Sebuah tangan hangat menyentuh bahuku. Kuketahui itu Guruku. Ia menatapku penuh perhatian, bekas darah segar masih melekat di sudut mulutnya.
Ia tak menanyakan apakah jimat selesai dibuat. Saat ini hanya memandangku dengan khawatir. Kugosok darah hidungku, berkata lemah pada Guruku: "Guru, berhasil. Dewa Guan Yu telah masuk ke dalam jimat."
Guruku tersenyum tipis: "Tak perlu kutanya. Dari awal aku yakin kau bisa."
Aku pun tersenyum. Meski sekarang merasa sangat lemah, tapi hatiku dipenuhi kepuasan. Namun tiba-tiba alisku berkerut. Wajah Guruku... wajah Guruku berubah pucat kelabu yang aneh.
Banyak sihir tingkat tinggi tak kupahami, tapi aku punya pengetahuan dasar. Sekilas langsung kukenali masalahnya: "Guru, apa kau menggunakan tenaga dalam asal?! Ini bisa memperpendek umur!"
Tenaga dalam asal maksudnya adalah aliran energi yang terkumpul di bawah dantian bagi praktisi qigong. Disengaja dikumpulkan tapi hasilnya minim, seringkali butuh bertahun-tahun baru mendapat sedikit di bawah dantian.
Inilah alasan sulitnya melatih Qigong dan mengapa ilmu dalam bela diri hampir punah—keduanya memiliki kesamaan yang sangat besar.
Napas ini memiliki nama lain, "esensi vital". Setiap orang memiliki esensi vital kehidupan. Secara gamblang, ini adalah "qi bawaan lahir". Saat janin berada dalam rahim, terendam cairan ketuban, ia bernapas bersama ibu melalui "seni pernapasan janin" yang sangat diagungkan Taoisme. Qi yang diperoleh dari napas janin ini adalah energi paling murni di alam semesta—energi spiritual langit bumi, atau qi bawaan manusia.
Mereka yang qi bawaan-nya melimpah akan memiliki tubuh kuat dan umur panjang. Sebaliknya, yang kekurangan qi bawaan akan lemah fisik dan berumur pendek.
Seorang praktisi harus memurnikan qi kacau ini menjadi qi bawaan untuk dirawat di dantian, sambil terus menyerap qi baru.
Taoisme memiliki konsep: "Makanan tingkat rendah adalah biji-bijian, tingkat menengah adalah pil keabadian, sedangkan tingkat tertinggi adalah memakan qi."
Ini membuktikan betapa sulitnya "memakan qi". Qi bawaan hanya bisa ditambah jika Qigong-mu telah mencapai tingkat napas janin. Latihan biasa hanya memurnikan qi kotor berulang kali.
Proses memisahkan qi bawaan untuk dirawat di dantian sendiri sudah sangat sulit. Sepengetahuanku, Guruku belum menyelesaikan pemurnian seluruh qi bawaan. Selain itu, tingkat Qigong-nya juga belum mencapai tahap napas janin.
Pada saat ini, menggunakan Qi bawaan untuk menggambar jimat, bukankah itu berarti mengurangi umur?
Seluruh tubuhku hampir bergetar. Aku tidak bisa menerima pengurangan umur Guruku sedikit pun. Aku ingin Guru hidup panjang umur. Seketika mataku memerah. Ternyata ekspresi tegas saat Guru menggambar jimat itu adalah persiapan untuk menggunakan energi esensial dari dantian. Rupanya dia sudah merencanakan ini sejak awal! Pantas saja proses aktivasi jimat kemudian berjalan begitu lancar!
Guruku membantu aku berdiri, sikapnya jauh lebih tenang dariku. Dia berkata, "San Wa'er, jangan khawatirkan aku. Sebagai orang yang menekuni Tao, kau tentu tahu pil-pil obat bisa mengisi kembali kerugian energi dan memperpanjang umur. Kehilangan sedikit masa hidup ini bukan masalah besar."
Aku paham maksud Guru. Di zaman kuno, mereka yang berhasil melampaui batas umur manusia semuanya adalah ahli farmakologi yang mahir menggunakan ramuan herbal dan terapi nutrisi. Tapi di zaman modern sekarang, sumber daya sudah sulit ditemukan...
Guruku tahu apa yang ingin kukatakan. Dia menepuk bahuku, "Pil yang dikirim Paman Chen sangat berharga. Uang yang dikirim Paman Wang juga termasuk sumber daya, bukan? Lagipula, Guru juga punya banyak koleksi berharga, kau kan sudah tahu."
Koleksi berharga? Hampir semua sudah diberikan padaku! Aku kan tidak bodoh.
"Begitu memikirkan ini, hidungku tiba-tiba terasa pedih dan aku menangis. Guruku menekanku ke bangku sambil berkata kesal, 'Sudah besar begini masih seperti anak kecil. Kita pengikut Taoisme yang rutin latihan Qigong sebagai cara memperpanjang umur. Satu dua tahun usia apa artinya? Chen Chengyi, kau ini laki-laki, bukan gadis, cepat kendalikan dirimu!'"
Aku tak berani menangis lagi, langsung menghapus air mata. Sebenarnya Guruku semakin tidak suka dengan kelemahanku belakangan ini, entah kenapa? Lagipula perkataannya masuk akal, tingkat Qigong-nya sudah sangat tinggi, mungkin benar bisa dipulihkan.
Melihatku berhenti menangis, Guruku mengeluarkan botol keramik, mengeluarkan pil dari dalamnya, memberiku satu butir dan menelan satu sendiri. Pil ini kukenal, sejak kecil sudah pernah makan, untuk menenangkan pikiran, dikirim oleh Chengxin.
Jimat perak itu kusampaikan kepada Paman Li. Saat menerimanya, tangannya bergetar. Meski berasal dari cabang ramalan, dia paham dasar-dasar Aliran "Gunung", tahu betapa sulitnya membuat jimat perak ini.
"Ini bukan semata jasa Guruku. Ada kontribusi Paman Chen yang mengirim obat, Paman Wang yang menyumbang dana. Ini adalah wujud perhatian semua anggota." Aku menjelaskan di samping.
Di ruang kantor besar yang hanya berisi aku dan Paman Li ini - pertama kalinya aku datang ke gedung perkantoran ini - ternyata cukup nyaman untuk berbicara. Ini hal yang sangat ditekankan Guruku untuk disampaikan pada Paman Li.
Paman Li adalah orang yang serius, ekspresinya jarang berubah. Tapi saat ini aku jelas melihat ekspresinya sangat hidup—terharu, marah, sedih, berbagai emosi tergambar jelas.
Setelah lama, Paman Li akhirnya menyimpan jimat berbentuk segitiga itu dengan hati-hati di saku dada. Setelah tenang cukup lama, dia berkata, "Aku yang paling tua malah harus diurus mereka. Niat baiknya kuterima. Pulang nanti harus membuat kantong kain merah dan menjahitnya sendiri untuk menyimpan jimat ini."
Aku merasa agak lucu. Paman Li berusaha tampil tenang dan santai, tapi kalimat "menjahit sendiri kantong kain" itu mengkhianatinya. Sulit kubayangkan pria seangker ini memegang jarum dan benang.
Melihat tak ada masalah, aku ingin segera pergi. Berada dekat Paman Li yang serius selalu membuatku merasa tertekan.
Selain itu, di gedung kantor ini seluruh tubuhku tidak nyaman. Harus diingat, beberapa tahun lalu aku masih seperti preman jalanan.
Tapi tidak kusangka, Paman Li sama sekali tidak memahami maksudku. Tiba-tiba dia menyuruhku duduk dan ingin berbicara.
Mau bicara apa? Setiap ngobrol dengan Paman Li aku selalu grogi. Terus teringat kejadian terakhir dia menegurku diam-diam, bahkan mengungkapkan bahwa dia menyelidik latar belakangku. Masih bisa nyaman?
Tapi Paman Li justru santai. Dia bertanya, "Koin tembaga yang kuberikan itu mana?"
Bagaimana tiba-tiba menanyakan ini? Ngomong-ngomong soal ini, aku masih agak bingung. Waktu itu setelah membawa koin tembaga pulang, langsung kuperlihatkan pada Guruku dan bertanya: "Apa sebenarnya koin ini? Apa maksud Paman seperguruan memberikannya padaku?"
Sejujurnya, koin tembaga juga termasuk alat ritual yang umum digunakan dalam Taoisme. Karena uang logam adalah benda yang paling banyak bersentuhan dengan energi manusia, secara alami mampu menekan energi yin jahat. Mungkinkah Paman Li memberikanku sebuah alat ritual?
Tapi setelah Guruku melihatnya, beliau malah tertawa terbahak-bahak. Melemparnya kembali padaku sambil berkata: "Simpan baik-baik, jangan sampai terlepas. Koin tembaga ya tentu benda berharga yang berbau logam busuk!"
Guruku ini benar-benar tidak bisa dipahami.
Saat Paman Li bertanya, tanpa sengaja aku mengeluarkan koin tembaga itu dari saku celana dan berkata: "Ini, masih ada di sini."
Paman Li awalnya terkejut melihatku mengeluarkan koin dari saku celana. Kemudian matanya menyala-nyala penuh amarah saat melihatku meletakkan koin itu sembarangan di meja. Dengan diam-diam beliau menatapku, dan kulihat tangannya mulai bergetar untuk kedua kalinya.
Dengan menepuk meja keras-keras, beliau berteriak marah: "Jika bukan karena cakar harimau-mu yang sedang dijaga dan dibersihkan Gurumu, mana mungkin aku memberikan koin ini? Kau malah memperlakukannya seperti ini!"
Aku tertegun. Apa kesalahanku? Bukankah ini cuma koin tembaga biasa? Apakah perlu sampai segitunya? Koin seperti ini bisa ditemukan atau dibeli di mana-mana...
Tapi, aku juga mendapat kabar yang membuatku sangat senang. Rupanya cakar harimauku tidak hilang di Makam Hantu Kelaparan! Guruku menyimpannya dan sedang menjaganya sambil membersihkan kotoran. Orang tua itu tidak memberitahuku! Aku sedih begitu lama!
Sepertinya Guruku menyembunyikan banyak hal dariku di Makam Hantu Kelaparan!
Pikiranku melayang jauh tiba-tiba ditarik kembali oleh suara geraman: "Si bocah nakal! Apa kau mendengarku? Aku benar-benar marah! Lihat ini baik-baik - Koin Tiancheng Yuanbao! Ini alat ritual yang dirawat langsung oleh Guru Leluhur!"
Tiancheng Yuanbao? Apa itu? Aku membeku. Suara Paman Li yang melengking karena emosi membuat keringat dinginku mengalir.
Aku memutuskan bicara dengan hati-hati: "Paman Li, apa itu Tiancheng Yuanbao? Ini kan koin tembaga. Kenapa disebut yuanbao? Yuanbao kan terbuat dari emas atau perak. Apakah karena dirawat Guru Leluhur lalu disebut yuanbao?"
Paman Li menepuk dahinya, hampir pingsan: "Kau sengaja! Atau gurumu yang sengaja! Pasti menganggap ini tidak seberharga cakar harimau itu!"
