Aku merasa ada yang tidak beres, buru-buru bangun diam-diam. Khawatir Surou sedang tidur berjalan - fenomena yang bahkan Taoisme tak bisa jelaskan. Tapi ada satu pantangan yang semua orang tahu: jangan pernah membangunkan atau menakuti orang yang sedang tidur berjalan, konsekuensinya bisa parah.
Setelah bangun diam-diam, aku menyelinap ke balkon. Ingin melihat apa yang dilakukan Surou, tapi ternyata matanya terbuka lebar memancarkan sorotan tajam ke arahku. Dengan logat khas Sichuan 'Jiao Yan' dia berkata: "Dasar bajingan kecil! Mengikuti jejak Pendekar Agung ini dengan sembunyi-sembunyi, apa maksudmu?"
"Sialan, ternyata dia sadar!" Batinku lega. Kukatakan pada Surou: "Jangan ngaco tengah malam begini, cepat kembali tidur. Besok masih ada urusan."
Surou mengerutkan kening: "Kau ini siapa? Apa Pendekar ini mengenalmu? Urusan apa yang harus kita lakukan bersama besok?"
“Sial, kamu nanya siapa aku? Nama asliku Chen Cheng Yi, nama panggilan San Wa'er, teman sejatimu sejak kecil! Udah, jangan ngaco. Aku mulai kesel nih.” Sungguh aku geram. Sudah terjadi masalah, tapi si bocah ini masih bisa becanda ala kadarnya, bahkan di tengah malam, bicara dengan gaya sastrawi. Orang yang tidak tahu pasti mengira dia manusia zaman kuno.
“Chen Cheng Yi? Tak pernah kudengar! Mana mungkin kau saudaraku sejak kecil? Yang Guo ini mohon jangan terus mengolok-olok, atau jangan salahkan pedangku yang akan bertindak tanpa ampun.” Surou berkata serius tanpa sedikitpun canda.
Yang Guo? Kupikir aku mau gila! Antara ingin tertawa, frustasi, dan khawatir. Sekarang bahkan orang bodoh pun tahu Surou sedang terkena efek racun ilmu santet yang mulai membuatnya linglung. Aku tak tahu seperti apa kondisi linglung Kakek Yun dulu. Surou ini malah menganggap dirinya Yang Guo dari novel "The Return of the Condor Heroes".
Sebenarnya menganggap diri sebagai Yang Guo bukan masalah besar. Yang penting, si bocah ini masih bisa ngobrol serius denganku. Selain merasa terharu, aku tak bisa tidak mengakui bahwa racun ilmu santet perbatasan Miao benar-benar dahsyat, langsung mengubah orang menjadi orang gila besar.
Bicara dengan orang gila harus menggunakan cara orang gila. Surou bilang dirinya Yang Guo, aku sebagai pria dewasa tak bisa pura-pura menjadi Naga Kecil. Hanya bisa melipat tangan dan berkata: "Yang Daxia, hamba ini hanya lama mendengar nama besar Tuan. Sekedar bercanda saja. Apakah Tuan menyadari tempat ini terasa aneh dan mengerikan? Hamba hanya ingin mengingatkan Tuan untuk berhati-hati dalam segala hal."
Aku juga mulai kagum pada diriku sendiri, ternyata bisa serius bekerja sama dengan orang gila besar berbicara. Tapi tidak ada cara lain, yang berdiri di hadapanku adalah saudaraku. Tak mungkin kuabaikan. Lebih baik kuredakan dulu dengan membujuknya tidur.
Begitu aku berkata begitu, ekspresi Surou langsung berubah penuh keraguan. Ia menoleh ke sekeliling sambil berkata, "Memang benar. Rupanya di mana ini? Lebih mengerikan dari Lembah Jueqing. Bangunan-bangunan aneh mengelilingi, ada cahaya hantu (lampu) berpendar. Kau tahu sesuatu?"
Ya ampun, si nak ini benar-benar kehilangan akal. Aku pun berkata, "Yang Daxia, ini adalah mimpi Nanke. Sementara tak ada cara untuk menembusnya. Aku sudah terjebak di sini 23 tahun tak bisa keluar. Satu-satunya cara keluar adalah tidur nyenyak, mungkin bisa pergi beberapa jam tiap hari."
“Perkataan ini diucapkan di sini?” Surou dengan raut wajah cemas, lalu menghela nafas panjang sambil berkata: "Kasihanilah aku yang masih harus mencari Bibi, setiap hari hanya punya beberapa jam waktu, lalu apa yang harus kulakukan?"
“Lebih baik bisa keluar dalam beberapa jam dibanding terus terkurung di sini. Aku menyarankan Yang Daxia untuk istirahat dulu, besok setelah keluar baru cari cara juga tidak masalah. Sekarang sudah larut, kalau Yang Daxia tidak segera istirahat, besok mungkin tidak bisa keluar.” Dengan ekspresi tulus, aku sabar membujuk.
Surou mengerutkan alis dan merenung sejenak, lalu mendesah panjang: “Baiklah, Yang Mou akan pergi istirahat sekarang.”
Aku segera membawa Surou ke kamar tidur dan menyuruhnya naik ke tempat tidur. Benar-benar kurang dari satu menit, nak ini sudah mendengkur lagi. Aku tersenyum pahit, “Disebut Yang Guo, tapi dasarnya tetap Surou, santai dan mudah dibohongi. Yang Guo asli dalam buku kan orang yang peka, mana mungkin mudah ditipu? Lagipula kalau Yang Guo benar datang ke tempat begini, mana mungkin bisa tidur? Kau malah mendengkur dalam semenit!”
Surou sudah tidur, tapi malah membuatku jadi insomnia. Akhirnya aku menyalakan sebatang rokok, bersandar di bantal sambil merokok. Belum sampai perbatasan Miao, Surou sudah kambuh. Gimana nanti selama perjalanan?
Racun saraf ini memang ganas, mengubah Surou yang baik-baik jadi Yang Guo. Sial, ini akan jadi masalah. Kalau sampai di perbatasan Miao dia kambuh, gimana aku harus jelaskan ke orang lain?
"Selain itu, aku harus mengunjungi Yuan Yi, tapi bagaimana aku bisa meninggalkan Surou sendirian? Apa harus membawa Surou yang gangguan mental ini menemui Yuan Yi?"
"Sepertinya hanya bisa minta bantuan Qinhuai." Dengan pikiran itu, akhirnya aku tertidur lelap.
Keesokan harinya, aku terbangun oleh suara berisik. Membuka mata, kulihat Surou sedang menyisir rambut dengan serius, mengenakan celana bahan dan kemeja.
Aku mencoba memanggil: "Pendekar Yang?"
Surou menoleh ke arahku: "San Wa'er, siapa yang kau panggil?"
Kutanya: "Kau bukan Pendekar Yang? Lalu siapa kau?"
Wajah Surou panik: "Aduh, San Wa'er! Kau kenapa? Aku Surou! Siapa Pendekar Yang? Biasanya kau bangun lebih pagi dari ayam jago untuk ritual pagi, hari ini malah bangun lebih siang dariku. Baru bangun langsung sinting. Cerita, apa yang terjadi?"
Hatiku lega. Ini benar-benar Surou, bukan Yang Guo. Dengan getir kuambil dua batang rokok, kulempar satu ke Surou sambil menyalakan milikku: "Kenapa pagi-pagi bangun?"
"Lupa? Hari ini Yun Xiaobao mentraktir kita di tempat mewah. Harus rapi dong!" Melihatku sudah normal, Surou tak bertanya lagi. Mentalnya sekuat baja.
Aku berkata: "Tadi kamu kan nanya kenapa aku bangun lebih siang darimu? Jujur saja, ini semua gara-gara ulahmu semalam."
"Apaan?" Ekspresi Surou menunjukkan ketidakpercayaan.
Lalu, kuceritakan kejadian semalam secara detail padanya. Setelah mendengar, ekspresinya bukan lagi tak percaya, tapi lebih seperti "kamu becanda ya?"
Malas berdebat, kukatakan sambil menggigit rokok: "Percaya tidak percaya terserah! Kayaknya ilmu santetmu mulai bereaksi. Tapi kok beda ya, biasanya orang jadi linglung, tapi kamu malah jadi Yang Guo."
Mendengar ini, Surou mulai percaya. Mukanya masam penuh kekhawatiran. Tiba-tiba dia bersemangat: "Jadi Yang Guo juga oke! Keren banget! Kamu tahu kan dari kecil aku suka novel silat, paling suka karakter Yang Guo."
Aku speechless. Ada-ada saja. Dia pikir Yang Guo keren karena tampan dan jago silat. Surou ini cuma punya lemak, apalagi? Apa lagi?
Satu-satunya jalan mungkin menemukan Master Chen.
Sambil berpikir begitu, aku bangun. Setelah mandi, melakukan ritual pagi, dan packing sederhana, kami berangkat. Di jalan kujelaskan rencanaku pada Surou.
Surou berkasa santai: "Yang penting ada kamu. Buat apa khawatir? Urusin aja biar aku sembuh."
Memang! Tapi apa yang bisa kulakukan? Maklum, anak ini adalah teman akrabku sejak kecil.
Menemukan telepon umum, kuhubungi nomor kantor Qinhuai. Anak ini kerjanya sering mangkir kerja, tapi anehnya telepon kantornya tidak bisa menghubunginya.
Hatiku terasa pahit. Setelah hidup 23 tahun tanpa pernah berbuat jahat, kenapa dua teman dekatku justru berperilaku seperti ini? Dengan berat hati, kuhubungi beberapa tempat yang mungkin dikunjungi Qinhuai, akhirnya berhasil menemukannya.
Qinhuai sedang di rumah teman bersama kami. Begitu telepon tersambung, langsung terdengar suaranya: "Kuno amat! Telpon ke sini cari aku. Nggak tahu kalau Mas punya telepon genggam besar sekarang?"
Aku sama sekali tidak paham soal telepon genggam besar itu, cuma pernah lihat di film dipakai bos-bos. Memang benar Qinhuai si anak orang kaya yang manja. Kutegaskan dengan suara berat: "Dari mana aku tahu kau punya telepon genggam?"
Suara Qinhuai tiba-tiba penuh antusias: "Cheng Yi, akhirnya kau menelepon juga."
Tak ada waktu untuk bercanda. Kuceritakan semua kejadian dengan serius. Dari balik telepon terdengar suara gemerisik pakaiannya: "Aku menginap di rumah Zhang Tiejun. Ada perempuan, agak malu membawanya pulang. Tunggu, aku segera beli tiket pesawat. Kita ketemu di Chengdu beberapa jam lagi!"
"Nanti kamu datang ke rumah Surou cari kami, kalau tidak ada tunggu saja." Setelah mengucapkan itu, aku menutup telepon dengan perasaan hangat di hati. Meskipun sifat Surou dan Qinhuai tidak bisa diandalkan, tapi mereka benar-benar orang yang bisa diandalkan.
Qinhuai akan datang, seharusnya urusan tidak akan serumit sebelumnya.
