Hantu jahat yang bertransformasi? Jika hasil seperti ini muncul sekarang, ini bukan main-main. Walau Biksu Hui dan muridnya memiliki keahlian luar biasa dalam ritual pelepasan arwah, menghadapi dunia penuh dendam seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan ritual biasa.
Harus menyusun formasi ritual pelepasan dan melakukan upacara lengkap. Aku tidak terlalu paham urusan Buddhis, tapi Biksu Hui pernah bilang padaku, jika ritual bisa dimulai, dia akan memberitahuku dengan cara khusus. Karena belum ada pemberitahuan, kita TIDAK BOLEH membiarkan warga berubah menjadi hantu jahat!
Lebih dari seratus hantu jahat! Dendam yang terkumpul puluhan tahun, membayangkannya saja sudah bikin bulu kuduk merinding. Harus dihentikan.
Aku berteriak ke kerumunan: "Tak perlu mencoba lagi! Aku hanya ingin membuktikan satu hal. Sudah kukatakan ada solusi, pasti ada! Kita akan terbebas dari Lao Chang, kujamin!"
Ucapanku sedikit banyak berpengaruh. Setidaknya emosi orang-orang tak lagi meledak-ledak. Menjadi hantu jahat atau tidak, bergantung pada satu pikiran. Jika kau tenang, melepaskan dendam, mati dengan niat baik - sekalipun ketidakadilan menimpamu - mungkin kau bisa melepas kehidupan ini dan masuk reinkarnasi. Sebaliknya, jika emosional, mati dengan kebencian - sekecil apapun masalahnya - bisa langsung berubah jadi hantu jahat, terjerat karma.
Karena itu kondisi batin saat itu sangat krusial. Untuk mencegah warga berubah jadi hantu jahat, kunci utamanya adalah menenangkan mereka dan membangkitkan kebaikan dalam hati.
Setelah emosi semua orang sedikit mereda, seorang orang tua di desa membuka suara, ia berkata: "Anak Jun, katakan pada kami, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa kamu bisa mengambil air sungai, sedangkan kami tidak bisa? Jelaskanlah sebab-akibatnya secara lengkap!"
Orang tua lainnya juga maju dan berkata: "Anak Jun, apakah kamu benar-benar Anak Jun? Aku merasa kamu sangat berbeda, kamu ini sebenarnya siapa?"
Ternyata di antara warga tidak kurang orang yang cerdas. Aku memandang mereka dengan tenang, membiarkan Zhao Jun berkata demikian: "Aku memang Zhao Jun. Aku orang yang pernah melarikan diri dari desa ini, tapi kemudian kembali lagi, lalu kabur lagi. Pengalaman-pengalaman ini membuatku ingin memberitahu kalian: Kita salah! Kalian masih belum menyadarinya? Kita salah!"
Warga desa terdiam. Benar, siapa yang tidak tahu maksud "kita salah" yang diucapkan Zhao Jun? Itu merujuk pada kasus Bupati Tua!
"Aku tidak ingin memberi ceramah filosofi. Hanya ingin mengatakan: Andai saat itu salah satu dari kita yang jatuh ke sungai dan mengalami hal serupa, apa yang akan kita rasakan? Dia tetangga kita sehari-hari... Wajar jika dendamnya membumbung tinggi! Terkadang aku sendiri diam-diam merasa bersalah, hanya karena takut tidak berani mengatakannya. Tapi ada satu prinsip universal yang kita semua pahami: Hutang harus dibayar, nyawa harus diganti nyawa. Kita semua berhutang padanya, maka kita harus membayarnya." Ini adalah perkataan yang kubiarkan Zhao Jun ucapkan. Tak kusangka, Zhao Jun bisa menyampaikannya dengan begitu sederhana namun menyentuh. Mungkin ini memang pemikiran jujurnya.
"Aku ingin membayar, tapi penyesalan pun sudah terlambat."
“Katanya mau membayar, tapi bagaimana caranya? Orangnya sudah mati...”
“Apakah harus membayar dengan nyawa? Kenapa seluruh penduduk desa tidak ada yang dia lepaskan?”
Jelas, semua orang terharu. Peristiwa seperti ini mustahil tidak meninggalkan rasa bersalah di hati orang biasa. Kebaikan ada dalam setiap hati manusia, tak ada orang yang sepenuhnya kehilangan kebaikan karena setiap orang terlahir dengan hati nurani.
“Coba ingat-ingat kebaikan Bupati Tua? Semakin banyak dia berkorban, semakin besar dendamnya. Dia menyukai setiap orang di sini, maka sekarang dia membenci setiap orang di sini. Kecuali dia tidak punya ikatan emosi, barulah dendamnya tidak sebesar itu. Setelah menjadi Hantu, semua perasaan semasa hidup akan berubah menjadi dendam. Kecuali kita bisa menghilangkan sumber dendamnya.” Kalimat ini kukatakan, Zhao Jun jelas tidak mengerti hal-hal seperti ini.
Tapi bagaimana cara menghilangkan dendam Bupati Tua dari akarnya? Ini pertanyaan semua orang sekarang. Aku tak bisa menjawab karena peristiwa itu sudah terjadi. Kejadian itulah sumber dendam Bupati Tua. Tapi bisakah semuanya diulang kembali?
Masalah ini tidak ada solusinya.
Setelah kusampaikan jawabanku, semua terdiam. Adegan itu membekas dalam di hati setiap orang.
Seseorang berjongkok, memeluk kepalanya dan bertanya sedih: “Lalu harus bagaimana?”
Jelas, begitu menyebut Bupati Tua, semua orang lupa sejenak dengan 'insiden arus sungai' tadi. Rupanya kisah Bupati Tua juga membangkitkan kebaikan dalam diri semua orang.
"Sebenarnya, orang-orang bukan tidak merasa bersalah, bukan tidak menyesal, tapi saat itu mereka sudah dibutakan oleh hidup-mati. Setelah kejadian, keadaan sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Semua membiarkan sifat buruk manusia bekerja, secara instingtif menghindar. Seluruh desa menghindar!"
"Tapi selama ada yang berani mengakui kesalahan, meyakinkan dengan emosi dan logika, semua pasti akan menghadapi kenyataan ini."
Aku melihat waktunya sudah matang, lalu berseru: "Sebenarnya, kita tidak perlu memikirkan cara menghapus dendam Bupati Tua. Karena dia sudah berubah, bukan Bupati Tua dulu lagi. Sekarang dia monster yang dikendalikan dendam. Mungkin dia menderita, tapi pasti ada yang akan membebaskannya! Sedangkan kita... kita sudah melunasi hutang ini puluhan tahun lalu!"
"Apa maksudmu?" Orang-orang mulai bingung. Apa artinya hutang ke Bupati Tua sudah dilunasi puluhan tahun lalu?
"Sekarang tahun 1990. Kita sebenarnya sudah mati sejak 1953! Masih belum mengerti? Kita sekarang adalah roh, bukan manusia! Hutang kita sudah lunas. Hanya karena Bupati Tua berubah jadi monster dendam, dia terpaksa tidak bisa melepaskan kita." Aku berteriak, berusaha memoles cerita agar tidak memicu kebencian.
Hatiku berdebar. Kukhawatir jika orang-orang tidak bisa menerima ini dan berubah menjadi hantu jahat. Jika itu terjadi, semua upaya akan sia-sia. Meski dunia dendam hancur, kita harus menghadapi puluhan hantu jahat plus Bupati Tua.
Lagipula kekuatan penyelamatan adalah kekuatan baik. Ini bisa melemahkan Bupati Tua sampai batas tertentu.
Benar, baru saja aku selesai bicara, kerumunan orang mulai bergemuruh. Aku melihat asap hitam menjulang ke langit, tubuh warga biasa mulai memancarkan cahaya merah – pertanda akan berubah menjadi Hantu jahat.
"Tahun 90? Sudah puluhan tahun?" Suara melengking terdengar.
"Kau bilang aku sudah mati?" Suara lain yang sama melengkingnya.
"Aku ini hantu? Hahaha, aku hantu?" Suara ketiga yang bergetar.
Ya, siapapun pasti akan terpukul. Mimpi Nan Ke yang indah, atau mimpi buruk? Saat terbangun, baru sadar diri bukan manusia lagi, melainkan hantu!
Aku berseru keras: "Karma di dunia ini ada sebab baru ada akibat. Semua orang tahu hutang harus dibayar! Setelah lunas, kita bisa tenang menjalani reinkarnasi! Ini keberuntungan! Membawa hutang ke kehidupan berikut, pasti takkan tenang di kelahiran berikutnya. Sekarang ada orang sakti yang mau mengadakan ritual pelepasan arwah untuk kita, kita juga tak perlu menderita lagi. Sebenarnya penderitaan kita apa? Bupati Tua yang menanggung dendam ini, mungkin bahkan tak mendapat kesempatan ritual pelepasan atau kehidupan berikutnya! Masih belum mengerti? Kita salah! Kita masih punya kesempatan hidup berikut, tapi kita justru menjerumuskan Bupati Tua sampai tak punya peluang reinkarnasi!"
Pada dasarnya manusia masih punya kebaikan, meski seringkali kebaikan ini kalah oleh keegoisan. Ini kenyataan pahit. Di dunia ini, kita tak bisa menuntut semua orang tidak egois, seperti kita tak bisa mengharapkan setiap hari cerah bersinar matahari.
Hati yang belum melewati belenggu, belum mengalami ujian, hanyalah sumber hati nurani, belum bisa disebut hati nurani sejati.
Egois adalah ujian dari Langit, manusia membutuhkan banyak kehidupan untuk mengatasinya. Setiap orang memiliki jalan panjang yang harus ditempuh.
Ucapan saya berhasil menangkap poin ini. Saya memberitahu semua orang bahwa masa depan kita cerah, kita tak perlu lagi memiliki beban, kita telah terbebas. Kemudian membangkitkan kebaikan dalam diri mereka. Dan saya tidak berbohong, Bupati Tua yang jahat itu benar-benar telah kehilangan kesempatan reinkarnasi!
Aura dendam mulai menghilang secara kasat mata. Cahaya merah di tubuh warga desa juga lenyap, ekspresi mereka berubah menjadi sedih dan penuh penyesalan.
Saya menyaksikan pemandangan ini dengan perasaan haru. Jika terulang kembali, apakah tragedi ini masih akan terjadi? Hanya setelah memastikan diri sendiri aman, barulah bisa berbelas kasih pada orang lain, memandang sesama dengan hati yang baik.
Tapi apakah ini salah? Jika itu saya, apakah saya akan lebih berbaik hati pada keluarga dan teman dekat? Atau sama saja, memperlakukan semua orang dengan kebaikan yang setara?
Kebaikan yang berasal dari hati nurani!
Jalan yang panjang, ya. Seluruh umat manusia memiliki jalan panjang untuk ditempuh. Tapi setidaknya kita tahu apa yang harus dikejar. Jika tidak, takkan ada pujian untuk kebajikan dan kecaman untuk kejahatan. Nenek moyang pun takkan menuliskan prinsip berbuat baik dalam kitab, memuji semangat ini lalu mewariskannya turun-temurun.
Kami juga memiliki harapan.
Saat saya sedang merenung, krisis akhirnya teratasi. Baru saja saya menghela napas lega, tiba-tiba Yuan Yi berkata dengan metode khusus: "Chen Cheng Yi, aku tak sanggup lagi. Alat ritual peninggalan kakekku tak bisa menahan dendam Bupati Tua ini."
