Jodoh di dunia ini sangat aneh. Ia bisa menjelaskan semua kebetulan, tapi bukankah segala sesuatu di dunia ini adalah kebetulan? Seperti sebutir gandum yang jadi tepung, dibentuk jadi bakpao, lalu masuk ke mulutmu - semua mengandung ribuan kebetulan.
Seperti diriku, seolah terjebak dalam labirin ungu. Sejak lahir, bertemu Guruku, semua mengalir ke satu arah. Apakah ini takdirku?
Ku renungkan ini dan sadar hanya ada satu jawaban: Jika sudah mengalir ke arah ini, jangan berhenti. Aku harus dapatkan hasil, atau hidupku jadi sia-sia?
Cerita Ling Ruxue terus berlanjut.
Menghadapi ulat yang begitu mengerikan, empat desa Miao putih panik. Pilihan yang tersedia secara terbuka di depan mereka hanya satu, yaitu melarikan diri! Seluruh desa bermigrasi, masuk lebih dalam ke hutan belantara, ke tempat yang lebih terpencil.
Tapi apakah itu berguna? Belum lagi mereka telah mencurahkan keringat dan kerja keras untuk berakar di tanah ini. Tempat terpencil biasanya memiliki lingkungan yang keras, bisakah mereka beradaptasi? Mungkin dalam proses migrasi banyak anggota suku yang tewas, atau bahkan seluruh suku bisa punuh selama proses adaptasi.
Meski orang Miao dikenal sebagai ahli ulat, tapi di dunia ini ada begitu banyak serangga yang bahkan ilmu pengetahuan modern tak mampu jelajahi sepenuhnya, apalagi mereka di masa itu? Daerah terpencil dan keras justru memiliki ulat yang lebih beracun, inilah masalah terbesar migrasi.
Seolah tak ada jalan keluar, menunggu takdir menjadi budak. Para Dawu (pemimpin spiritual) sangat berduka. Saat itu, muncul seorang perempuan ahli santet yang posisinya setingkat di bawah Dawu. Perempuan cantik dan cerdas ini adalah leluhur Ling Ruyue. Karena pernah berkelana di luar, pemikirannya sangat terbuka. Dia mengajukan sebuah ide.
"Miao Hitam yang merusak tetap berada di wilayah Dinasti Ming. Mengapa tidak bekerja sama dengan orang Han sekarang?"
Sejak zaman dahulu, orang Miao selalu bersikap eksklusif, terutama terhadap suku Han yang ajaib, tangguh, dan kuat. Karena jumlah anggota suku mereka selalu begitu banyak, terus berkembang, dan tidak peduli seberapa tidak menguntungkan posisi mereka, mereka selalu bisa bangkit kembali. Mereka seperti ulat dengan daya adaptasi terhebat yang membuat orang gentar.
Ini semua bukan yang paling menakutkan. Yang paling menakutkan adalah suku Han memiliki ciri khas yang aneh: tidak peduli suku mana yang bertemu mereka, akan secara tidak sadar menerima budaya, pemikiran, bahkan gaya hidup mereka, dan akhirnya terasimilasi.
Kebetulan orang Miao sangat menghargai budaya dan ikatan darah mereka sendiri, bahkan gaya hidup mereka pun tidak ingin diubah oleh orang lain. Oleh karena itu, hal ini menjadi sesuatu yang sangat ditakuti oleh mereka. Tapi apakah masih ada pilihan sekarang?
Kebangkitan desa Miao Heiyan bagaikan lonceng peringatan yang sudah berbunyi di telinga, tidak memberi mereka kesempatan untuk ragu-ragu.
Akhirnya, para Dukun Besar menyerah, termasuk yang paling keras kepala. Mereka mengirim utusan, menunggu dengan cemas, berharap para utusan bisa kembali sebelum kedatangan desa Miao Heiyan, dan juga berharap kaisar Han mau campur tangan dalam masalah ini.
Hari-hari menunggu terasa sangat menyiksa. Untungnya para utusan yang berangkat menyadari betapa gentingnya misi ini. Mereka bekerja dengan cepat dan membawa kabar dalam satu bulan: Kaisar Han telah berjanji akan menangani masalah ini.
Faktanya, para utusan tidak memasuki Kota Terlarang dan bertemu kaisar. Mereka hanya bertemu pejabat tinggi sebuah departemen. Merasa situasi genting, pejabat itu menulis laporan darurat malam itu juga dan mengirimkannya melalui cara khusus dengan begadang sampai larut malam.
Hanya beberapa hari menunggu, maklumat kaisar turun. Intinya menangani masalah ini segera, meminta orang Miao hanya menyisakan beberapa orang sebagai pemandu jalan, sisanya pulang untuk menjelaskan situasi.
Sejak dulu, kaisar selalu dikelilingi orang-orang berbakat unik. Tidak semua masalah harus diselesaikan pasukan. Kasus aneh seperti ini tentu membutuhkan para ahli. Kemudian, empat desa Miao itu menunggu kedatangan satu kelompok prajurit elit berjumlah 100 orang plus sepuluh Taoist ahli sebagai pemimpin.
Selanjutnya dimulailah ekspedisi penghancuran Desa Miao Heiyan. Pertarungan itu bukan fokus penjelasan Ling Ruxue kepadaku. Yang penting, kerja sama empat desa Miao Putih dengan orang Han akhirnya menang, Desa Miao Heiyan kalah.
Menurut Ling Ruxue, para Taoist zaman itu memiliki kemampuan luar biasa, jauh melebihi Taoist masa kini. Tapi keburukan Taoist adalah sifat terlalu menjaga ilmu mereka sendiri. Andai bukan karena ini, bagaimana mungkin warisan Taoisme bisa terputus begitu banyak sampai Desa Miao Heiyan mulai menunjukkan ambisi lagi?
Pernyataan ini membuatku tersenyum getir. Sebenarnya Taoisme tidak pernah menyembunyikan pengetahuan. Semua metode yang bisa dipublikasikan, mana yang tidak dibuka? Teknik kebugaran, pengobatan tradisional, cara ramal - semuanya membutuhkan akumulasi waktu untuk hasil, juga bakat dan pencerahan spiritual.
Adapun rahasia lisan yang tak terpublikasi punya alasan: Pertama, praktiknya menghabiskan sumber daya besar. Bayangkan jika seluruh negeri mempelajarinya - betapa kacaunya! Banyak yang akan gila berebut sedikit sumber daya. Kedua, syarat belajar sihir lebih ketat: Indera spiritual harus jauh melebihi orang biasa, ditambah bakat alami.
Dengan syarat seperti ini, betapa sulitnya mewariskan ilmu ini?
Zaman dulu saat lingkungan belum rusak dan sumber daya melimpah, banyak Taoist berkemampuan tinggi. Sekarang... Ingat, kemampuan Taoist terkait langsung dengan tenaga dalam yang bergantung pada sumber daya!
Tapi untuk apa membicarakan ini dengan orang luar? Aku tak menjelaskan, hanya mendengar Ling Ruxue terus bercerita.
Kemenangan ini diraih dengan darah: Hampir separuh pasukan elit 100 orang tewas, empat desa Miao Putih kehilangan setengah penjaga terbaiknya, empat dari sepuluh Taoist gugur, bahkan dua dukun besar Boqie dan ahli santet tewas.
Bahkan kemenangan pahit seperti ini tidak bisa memusnahkan Desa Miao Heiyan sepenuhnya, hanya karena ada seorang Pendeta Besar abadi di sana dengan tenaga dalamnya mencapai langit. Ia juga memiliki kemampuan meramal, dan telah menemukan ramalan jelas dari masa depan yang kacau-balau - bahwa Desa Miao Heiyan pasti akan mengalami malapetaka besar. Karena itu ia telah mempersiapkan jalan pelarian.
Caranya adalah mengirim sebagian anggota sukunya menyelinap ke kota-kota orang Han, membawa telur serangga gu ajaib. Pada tubuh mereka, Pendeta Besar telah diam-diam menanam metode kontrol khusus. Singkatnya, begitu Desa Miao Heiyan hancur, telur-telur ini akan menetas dan meneror dunia manusia.
Ini adalah jebakan yang tak terpecahkan. Sekalipun Pendeta Besar itu berbohong, tak ada yang berani mempertaruhkan nasib begitu banyak rakyat jelata yang terkait dengan takdir negara. Maka Desa Miao Heiyan tetap bertahan.
Di antara para Taoist berbakat, ada seorang yang bijaksana. Ia mengancam Pendeta Besar itu: "Jangan meremehkan Taoisme! Jika Desa Miao Heiyan terus membuat kerusakan, begitu Langit tidak mentolerir dan memberi petunjuk, pastilah ada ahli Tao yang akan menangkap petunjuk itu dan menemukan semua keturunan Miao yang bersembunyi." Katanya, "Jangan kau meragukan Langit!"
Tentu saja Pendeta Besar itu mempercayai Langit, karena ia sendiri pun memiliki kemampuan meramal.
Setelah melalui perundingan dan izin dari kaisar Han, tercapai keseimbangan yang rumit: Desa Miao Hitam diperbolehkan tetap ada dengan populasi tidak melebihi 3.000 jiwa. Desa-desa dalam radius puluhan li boleh disediakan untuk mereka, namun penduduknya tidak akan ditambah.
Kecenderungan besar selalu kejam. Demikain kepentingan mayoritas, minoritas kerap dikorbankan. Apalagi dalam radius puluhan li hanya ada belasan desa. Desa Miao Hitam tak mau berkompromi, namun bagi arus besar ini tak berarti apa-apa. Maka kesepakatan pun terjalin.
Setelah itu, pendeta besar itu kembali ke Desa Miao Putih. Dengan cemas ia berkata pada dukun besar dan ahli ilmu santet di sana: "Desa Miao Hitam tetap seperti tumor ganas dalam arus zaman. Jika menyebar, akibatnya tak terkira."
Ia meminta empat desa ini menjaga kerja sama erat dengan orang Han - atau lebih tepatnya, dengan kekuatan yang menguasai arus zaman, siapapun itu!
Selain itu, ia meminta empat desa ini memantau segala aktivitas Desa Miao Hitam, menjaga hubungan erat bahkan melalui pernikahan sekalipun.
Mendengar ini, hatiku tak nyaman. Apakah Ru Xue hanya bidak dalam pernikahan politik?
