Sampai akhirnya aku tak tahu apa yang dijual Surou. Bocah ini bersikeras tak mau bicara, sama seperti urusan guruku yang juga tak dijelaskannya. Dia memaksa menunggu sampai aku keluar rumah sakit.
"Mulutmu kok ketat banget. Ayo ngaku, guruku kasih apa buatmu?" tanyaku.
"Aku kayak pengkhianat? Minggir sana! Dari kecil aku sudah mirip pahlawan. Ibu bilang waktu nonton film, katanya wajahku mirip Dong Cunrui." Surou mah sudah biasa mengarang cerita tanpa persiapan.
“Surou bilang ini saat itu, aku sedang minum air, mendengarnya hampir saja aku menyemburkan air, menatap Surou berkata: “Ibumu memang nggak punya akal, ngomong gitu? Kamu nggak mirip ayahmu, malah mirip Dong Cunrui, ayahmu pasti bakal mukul ibumu sampai mati? Aduh, Surou, jangan bikin aku ketawa, aku masih dirawat di rumah sakit, kalau sampe ketawa mati gimana?”
“Batuk...” Surou tersedak oleh omonganku, gengsinya tersinggung, batuk lama baru berkata: “San Wa'er, kamu nggak sadar ya, ayahku juga mirip banget sama Dong Cunrui?”
“Hahaha... Iya, iya! Makanya kakekmu sering mukul nenekmu.” Aku tertawa terpingkal-pingkal.
“Kamu keterlaluan ya, bercanda pakai kakek-nenekku?” Surou pura-pura marah.
“Kamu yang mulai duluan, bercanda pakai ayahmu! Mana ada Dong Cunrui segemuk ini? Haha...” Aku tertawa lepas, tiba-taku aku tersadar kenapa aku dan Qinhuai cocok, ternyata si nak itu sama seperti Surou, suka ngomong ngalor-ngidul dan punya sifat periang alami yang polos.
Kayaknya Qinhuai dan Surou bakal akur deh, begitu pikirku.
Hari-hari bermain dengan Surou berlalu cepat. Tiga hari kemudian, tepat saat aku nggak sabaran ingin keluar rumah sakit tanpa menunggu Qinhuai, dia pun datang.
※※※
“Omong kosong, jangan sok gaya anak orang kaya deh. Aku aja nggak sok gaya.” Surou menggerutu kesal.
“Udahlah, kamu ini anak orang kaya macam apa sih? Gaya kaya gini bisa kamu tiru?” Qinhuai berkata dengan wajah merendahkan.
“Basa-basi! Aku ini anak orang kaya dari ibu dan ayahku sendiri! Gaya kaya gini bisa kamu ikutin?” Surou tak mau kalah lewat mulutnya.
Aku berjalan di belakang sambil pusing melihat dua orang ini berdebat. Penyebabnya adalah rencana pulangku dari rumah sakit. Qinhuai menyuruh Surou mengangkat barang bawaan, tapi Surou ogah-ogahan. Padahal "barang bawaan" itu cuma sebuah tas tangan dan beberapa potong baju.
Awalnya kukira mereka bakal cocok, tapi ternyata hubungan mereka berdua persis seperti Guruku dan Hui Jue kalau sedang bersama.
Surou tinggal di daerah Hehuachi, katanya tempat grosiran di Chengdu. Tapi di tahun 90-an, daerah ini benar-benar kumuh. Akhirnya setelah berkelok-kelok dipandu Surou, aku dan Qinhuai hampir pusing tujuh keliling sebelum sampai di tempat.
Tempat kos Surou adalah gedung apartemen tua yang sudah lapuk. Ia membawa kami naik ke lantai dua. Begitu pintu dibuka, bau menyengat langsung menyergap, hampir membuatku dan Qinhuai pingsan.
Baju-baju berserakan, sisa makanan, puntung rokok... eh, ada juga kaos kaki kotor. Mana mungkin nggak bau?
“Bro, ini tempat layak huni?” Qinhuai menyindir sambil melihat Surou yang memerah wajahnya sibuk membereskan kamar.
“Surou awalnya agak malu, tapi begitu dengar perkataan Qinhuai, langsung melempar barang di tangannya sambil berteriak: ‘Gak mau tinggal ya pergi sana, masa kalian bukan cewek, ngapain aku bersihin-bersihin, ini kan ciri khas pria sejati.’”
Qinhuai tentu saja gak mungkin pergi. Anak ini juga gak jorok-jorok amat. Dengan santai dia melempar barang bawaannya lalu duduk di sofa kotor Surou sambil bilang: “Nggak, Kak, aku bisa adaptasi. Sesekali cobain hidup ala rakyat juga boleh.”
“Dasar sok raja! Aku mau keluar beli makanan. Jangan buru-buru ngomongin hal itu sama San Wa'er ya. Nanti kita minum dulu baru bahas.” Saat keluar, Surou khusus berpesan ke Qinhuai.
Kali ini Qinhuai gak debat sama Surou. Cuma manggut-manggut. Begitu Surou pergi, dia bilang padaku: “Temen satu gengmu ini oke, setia. Sudah lama nemenin kamu, perhatian banget.”
Sebenarnya Surou juga pernah bilang Qinhuai orangnya baik. Rela bolak-balik jauh, habis pulang ke Beijing langsung balik lagi nemenin aku. Minta kita pasti nungguin dia, beneran temen sejati.
Tapi kenapa ya dua orang ini baru ketemu langsung ribut?
Dan mereka berdua jelas-jelas tahu sesuatu. Kenapa gak mau kasih tahu aku? Aku punya firasat kurang baik. Pengen banget nanya, tapi aku tahan. Setelah melewati banyak hal, aku jadi lebih sabar. Lagipula sudah nunggu berhari-hari, gak masalah nambah sejam dua jam lagi.
※※※
"Setelah tiga putaran minum, hidangan rebus di atas koran sudah hampir habis. Aku yang tak banyak minum, memandangi Surou dan Qinhuai yang wajahnya memerah karena mabuk, akhirnya bertanya: 'Katakanlah, apa yang kalian sembunyikan dariku? Bagaimana kabar guruku? Kenapa mereka pergi?'"
Qinhuai menengok ke kiri kanan setelah mendengar pertanyaanku, lalu meneguk lagi segelas arak sambil berkata pada Surou: "Surou, masakan Sichuan memang enak, tapi pedas sekali ya!"
"Pedas? Hidangan rebus ini kan hampir tak pakai cabai?" Surou langsung menyambut ucapan Qinhuai, sepertinya berniat mengabaikan pertanyaanku.
Aku diam saja, mengambil botol dan menuangkan arak untuk sendiri. Melihat ini, Surou langsung menahan tanganku: "San Wa'er, tubuhmu belum pulih benar, ngapain minum arak?"
Qinhuai juga menarik lenganku: "Temen satu geng, kondisimu masih lemah, jangan main-main seperti ini."
Aku melepaskan diri dari mereka, langsung menghabiskan gelas itu. "Jangan pura-pura bodoh. Katakanlah! Arak bisa memberanikan pengecut. Setelah minum, apapun yang kalian katakan bisa ku terima."
Aku tidak menyalahkan mereka. Aku tahu tingkah mereka pasti karena ada hal yang sulit diungkapkan. Ku siapkan mental, menghabiskan segelas arak lalu menyalakan sebatang rokok, menunggu dengan tenang.
Qinhuai dan Surou saling pandang. Akhirnya mereka menceritakan semuanya padaku tanpa ada yang disembunyikan.
Bagian pertama adalah cerita dari Qinhuai kepadaku. Dia mengatakan saat keluar dari desa, Bupati Tua sempat menghantuiku? Semua orang mengira rohku dibawa oleh Bupati Tua, padahal menurut pemeriksaan Guruku, sebenarnya seberkas sisa roh Bupati Tua masuk ke tubuhku lalu menciptakan mimpi bagiku. Apakah bisa bangun dari mimpi itu tergantung pada apakah aku bisa mengurai dendam Bupati Tua.
Seperti banyak pasien vegetatif, mereka tidak selalu tidur dengan pikiran kosong, tapi terperangkap dalam dunia mimpi yang perlahan membawa kematian. Ini adalah manifestasi dari gangguan hantu jahat! Banyak hantu jahat biasanya membuat orang sial. Saat energi hidup seseorang mencapai titik terendah, merekalah yang akan menyusup untuk membalas dendam...
Jika sudah sampai tahap ini, hampir tidak ada cara untuk menyelamatkan. Semuanya bergantung pada diri sendiri! Kecuali tubuh orang tersebut sangat kuat untuk menahan ritual rahasia tertentu. Tapi pasien vegetatif biasanya tubuhnya sudah sangat lemah akibat musibah, seperti keadaanku.
Guruku terpaksa membawaku keluar dari daerah itu dan mengirimku ke rumah sakit di Chengdu tengah malam. Tentu saja dia melakukan beberapa ritual, tapi karena Qinhuai tidak paham ilmu ini, dia tidak bisa menjelaskan detailnya.
Selanjutnya, ini yang diceritakan Surou padaku. Katanya dia tidak tahu bagaimana guruku menemukannya. Yang pasti, malam itu dia sedang tidur, tiba-tiba guruku datang bersama orang lain. Kalimat pertama yang diucapkannya adalah: "San Wa'er sedang dalam bahaya sekarang. Aku sibuk dengan urusan penting dan tidak bisa tinggal lama. Tolong jaga dia."
Surou langsung panik dan bertanya pada guruku: "Apakah aku akan mati?"
Guruku hanya menjawab: "Tidak akan mati. Aku percaya pada hati nurani muridku. Dia pasti akan sadar."
Singkat cerita, guruku tinggal di rumah sakit selama dua hari. Di hari pertama, dia sangat gembira karena katanya aku berhasil melepaskan diri dari mimpi. Dia terus menjagaku tanpa tidur. Di hari kedua, tiba-tiba dia bilang hun dan po-ku sudah stabil, lalu pergi.
Saat itu, Qinhuai dan Ling Ruyue yang terus menjagaku juga bersiap pergi. Sebelum pergi...
Surou berhenti bicara. Aku menatap Qinhuai, tapi dia juga diam.
Aku menatap mereka tajam, lalu menuangkan lagi arak ke gelas. Kali ini mereka tidak menghentikanku. Aku menenggak satu gelas, lalu menuang lagi. Berturut-turut aku minum tiga gelas. Efek alkohol mulai memanas, pipiku memerah. Baru kemudian kuucap: "Bagaimanapun juga, kalian tidak bisa menyembunyikan ini. Katakanlah."
Surou menepuk bahu Qinhuai, lalu minum segelas arak, baru berkata: "Biar aku yang jelaskan, San Wa'er, Gurumu bilang mau meninggalkanmu tiga tahun untuk urusan penting. Selama itu kau harus belajar mandiri. Katanya di rumah Beijing ada tinggalkan beberapa barang dan surat untukmu. Begitu saja..."
