Perkataan satpam menimbulkan riuh rendah di antara semua orang. Jelas tipu daya ini tidak canggih, tapi di waktu khusus (tengah malam) dan tempat khusus (area pabrik), justru memberi efek magis yang menipu semua orang.
Setelah selesai bicara, Si Kak Satpam menatapku. Aku duduk sembarangan di atas altar persembahan, mengunyah pisang. Habis pisang, aku mulai menggigit apel. Demi tipuan ini, aku dan Surou belum makan, perutku sudah keroncongan.
Mendengar Si Kak Satpam selesai berbicara, aku melempar inti apel seenaknya, menepuk tangan, lalu menatap sang Master: "Masih ada yang mau kau katakan?"
Sang Master memaksakan ekspresi meremehkan, mengeluarkan suara "hng", lalu berkata: "Ada yang sengaja menjerumuskanku, aku tak bisa berkata apa-apa."
Ekspresi tenang dengan sedikit kesal itu membuat orang awam benar-benar mengira aku memfitnahnya. Saat ini orang-orang sudah 70% mempercayaiku, meski masih agak ragu. Bagaimanapun reputasi sang Master sudah lama tertanam, tak mudah menggoyahkannya.
Selain itu, akting tenaga dalam sang Master terlalu sempurna. Bahkan aku sendiri merasa dia agak tak bersalah, apalagi orang-orang biasa ini?
Suasana sempat menjadi kaku. Aku santai saja, masih punya senjata rahasia yang belum digunakan.
Benar saja, sang guru tidak berbicara, tapi murid-muridnya adalah juru bicara sempurnanya. Saat itu salah satu murid berdiri dan berkata keras: "Kalian ingin menjebak guruku, membawa kaset rekaman entah dari mana, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi kebenaran akan terbuktikan sendiri. Hantu di sini muncul karena para bos ini yang mendatangi kami, bukan kami yang mendatangi mereka. Lagipula, bukan cuma tangisan hantu perempuan kan? Ada yang melihat benda jahat seperti tengkorak itu, bagaimana kamu menjelaskannya?"
Aku sudah tahu.
Kerumunan mulai berbisik-bisik lagi. Memang benar, klaim penipuan ini tidak disertai bukti mereka mendatangi orang, lalu bagaimana dengan tengkorak itu?
Dengan tenang mengeluarkan rokok dari tas, setelah menyalakannya aku menghirup dalam-dalam. Saat asap putih keluar, baru kukatakan: "Kalian tidak perlu mendatangi orang. Cukup sebarkan reputasi lewat orang dalang saat mereka panik. Coba pikir, apakah logika ini benar?"
Orang-orang mulai menyadari. Orang biasa mana kenal Taoist sehari-hari? Apalagi saat panik, pasti langsung percaya kabar yang tampak berguna!
Sang murid tahu debat ini sia-sia, langsung menyerang: "Lalu tengkoraknya? Bagaimana kamu jelaskan?"
Jika dua hari lalu mereka bertanya seperti ini, pasti aku juga tidak bisa menjawab.
Tapi dua hari ini, aku hanya memikirkan hal ini. Bersama Surou, dua orang bodoh ini benar-benar menemukan penyebabnya. Setelah diuji, memang benar demikian.
Aku berteriak, "Ini akan segera kubuktikan pada kalian, Surou..."
Aku memanggil, tapi Surou sudah mulai bergerak. Saat itu, dia mengeluarkan dari tasnya sebuah jumpsuit hitam yang dibuat dengan bantuan orang, di mana terdapat pola beberapa tulang yang dilukis dengan cat putih dan sedikit serbuk fluoresen.
Setelah mengeluarkan baju itu, Surou langsung mengenakannya. Dari jauh terlihat seperti bakpao hitam besar yang retak. Aku menahan tawa, lalu berteriak, "Ada yang mau mematikan lampu?"
Langsung ada yang bergerak mematikan lampu!
Saat itu, keajaiban terjadi. Surou yang mengenakan jumpsuit sama sekali tak terlihat, hanya beberapa tulang putih melayang di udara, putih pucat dengan semburat hijau. Sekilas benar-benar menyeramkan.
"Sudah, nyalakan lampu," kataku dengan tenang.
Begitu lampu menyala, aku mengusap dagu dan berkata, "Kalian sudah lihat efeknya. Aku ingin bertanya: Jika di baju hitam ini kugambar kerangka tengkorak, lalu kusediakan tudung kepala hitam bergambar tengkorak. Lalu di malam hari, membuat orang yang setengah sadar melihat sekilas, menurutmu efeknya akan seperti apa?"
Sebenarnya, beberapa hal memang seperti itu setelah dipikirkan, beberapa tipu daya juga terlihat sederhana setelah diungkap. Tapi orang-orang sering terjebak dalam perangkap sederhana ini, seperti kebanyakan penipu saat ini yang menggunakan trik lebih sederhana, namun tetap banyak yang tertipu, bukan?
Sungguh hebat para penipu ini, sampai membuat perangkap sebesar ini!
Inilah senjata pamungkasku, kartu as-ku. Aku sudah sepenuhnya memecahkan trik mereka. Aku mendongakkan kepala sedikit, menatap Master yang seolah-olah berada di atas sana, menunggu apa lagi yang akan dia katakan.
Tapi sang Master masih berpura-pura tenang, menghela napas dan berkata: "Aku telah berkelana di dunia persilatan selama bertahun-tahun, punya banyak musuh. Tak kusangka ada yang memasang perangkap seperti ini untuk menjeratku. Memanfaatkan kebaikanku, sudahlah, sudahlah..."
Hatiku mendidih, aku berdiri dan menunjuk sang Master, dengan amarah berkata: "Apa maksudmu? Maksudmu ada yang sengaja membuat urusan hantu ini lalu menyuruh orang memanggil kalian, sehingga kamu tertipu?"
Sang Master melirikku dengan 'sinis', berkata: "Menurutmu?"
"Cih!" Aku langsung memaki, lalu berkata: "Kalau memang begitu, sebagai Master, takkah kau sadar tak ada hantu? Tadi kau sendiri bilang hantunya sangat kuat, sulit berkomunikasi? Kau sendiri bilang harus mengorbankan sumber energimu untuk membasmi hantu? Sekarang bilang ini jebakan. Tak malu kah?"
"Akhirnya, sang Guru tidak bisa menahan diri, mulai panik. Aksi menampar pipi sendiri ditunjukkannya dengan sempurna. Ini adalah kumpulan penipu!"
Kulihat sang Guru mati-matian melirik muridnya, mungkin sedang memberikan kode mata. Tapi situasi sudah jelas, dengan santai kukatakan: "Mengapa budaya Taoisme yang diwariskan ribuan tahun di Tiongkok merosot? Karena dirusak oleh kalian para penipu! Tak perlu banyak bicara, laporkan ke polisi."
Saat itu juga, kemarahan massa mencapai puncaknya. Seruan untuk melapor ke polisi bergema di mana-mana.
Para murid penipu itu tiba-tiba berdiri, menyeret sang Guru sambil berteriak: "Guru kami orang baik!" "Kami bukan penipu!" sambil menerobos kerumunan.
Ini taktik klasik penipu. Begitu kebohongan terbongkar, mereka membuat kekacauan untuk kabur.
Benar saja, mereka berusaha mendekati pintu gerbang. Jika berhasil kabur hari ini, di tengah lautan manusia, setelah menghilang beberapa waktu, bagaimana mungkin menemukan mereka lagi? Apalagi mereka sudah berpuluh tahun beroperasi di Chengdu, pasti punya jaringan. Kalau bukan karena terperangkap dengan bukti saksi dan barang bukti seperti hari ini, mungkin mereka bisa lolos.
Tapi situasi kacau balau. Sendirian mustahil menghadapi kerumunan. Kuterdengar teriakan dari keramaian: "Siapa yang menginjak kakiku?!"
"Aduh, jangan dorong-dorong!"
Dasar penipu! Gigiku gemeretak marah. Kuteriakkan: "Jangan panik! Penipu mau kabur! Jaga pintu gerbang!"
Aku berteriak mengungkap tujuan penipu, orang-orang pun tersadar. Banyak yang berteriak: "Jangan panik, nanti penipu kabur!"
Setelah semua tenang, upaya kabur penipu memang tak lancar. Kurang dari sepuluh menit, mereka sudah terkepung. Di tengah kerumunan, mustahil membuat keributan untuk kabur.
Situasi sudah terkendali. Aku merasakan kepuasan luar biasa. Akhirnya bisa menghentikan kelompok yang merusak reputasi Taoisme. Ini lebih memuaskan daripada cari uang banyak bareng Surou.
Aku berdiri di atas meja persembahan, memandangi mereka dari atas. "Kepung mereka, suruh satu orang lapor polisi," kataku.
Mendengar ini, para penipu tampak putus asa. Termasuk sang "Master", wajah mereka muram. Hanya satu orang yang memandangku dengan tatapan sengit seperti serigala lapar.
Di bawah tatapannya, aku merasa firasat buruk. Bulu kudukku merinding. Sejujurnya, aku kenal dia - bukankah dia yang menabrak Surou waktu itu?
Kesannya bukan orang asli Chengdu. Lelaki Chengdu umumnya humoris dan kalem. Tak ada kesan buas seperti binatang hutan ini. Siapa sebenarnya dia?
Aku tiba-tiba punya pertanyaan seperti ini, tapi seketika kemudian aku merasa lega. Siapapun itu tidak penting, yang pasti setelah masuk kantor polisi, semuanya akan terungkap jelas. Tak disangka Si Kakek Sok suci itu punya orang seperti ini di bawah tangannya. Dengan kepiawaiannya sebagai penipu, bisakah dia menaklukkan orang semacam ini?
Saat aku sedang berpikir, orang yang menatapku itu tiba-tiba berbicara. Dia hanya mengucapkan satu kata: "Kau..." Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar, suaranya cukup ramai. Siapa yang datang di saat seperti ini?
Jadi, ucapan orang itu terpotong, tapi aku jelas mendengar logatnya yang sama sekali bukan logat Chengdu. Logatnya mengingatkanku pada seorang kenalan - Sun Qiang.
