Seiring lantunan mantra Hui Gen, kabut tebal yang menyelimuti kami berangsur menipis. Bayangan-bayangan pucat penduduk desa yang mengerikan dalam kabut pun perlahan menghilang.
Kabut itu ternyata telah surut, sampai di kaki gunung, berhadapan dengan kekuatan pikiran Hui Gen yang tak kunjung menyerah.
Bocah ini sehebat itu? Aku sulit percaya! Menggunakan kekuatan pikiran welas asih dari mantra untuk menghilangkan dendam, ini kemampuan yang hanya dimiliki biksu senior yang telah mencapai pencerahan!
Suara pembacaan mantra Hui Gen tak henti-hentinya, kini aku bisa melihat titik cahaya yang merepresentasikan Guruku, sudah sampai di puncak gunung.
Sudah sampai puncak? Aku berdiri, tak sempat lagi mengagumi kehebatan Hui Gen, aku tahu giliranku bertindak.
Tangan kiri menggenggam tiang bendera pemanggil roh, tangan kanan membentuk segel tangan. Segel tangan ini secara teknis tidak termasuk dalam 108 segel tangan standar, hanya gerakan untuk memusatkan aura energi dan indera spiritual diri sendiri.
Guruku pernah bilang, setelah sampai di puncak, aku harus siap siaga untuk memberikan bantuan.
Aku menatap tegang ke puncak gunung. Benar saja, kurang dari satu menit, sinyal suar berpendar melesat ke langit.
Mulai!
Aku erat-erat menggenggam bendera pemanggil roh, kemudian menutup mata, berusaha melepaskan kesadaranku. Hanya memikirkan satu orang: Zhao Jun.
Ritual Memanggil Arwah!
Ini bukan teknik sihir yang luar biasa. Kuncinya hanya satu: konsentrasi pikiran yang mendalam untuk membangun hubungan dengan roh target, lalu menggunakan suara sebagai penunjuk arah bagi roh yang tersesat.
Sejujurnya, orang biasa dengan indera spiritual yang kuat mungkin bisa melakukan ini tanpa sengaja. Misalnya saat rindu mendalam pada keluarga yang meninggal, memasuki kondisi konsentrasi pikiran, mungkin saja bisa memanggil hun dan po yang belum pergi.
Namun, ini hanya terbatas pada orang-orang yang memiliki hubungan dekat. Jika ingin terhubung dengan arwah asing, tingkat kesulitannya sangat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan indera spiritual yang jauh melebihi orang biasa. Inilah bagian tersulit dari sihir ini. Seorang Taoist tanpa bakat, meski telah bertapa puluhan tahun, belum tentu bisa menyelesaikan ritual memanggil arwah.
Tekananku sangat besar. Aku takut gagal dalam ritual memanggil arwah ini dan tidak bisa bekerja sama dengan Guruku. Tapi yang tak disangka, baru kurang dari satu menit melakukan konsentrasi pikiran, aku sudah merasakan emosi gelisah, takut, dan teror. Perasaan ini sangat mistis. Aku tahu pasti pemilik emosi ini adalah Zhao Jun.
Inilah bagian dari ilmu metafisika yang sulit dipahami orang. Seperti ketika seseorang tak sengaja melihat hun kerabatnya, wajahnya begitu kabur, bahkan hanya dalam mimpi, kamu tahu pasti itu dia - orang ini adalah kerabatmu.
Tapi hal-hal yang berkaitan dengan persepsi seringkali tak bisa dibuktikan. Makanya sangat sulit bagi ilmu metafisika untuk diterima dan dipahami dunia.
"Zhao Jun, apakah itu kamu? Zhao Jun, apakah itu kamu?" Kurepetisi kalimat ini berulang kali dalam pikiranku. Saat pengulangan ketujuh, sebuah respon samar namun jelas datang: "Aku Zhao Jun, siapa kamu?"
"Ikut aku, kubawa kamu kabur." Kucoba berkomunikasi dengan Zhao Jun. Tapi kalimat ini kufokuskan dan kurepetisi lebih dari sepuluh kali tanpa respon. Saat aku mulai gelisah, datang lagi sebuah respon: "Mereka sedang membantuku, bawa aku pergi."
Aku menarik napas lega, di masyarakat juga ada ritual memanggil arwah, tapi biasanya harus dilakukan oleh keluarga dekat agar roh mau mengikuti. Orang asing tidak mungkin bisa memanggil roh orang yang tersesat ke tempat yang ditentukan.
Ilmu memanggil arwah berbeda dari ritual rakyat biasa karena harus dilakukan oleh ahli yang profesional.
Merasa emosi kepercayaan dari Zhao Jun, aku segera berseru: "Zhao Jun, pulanglah, Zhao Jun, pulanglah..."
Teriakanku bergema di pegunungan seberang, menghasilkan gema berlapis. Aku menggunakan tenaga dantian dalam teriakan ini, hanya dengan cara ini bisa menembus lapisan dendam dan menunjukkan jalan terang bagi roh Zhao Jun.
Tenaga dalamku tidak bisa dibandingkan dengan Guruku. Bendera pemanggil roh yang dibuat langsung oleh Guruku menjadi penolong utama. Bagi roh, bendera ini seperti mercusuar bagi kapal yang tersesat.
Namun bahkan dengan ini, aku tetap tidak bisa merasakan Zhao Jun mendekat. Dendam yang ditanam Bupati Tua terlalu kuat. Aku bersaing dengannya merebut Zhao Jun, hanya begini tidak mungkin berhasil.
Syukurlah, seiring gema teriakan yang berulang, aku merasakan rasa terima kasih dan kepercayaan Zhao Jun. Dengan mata terpejam, dalam keadaan linglung kulihat sosok samar-samar di balik kabut tebal, seperti siluet manusia yang tak jelas.
Selain itu, kurasakan niat jahat dan kemarahan dalam kabut itu. Apakah Bupati Tua sedang berhadapan denganku?
Tiba-tiba timbul semangat heroik di hati, aku langsung mengambil bendera pemanggil roh, memegangnya dengan kedua tangan, dan mulai menginjakkan langkah Gang. Ini pertama kalinya aku resmi melakukan langkah Gang dengan bantuan kekuatan bintang, hatiku agak gelisah.
Tapi nasihat Guruku sore tadi memberikanku keyakinan besar.
"Cheng Yi, aku tak pernah menilai sejauh mana Tao-mu, juga tak pernah membiarkanmu melakukan apapun karena sifatmu yang belum stabil. Sejak kecil aku melatihmu membangun dasar yang kokoh. Hari ini ingin kukatakan, kau mampu melakukan banyak hal. Lakukanlah langkah Gang dengan tenang, kau seharusnya lebih peka terhadap kekuatan bintang daripada aku."
Benar, selama menyangkut Tao yang membutuhkan kepekaan, sebenarnya aku selalu bisa melakukannya dengan baik, hanya saja aku sendiri tidak menyadarinya.
Dengan melangkahkan tujuh bintang, kurasakan seluruh tubuhku seolah bisa menyatu dengan kekuatan misterius dari alam semesta. Kekuatan itu terpendam namun mengandung tekanan dahsyat, aku khawatir tidak mampu menahannya.
Guruku awalnya juga khawatir, tapi dia hanya berkata: "Anak burung harus belajar terbang tinggi." Dia harus melepaskan dan lebih percaya padaku.
Bagaimana mungkin aku mengecewakan Guruku?
Langkah Gang terus berlanjut, kuteriakkan mantra: "Zhao Jun, pulanglah... Zhao Jun, pulanglah..."
Kurasakan Zhao Jun seakan telah menemukan tujuan tapi tak bisa keluar. Aku butuh lebih banyak kekuatan untuk membantunya menghancurkan penghalang.
Langkah Gang yang kutetapkan adalah jenis paling sederhana, namun mampu meminjam kekuatan besar. Saat langkah terakhir menginjak tanah, tiba-tiba kupikir telingaku berdenging, kekuatan dingin dan dahsyat menyergap masuk ke dalam kepalaku.
Apakah kekuatan langit itu dingin? Dalam kebingungan, hanya satu pikiran ini yang tersisa.
Sesaat kemudian, kepalaku terasa membesar dan nyeri, namun pikiran menjadi jernih luar biasa. Ada dorongan tak tertahankan untuk melepaskan energi. Kutancapkan bendera pemanggil roh ke tanah, kugenggam dengan satu tangan sambil menyalurkan tenagaku agar sinarnya semakin 'terang'. Lalu kuteriakkan: "Zhao Jun, pulanglah! Zhao Jun, pulanglah..."
Saat teriakanku menggema, bagai halilintar menyambar kegelapan. Dalam pikiranku, sosok Zhao Jun tampak jelas hingga detail bulu mata, setiap ekspresi, setiap gerakannya...
Kulihat 'wajahnya yang berseri-seri' lalu bergerak cepat ke arahku. Kulihat 'kabut tebal terbelah' oleh suaraku, membuka jalan bagi Zhao Jun.
Banyak hal kurasakan, sayangnya tak kulihat wajahku sendiri saat itu. Bahkan darah yang mengalir dari hidungku pun tak kusadari.
Akhirnya bisa membantu Guruku. Jika Zhao Jun berhasil masuk ke bendera pemanggil roh, berarti kita berhasil merebut peluang mutasi tak terduga ini.
Tapi, semudah itukah?
Saat Zhao Jun mendekatiku dengan cepat, tiba-tiba suara dengusan dingin menggema di kepalaku. Hatiku bergejolak, namun akhirnya berhasil menenangkan diri. Apakah ini Bupati Tua yang datang?
Biarlah dia datang. Aku tahu sudah tidak ada jalan mundur. Roh Zhao Jun harus kuantarkan ke sini dengan selamat.
Kulihat ketakutan di wajah Zhao Jun. Bupati Tua juga mengincarku. Dia bagaikan kekuatan tersembunyi yang akhirnya menunjukkan taringnya. Ritual Memanggil arwah tak boleh berhenti. Sekarang aku butuh bantuan orang lain.
Kuangkat tangan memberi isyarat. Delapan Taoist di belakangku serentak mulai memanggil: "Zhao Jun, pulanglah... Zhao Jun, pulanglah..."
Dan jelas kulihat, siluet merah darah berjalan mendekat. Langkah demi langkah, memberikan tekanan yang luar biasa.
Apakah siluet ini Bupati Tua?
Awalnya kupunya keberanian untuk menghadapinya, tapi saat pertama kali melihat wujudnya, seluruh tubuhku bergetar. Kurasakan ketidakberdayaan. Mustahil aku bisa menyainginya. Tak kusangka akulah yang pertama harus berhadapan dengan Bupati Tua.
Tapi bisakah aku mengabaikan Zhao Jun?
