa yang menebang bambu, itu tak usah dibahas. Tapi perhatikanlah area pemakaman di tengah-tengah itu, mengapa bambu tak bisa tumbuh ke sana? Tanahnya bahkan hampir tak ada rumputnya, selain makam-makam tua, hamparan tanah itu benar-benar gersang.” Guruku berbicara perlahan.
“Iya, aku ingat.” Bagaimana mungkin aku lupa area pemakaman itu. Setelah diingatkan Guru, memang benar daerah makam itu nyaris tak ada vegetasi.
“Ini hanya metode paling sederhana untuk mengidentifikasi tanah pengembang mayat. Formasi pengumpul energi yin, tanah pengembang mayat. Saat itu sudah kuketahui pasti ada masalah di sini, kemudian ditemukanlah Makam Hantu Kelaparan. Menghadapi masalah seperti ini, penyelesaian diam-diam tentu yang terbaik. Karena itu kugunakan jimat warisan Guru, yaitu jimat 'Jaring Langit dan Bumi' berwarna perak yang pasti bisa menyegel Makam Hantu Kelaparan. Sayangnya, rencana manusia tak bisa menandingi takdir...” Di sini Guruku tiba-tiba berhenti bicara.
"Ya, jika bisa menutup Makam Hantu Kelaparan seperti ini, itu solusi terbaik. Merusak formasi pengumpulan energi Yin, memutus energinya, dipadukan dengan jimat 'Jaring Langit dan Bumi' untuk menutup rapat area luar. Telur-telur Preta itu akan mati perlahan. Soal zombie, Guruku pernah bilang, selama tidak menyentuh nafas manusia hidup, mereka takkan bangun."
"Sepuluh tahun penutupan makam. Cukup sepuluh tahun, semua Preta di dalam akan mati. Sudah kuperintahkan ke Hu Xueman, setelah sepuluh tahun buka makamnya dan bakar peti mati di dalam... Ah..." Guruku masih menghela nafas memikirkan ini, nyawa dua orang yang harus dikorbankan.
"Pak Jiang, mana yang lebih hebat, Raja Preta atau zombie?" tanya Surou.
"Tentu zombie lompat di makam itu lebih berbahaya. Dia sudah melampaui kategori Jiangshi hitam-putih, menjadi jumping corpse. Awalnya kukira paling banter White Jiangshi... Kalau Raja Preta, cukup hancurkan atau segel roh Preta-nya, relatif lebih mudah ditangani." Guru menjelaskan singkat pada Surou.
Tapi soal jumping corpse atau White Jiangshi itu sama sekali tidak kami pahami. Guruku juga tak berniat menjelaskan lebih lanjut.
"Ini semua adalah jebakan. Alasan kalian bertemu hantu penghalang jalan di awal, karena kalian bertiga adalah anak-anak kecil. Hantu itu mengganggu kalian, lalu muncul. Saat kami turun ke bawah, hantu penghalang jalan itu pasti menghindar dari jauh. Andai dia muncul juga bagus, setidaknya bisa membuatku waspada. Waktu sangat sempit, begitu banyak orang asing masuk ke Makam Hantu Kelaparan. Jika telat memusnahkan telur preta, telur-telur itu akan menetas lebih cepat. Saat itu aku tidak bisa mengatasinya lagi."
Kemudian, Guruku menjelaskan secara detail semua hal tentang Makam Hantu Kelaparan.
Di kepalaku akhirnya tersusun jelas fakta-faktanya. Ini benar-benar jebakan yang sangat licik, dirancang untuk membasmi orang yang datang belakangan. Orang awam mungkin selamat, tapi yang paham justru pasti terperangkap.
Karena orang yang paham, pada akhirnya pasti akan mencari Ibu Hantu. Apapun tujuannya, pasti akan mencarinya. Guruku menjelaskan, Ibu Hantu sangat unik. Ketika merasakan keturunannya mati mencapai batas tertentu, dia akan bertelur lagi. Jika tidak menemukan Ibu Hantu, percuma saja menghancurkan ribuan telur preta.
Jadi inilah awal jebakannya: menggunakan ilusi roh halus untuk mengulur waktu. Saat Guruku dan yang lain memusnahkan telur-telur preta, pasti Ibu Hantu sudah merasakannya. Bertelur lagi tidak realistis, tapi dia bisa membangunkan Raja Preta.
Aku, Surou, dan Ling Ruyue adalah tiga orang sial. Raja Preta sedang dalam proses kebangkitan ketika kami bertiga nekat masuk. Itu mempercepat prosesnya. Pantas saja kami bertemu dengannya.
Tapi harus diakui, ini adalah kesempatan bagi Guruku dan yang lain. Jika kami tidak salah masuk ke dalam makam kuno, saat Raja Preta dan zombie melompat itu bangun bersamaan, akibatnya tidak akan cuma tiga orang tewas.
Dan inti dari rencana ini adalah: Ruang pembiakan Raja Preta berada di dalam makam, Ibu hantu juga ada di sana. Untuk tumbuh, Raja Preta membutuhkan darah. Semakin kuat darahnya, semakin baik perkembangannya. Meskipun Naga Lilin itu kuat, sayangnya ia tak bisa mengalahkan cacing preta yang licik. Bagaimana bisa bertarung saat dimasuki ke dalam perut?
Lagipula ular adalah hewan berdarah dingin. Aku tidak mengerti Naga Lilin, tapi aku tahu ular bisa tidur lama. Ini memberi kesempatan lebih bagi cacing preta.
Akhirnya, Naga Lilin itu menjadi makanan yang menggemukkan Raja Preta!
Aku tidak tahu apa tujuan orang itu membiakkan Raja Preta. Tapi Guruku bilang, setelah menyadari tujuannya tak tercapai, Raja Preta disegel dengan ritual rahasia. Kecuali dipanggil oleh Ibu hantu.
Mengenai zombie melompat dalam peti mati, setelah menyelesaikan semuanya, Guruku memeriksanya. Membuat celah kecil di peti mati bukan hanya untuk memudahkan Ibu hantu masuk, tapi juga meningkatkan pasokan untuk zombie. Butuh darah orang bermarga Yin dituang ke peti mati, lalu membuat celah kecil di atap makam yang terhindar dari sinar matahari. Sinar bulan, energi Yin dari formasi pengumpulan Yin...
Maka, zombie itu dipaksa menjadi zombie melompat.
Saat membuka peti mati, Guruku tidak memperhatikan hal ini, hanya menggunakan simpul untuk mengunci Energi Yang dari dua prajurit pembuka peti, agar zombie tidak terkontaminasi Energi Yang. Sebagai pencegahan, Guruku juga menaburkan banyak beras ketan melalui celah peti mati untuk menekan mayat.
Namun yang tidak disangka Guruku, zombie dalam peti mati ternyata sudah dipelihara menjadi mayat lompat dan merupakan mayat hidup. Bukan sekadar mengunci Energi Yang pembuka peti yang bisa mencegahnya, beras ketan pun tak mampu menahannya. Asalkan ada sedikit nafas manusia di ruang makam, zombie ini akan langsung bangkit seketika.
Seberapa berbahayanya mayat lompat, aku tidak tahu. Tapi Guruku berkata, setelah zombie bangkit, langsung menyerang dengan ganas. Dua prajurit tak bersalah yang membuka peti itu, dadanya langsung terkoyak oleh cakaran mayat lompat, jantung mereka tercabut.
Zombie memakan darah adalah hal yang wajar. Dalam kondisi normal, zombie jauh lebih berbahaya dan mengerikan daripada hantu, bahkan berkali-kali lipat.
Ketika Guruku menyadari situasi, mayat lompat sudah melukai prajurit terdekat lagi. Untungnya prajurit itu bereaksi cepat, menghindari serangan cakar tajam ke dada, tapi perutnya tetap tercabik sepotong daging. Lebih parah lagi, mayat lompat membawa virus kematian, tepatnya virus yin yang mematikan.
Prajurit itu langsung tak bisa diselamatkan.
Dalam kepanikan, Guruku terpaksa berlari mendekat, menggunakan Kertas Fu Penutup Yin untuk menutup mulut dan hidung zombie. Namun karena tidak mengira itu adalah Jiangshi Melompat, kertas fu itu hanya bisa menahan makhluk itu paling lama satu menit.
Dalam satu menit ini, Ibu Hantu juga mulai memanggil Raja Preta. Hui Jue sibuk menggunakan beras ketan untuk membantu prajurit menetralkan racun mayat. Nenek Lingqing sama sekali tidak mengantisipasi situasi ini - ulat gaibnya hampir tidak berguna melawan zombie, dan dia tidak membawa ulat khusus penangkal mayat hidup!
Ulat gaib jenis itu harus merupakan spesies dengan energi Yang yang sangat kuat.
Di menit kritis ini, Guruku mengikat keempat anggota badan Jiangshi Melompat dengan tali merah, lalu mengikatkannya ke dadanya sendiri.
Dengan cara ini, zombie hanya bisa merasakan energi hidup darinya, dan akan terus mengikutinya.
Raja Preta akhirnya dihancurkan oleh Nenek Lingqing menggunakan ulat gaib. Untungnya sebelumnya Raja Preta sudah terluka - formasi penenang arwah Guruku telah melukai hun-nya. Awalnya direncanakan Hui Jue yang akan melakukan ritual pelepasan, tapi dalam situasi darurat terpaksa mereka membunuhnya dan menghancurkan seluruh rohnya.
Hua Feifei khusus menyerang hun manusia. Nenek Lingqing memiliki sesuatu yang lebih mematikan dari Hua Feifei.
Saat menceritakan bagian ini, Guruku berkata: "Tahu kenapa aku butuh tiga hari? Karena harus membawa Jiangshi Melompat keluar dari makam dulu baru bisa membinasakannya. Tanpa alat ritual khusus penangkal zombie, hanya mengandalkan tenaga dalam, aku tidak bisa membunuhnya."
Aku tidak bisa membayangkan betapa berbahayanya situasi saat itu. Yang kuketahui, setelah membunuh Raja Preta, para prajurit itu langsung kembali. Takut emosi berlebihan akhirnya tercium oleh Jiangshi, sehingga di dalam makam hanya tersisa Guruku, Nenek Lingqing, Hu Xueman, dan Hui Jue.
Guruku membawa Jiangshi keluar dari makam selangkah demi selangkah. Selama proses berjalan, Jiangshi harus terus ditenangkan dengan berbagai metode. Setiap kali bangun, Guruku menghadapi ujian hidup-mati, dan tali merah itu tidak boleh putus atau konsekuensinya akan mengerikan...
Dalam proses menenangkan ini, Hui Jue yang paling banyak berjasa. Saat keluar dari ruang makam, dia hampir kehabisan tenaga.
Masalah terbesar adalah Guruku dan yang lain tidak bisa mengambil jalan pintas. Sebagai Jiangshi, persendiannya kaku. Melompat lebih cepat daripada berlari, tapi tidak bisa melompat ke tempat terlalu tinggi. Mereka tidak bisa memilih naik melalui celah, harus memecahkan formasi...
Selain itu, mereka juga tidak bisa kembali melalui jalan yang sama di Makam Hantu Kelaparan di atas, harus keluar melalui pintu utama.
Inilah alasan mengapa prosesnya tertunda tiga hari.
Aku dan Surou sama-sama berkeringat dingin. Guruku membawa Jiangsi itu, hampir tanpa tidur dan istirahat di dalam makam, berjalan perlahan selama tiga hari!
