Surou menyelesaikan semua penjelasannya dalam satu tarikan napas, lalu menatapku gelisah. Qinhuai juga ikut menatapku dengan cemas.
Aku tak menyadari tatapan mereka. Kabar ini membuatku linglung. Terdiam, lama tidak bisa sadar. Guruku mau kemana? Apa dia tidak mau aku lagi? Pantas saja sikapnya aneh belakangan ini...
Tak tahu berapa lama aku termenung. Baru sadar saat rokok di tanganku mulai membakar kulit. Qinhuai dan Surou tak berani bicara. Mereka berdua paham betul ikatan batin antara aku dan guru.
Sejak usia 6 setengah tahun, hampir tak pernah berpisah dari guru. Sekarang tiba-tiba harus terpisah tiga tahun? Apa maksudnya ini?
Aku tak mengerti kenapa guru berbuat begini. Perasaan tertolak itu menyiksa. Tak ku tahan!
'Plak'! Surou membanting gelas ke meja. Tak tahan lagi, dia membentak: "San Wa'er, bukan maksudku mengkritik, tapi kau kok jadi cengeng seperti cewek? Hah?"
Aku menatap Surou, mata penuh amarah. Pikiranku sedang kacau, tak mengerti maksud Surou menggangguku saat ini.
Tapi Surou tak peduli dan berkata: "San Wa'er, di dunia ini siapa bisa andalkan siapa seumur hidup? Setelah lulus SMP, bukankah aku juga meninggalkan orang tua setelah dua tahun di sekolah teknik? Laki-laki sejati harus hadapi dunia sendirian. Kau pikir Pak Jiang sedang menyusui anak? Hingga sekarang kau masih tak bisa lepas dari susu? Kalau bukan seperti perempuan, kau seperti apa?"
Qinhuai menyalakan rokok dan berkata padaku: "Benar, Cheng Yi. Kau sangat beruntung. Pak Jiang khawatir padamu, saat pergi sengaja meminta Surou menemanimu. Aku juga buru-buru kembali untuk mendampingimu, tak membiarkanmu hadapi dunia sendirian. Tapi dibanding Surou, aku tak pantas bicara ini karena tak pernah jauh dari keluarga. Saat itu, aku yakin Surou juga merantau sendirian. Renungkanlah."
Ucapan mereka akhirnya membuatku tenang. Tiba-tiba kusadari, aku memang sangat beruntung punya dua sahabat setia seperti mereka. Bukan teman sejati takkan berani bicara seperti itu.
Ya, pada akhirnya harus sendirian! Hatiku pedih. Kutuang arak lalu katakan: "Hari ini jangan bicara apa-apa. Temani aku minum."
※※※
Tiga hari kemudian, aku dan Qinhuai naik kereta ke Beijing. Selama tiga hari itu, pikiranku sengaja dikosongkan dengan terus minum arak bersama Qinhuai dan Surou.
Awalnya aku berencana mengunjungi orangtuaku, awalnya aku ingin pergi ke perbatasan Miao, dan banyak rencana "awalnya" lainnya, setelah Guruku pergi, semuanya berubah menjadi kebingungan!
Aku tak sabar ingin melihat apa yang Guruku tinggalkan untukku, kata-kata apa yang dia sampaikan. Hanya dengan itu hatiku akan tenang, baru aku tahu langkah selanjutnya yang harus dilakukan!
Sekali lagi menempuh perjalanan dari Sichuan ke Beijing, namun kali ini Guruku sudah tak ada di sampingku.
Turun dari kereta, kembali ke gang yang familiar, bahkan aku tak sempat pamit pada Qinhuai sebelum berlari pulang.
Membuka pintu gerbang, aku agak linglung. Seolah masih bisa melihat Guruku duduk di halaman, menikmati teh dengan santai, menungguku. Tapi halaman itu kosong melompong.
Ini berbeda dari sebelumnya. Dulu dia sering pergi, bahkan pernah menghilang selama dua bulan. Tapi aku selalu yakin dia akan kembali. Tidak seperti kali ini, dia bahkan tak mau berbicara langsung padaku sebelum pergi!
Tiga tahun, benarkah hanya tiga tahun?
Aku menerobos masuk ke dalam rumah. Semua barang di dalam tak berubah, bahkan hampir tak berdebu. Jelas Guruku pernah kembali. Mengikuti kebiasaannya, aku langsung masuk ke kamarnya. Tak kuperhatikan apapun, pandanganku langsung tertuju pada surat yang dia tinggalkan.
Dengan tangan bergetar, kubuka surat itu. Tulisan tangan Guruku yang familiar menyambut mataku.
Cheng Yi:
Saat kau membaca surat ini, aku sedang dalam perjalanan mencari sesuatu yang kuidamkan. Maafkan Guruku yang pergi tanpa pamit, karena banyak hal tak bisa dijelaskan secara detail.
Tiga tahun adalah janji Guruku padamu. Jika aku masih hidup saat itu, temuilah aku di Desa Miao tiga tahun kemudian. Nanti, tunggulah di halaman ini, secara alami akan ada yang membawamu mencariku.
Barang-barang di rumah ini sudah kau lihat sejak kecil, sebagian besar peninggalan Guru leluhur. Kau tahu Guruku tidak memiliki tabungan. Mempelajari ilmu Tao tidak mudah, apalagi di zaman sekarang. Jika tidak bisa melanjutkan, juallah semua barang ini satu per satu. Aku tidak akan marah, dan kupikir Guru leluhur juga tidak.
Bahan-bahan herbal masih di tempat biasa, kuberikan persediaan untuk satu tahun.
Alat ritual juga di tempat biasa, beberapa yang sering kugunakan, kekuatannya cukup baik.
Syaratku sederhana: selama tiga tahun ini, jangan sembarangan menggunakan ilmu Tao kecuali untuk membela diri! Karena ilmu Taomu belum matang cukup untuk menyelesaikan masalah orang lain atau menjamin kelangsungan hidupmu. Menggunakan ilmu Tao untuk menipu orang sama sekali tidak kubiarkan, ingat baik-baik.
Selain itu, selama tiga tahun ini jangan berpikir untuk lama-lama berkumpul dengan orang tuamu. Kau tahu takdirmu sendiri, cukup satu bulan dalam setahun bersama mereka.
Terakhir, dalam tiga tahun ini kuharap kau mendalami ilmu Tao dan menjadi lebih dewasa di dunia. Kuharap tiga tahun kemudian saat kami bertemu, aku bisa melihat versimu yang berbeda.
Surat ini berakhir di sini, di bawahnya ada tanda tangan Guruku dan tanggal. Air mataku sudah membasahi kertas surat ini.
Ya, surat ini ditulis sederhana tanpa banyak ungkapan perasaan atau penjelasan, tapi informasi dan perasaan yang tersirat di antara baris-barisnya membuatku tak bisa menahan tangis.
Guruku berkata jika dia masih hidup, artinya hal yang akan dilakukannya sangat berbahaya.
Barang yang Guru tinggalkan untukku, harapannya padaku, setiap kata mengandung perasaan yang sangat mendalam, dia...
Aku mengusap air mata, melipat surat dengan hati-hati, memasukkannya ke dalam amplop, lalu menyimpannya di saku baju yang menempel di tubuh. Aku memutuskan selama tiga tahun ini, ke mana pun aku pergi, surat ini akan selalu kubawa.
Sebenarnya, aku sangat ingin pergi ke perbatasan Miao. Guru pernah bilang akan ke sana untuk mengobati luka Biksu Hui. Mungkin jika aku mencari informasi ke arah sana, aku bisa menemukan Guru.
Tapi aku urungkan niat ini. Seperti kata Surou, apa aku masih seperti anak menyusu? Guru ingin aku menempa diri sendiri selama tiga tahun, tapi aku malah buru-buru mencarinya. Apa artinya ini?
Setelah mengambil keputusan, akhirnya hatiku tak terlalu sedih. Tiga tahun ya tiga tahun. Aku yakin bisa bertahan hidup.
Meraba saku baju, Qinhuai meminjamkanku 500 yuan sebelum pergi. Aku akan hidup dengan uang ini.
Saat makan malam sederhana yang kumasak sendiri, tiba-tiba ada yang mengetuk. Kukira Qinhuai, tapi setelah kubuka pintu, ternyata ada juga Kakak Ipar Jingyi yang ikut bersamanya.
Perut Kakak Ipar sudah mulai terlihat bengkak, tapi semangatnya masih baik. Segera kusuruh mereka masuk dan duduk. Memandangi Kakak Ipar Jingyi, tiba-tiba aku merasa diri tak berguna. Dibandingkan masalahnya, masalahku apa lagi ini?
Kakak Ipar duduk, tidak banyak bicara, langsung bertanya padaku: "Aku pulang bersama Pak Jiang, aku tahu semua kejadian. Aku ingin tanya, apa rencanamu ke depan?"
Aku tidak langsung menjawab Kakak Ipar Jingyi, malah balik bertanya: "Kakak Ipar Jingyi, kenapa kau bisa datang ke Beijing?"
Kakak Ipar Jingyi berkata: "Aku harus tinggal di Beijing sekarang. Karena kau tahu, perbuatan Sheng Gemu tidaklah terpuji. Meski masih dalam penyelidikan dan belum ada keputusan, tapi kurasa... Pokoknya, tinggal di sini adalah perintah atasan. Menurutku juga baik, dimanapun aku tinggal tidak akan menggangguku membesarkan anak."
Perkataan Kakak Ipar Jingyi samar-samar, tapi aku mengerti maksudnya. Karena Sheng Ge, hidupnya mungkin tidak akan bebas lagi. Masalah Sheng Ge sebegitu parahkah?
Aku teringat tanaman ungu yang aneh itu. Sekalipun bodoh, aku paham Sheng Ge melakukan semua ini untuk itu! Aku juga 'kagum' pada kekuatan organisasi itu, bisa merebut tanaman itu dari dasar sungai di bawah kendali monster Bupati Tua yang begitu kuat, entah dengan cara apa.
Setelah itu, Sheng Ge pergi tanpa ragu...
Melihat Kakak Ipar, hatiku sedih. Qinhuai juga begitu. Lihatlah apa yang dibawa suaminya untuknya! Harus diketahui Kakak Ipar juga lulusan berprestasi, punya masa depan cerah. Kepergian Sheng Ge telah menghancurkan semua ini.
【Tidak perlu dipikir pakai otak juga tahu, setelah kejadian ini, Kakak Ipar tidak mungkin lagi dapat dipakai dengan baik di masa depan! Bisa jadi, semua ilmu yang dimilikinya tidak bisa dikembangkan. Ini pasti sangat menyiksa bagi seorang peneliti!】
Melihat aku dan Qinhuai sedih, Kakak Ipar malah tertawa terbahak-bahak sambil berkata, "Dua anak bodoh, jangan sedih lagi. Aku sangat bahagia, ada bayi yang menemani, di Beijing juga banyak orang yang merawatku. Lagipula gajiku cukup bagus. Dibandingkan orang-orang yang mengembara, bukankah aku cukup beruntung? Tapi kamu, San Wa'er, belum cerita sama aku, kamu punya rencana apa?"
Aku menatap Kakak Ipar Jingyi sambil berkata, "Aku akan urus dulu masalah di sini, lalu pulang ke Sichuan untuk menjenguk orang tua. Jangan khawatir, Kakak Ipar. Toh cuma tiga tahun kan?"
【Jilid 4 Lukisan Suasana Perbatasan Miao (Bagian Atas)】
