“Jangan lihat, siapa yang akan merasa nyaman melihat ini?” Bahuku tiba-tiba ditepuk seseorang, membuat keringat dinginku mengucur. Setelah menengok, ternyata Gao Ning, aku langsung lega. Aku benar-benar takut kalau ada siluman ngengat yang bangkit dan menepuk bahuku.
Dari penuturan Guruku, transformasi binatang jadi siluman memang langka, tapi bukan tidak ada. Paling tidak ia tidak menyangkal secara gamblang. Dengan begitu banyak Ngengat Darah di sini, kalau sampai bertransformasi jadi siluman...
Kali ini bukan hanya punggungku yang merinding, seluruh tubuhku juga merinding. Menuruti Gao Ning, aku segera berpaling tidak lagi melihat.
Hanya pada saat itu, aku merasa heran, mengapa Ngengat Darah ini juga memiliki fluoresensi samar? Aku memikirkan banyak hal—tumbuhan ungu itu berpendar, salep berbau busuk yang dioleskan Gao Ning tadi juga berpendar...
Tapi saat ini, Gao Ning sudah berjalan mendahului, dan aku pun harus segera menyusulnya.
Baru pada saat inilah aku menyadari di mana aku berada—sebuah terowongan bawah tanah dengan tinggi tidak lebih dari 2 meter, sangat sempit hanya bisa dilalui dua orang berdampingan.
Terowongan gelap itu, kecuali bagian atap yang dilapisi semen, seluruh dindingnya masih memperlihatkan warna tanah asli. Kulihat lubang penyangga obor di dinding terowongan, hanya saja obornya sudah tidak ada.
Gao Ning tidak membohongiku, jalan ini mungkin benar-benar jalur yang sudah ditinggalkan—eh, setengah ditinggalkan.
Seperti gua itu, terowongan ini tidak terasa pengap. Tapi entah di mana lubang ventilasinya, aku tidak tahu. Aku menyusul Gao Ning dengan langkah cepat dan bertanya, "Apa ada bahaya di terowongan ini?"
Gao Ning berjalan cepat sambil berkata, "Bahayanya ada di sana." Sambil bicara, tangannya menunjuk ke atas kepala kami.
Mungkinkah ada sesuatu di atas? Seketika kulit kepalaku merinding. Dengan gemetar ketakutan, kuangkat pandangan—tapi atap semen itu tetap kosong, tidak ada apa-apa, bahkan seekor Ngengat Darah kecil pun tidak terlihat.
Gao Ning menarik lenganku sambil berkata: "Cepatlah, hari ini kita mengambil risiko datang ke sini hanya agar kau mengenal lingkungan, nanti bisa membantu aku. Kalau waktunya molor dan operasi ini ketahuan, bahaya!"
Aku melihat jam, waktu masih cukup. Kita membutuhkan hampir satu jam untuk turun, sekarang baru lewat sedikit dari pukul 5 subuh. Tapi memikirkan konsekuensi kalau ketahuan, langkahku pun dipercepat.
Tapi ini tidak menghalangiku bertanya pada Gao Ning: "Apa yang ada di atas kepala kita?"
Gao Ning menjawab singkat: "Ada roh, jenis ilmu santet yang sangat kuat, Anjing Roh. Dengan metode khusus mereka dikurung di langit-langit terowongan ini. Ada lebih dari 10 Anjing Roh di atas. Meski tidak dirawat seperti Benming Gu, jangan meremehkan kekuatannya."
Roh? Itukah hal yang waktu itu Xue tidak sempat jelaskan! Aku tidak tahu apa itu Anjing Roh, tapi melihat ekspresi serius Gao Ning, pasti sangat berbahaya.
Tapi saat itu mana kusadari, ilmu santet ini sudah menyentuh ranah ilmu sihir kuno, benar-benar mengandung racun yin yang mengerikan, konsekuensinya benar-benar menakutkan...
"Kenapa harus menyembunyikan Anjing Roh di atas? Tidak bisa di dalam terowongan saja?" Aku dan Gao Ning hampir berlari kecil, sampai napasku tersengal-sengal saat bertanya. Dasar, efek samping kehilangan darah terlalu parah, tidak tahu sampai kapan bisa pulih.
“Kau tahu di mana kita? Kita berada di bawah tanah, di antara dua gunung. Jarak kita dari permukaan tanah hanya dua tiga meter.” Gao Ning terengah-engah lebih parah dariku, tapi ucapannya membuat hatiku berdesir.
Kalau jaraknya cuma dua tiga meter, bukankah aku bisa kabur dengan menggali ke atas? Seketika aku paham, kenapa orang Miao menyembunyikan 10 Anjing Roh di atas? Pasti untuk mencegah situasi seperti ini. Tapi bukannya yang masuk terowongan rahasia ini hanya orang kepercayaan Desa Miao Hitam?
Seolah membaca pikiranku, Gao Ning berkata: "Jalan ini bukan hanya untuk orang Desa Miao Hitam. Dulu digunakan untuk mengawal orang-orang khusus masuk. Ini antisipasi jika tiba-tiba mereka nekat kabur. Juga takut ada yang menggali dari atas, mengerti?"
Ternyata begitu!
“Lalu kenapa disimpan 10 Anjing Roh di sini kalau terowongan ini akhirnya ditinggalkan?” Pertanyaan ini terus mengganggu pikiranku.
Gao Ning terdiam sejenak sebelum menjelaskan: “Pertama, terowongan ini terlalu sederhana dan berbahaya seperti yang kau lihat. Kedua, jalur ini hanya menuju satu tempat yang sekarang membutuhkan waktu tertentu. Ada jalur baru yang bisa mencapai lokasi terowongan ini, jadi sementara tidak digunakan. Sebenarnya, karena ada sarang Ngengat Darah dan Anjing Roh yang tidak bisa dipindahkan, orang Desa Miao Hitam jadi enggan meninggalkannya.”
Ucapan Gao Ning samar-samar, tentang bagaimana "tempat itu butuh waktu tertentu", mana mungkin orang normal bisa paham omongan macam ini? Tapi dia jelas enggan menjelaskan, jadi aku pun tak bertanya. Yang perlu kumengerti adalah terowongan ini seperti tulang ayam bagi warga Heiyan Miao—dibuang sayang, dipertahankan percuma.
Bersama Gao Ning, kami melesat cepat di terowongan ini. Waktu berlahan tapi pasti. Kulihat jam, sudah hampir 40 menit kami berjalan di sini, tapi ujungnya belum juga tampak.
Setelah sekitar 5 menit lagi, tiba-tiba mataku silau. Terowongan panjang ini akhirnya berakhir. Yang membuatku terkesima adalah sebuah ruang kecil dengan obor menyala di sekelilingnya.
Obor? Apa ada orang di sini? Aku ragu di mulut terowongan, takut masuk. Kalau ketahuan bisa bahaya. Di tengah ruangan ada semacam altar—siapa tahu ada orang bersembunyi?
Tapi Gao Ning tak peduli. Dengan santai dia melangkah ke altar, lalu duduk sambil terengah-engah. Rupanya tak ada orang. Aku pun ikut duduk di sampingnya. "Kalau gak ada orang, obor ini nyala sendiri gimana ceritanya?"
Gao Ning melirik jamnya. "Waktu masih cukup, belum pukul enam. Nanti kalau sudah masuk, apapun yang kau lihat harus tetap tenang, paham?"
Kuusap keringat di dahiku. "Koq bisa ada obor di sini?"
"Ya iya ada. Tempat ini sering dikunjungi orang. Kau gak liat itu?" Gao Ning menunjuk ke suatu sudut.
Aku mengikuti arah yang ditunjuk jarinya. Ternyata di sudut diagonal altar, ada pintu batu kecil. Disebut pintu, tapi hanya rangka batu dengan ukiran totem yang tak kumengerti maknanya. Karena posisi diagonal itu hampir merupakan blind spot visual, tadi aku tidak menyadarinya.
"Itu jalan masuk baru ke sini! Saat kita berlari di bagian belakang tadi, tidakkah kau merasa kelelahan? Karena tanjakan itu sedikit menanjak ke atas, sengaja dibuat untuk mengelabui orang agar mengira masih di bawah tanah. Sebenarnya kita sudah berada di dalam perut gunung lain, tempat yang krusial. Adanya obor di sini sangat wajar." Gao Ning menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang tak beraturan, tapi aku mengerti maksudnya.
Maksudnya, tempat ini sudah bukan terowongan terbengkalai lagi, melainkan lokasi krusial. Adanya obor sangat normal, dan lokasi krusial ini berada di dalam perut gunung.
Setelah beristirahat sekitar 5 menit, Gao Ning bangkit dan menarikku hendak menuju altar. Di ruang kecil ini, altar menempati hampir seluruh ruang. Untuk menuju sisi seberang, harus melewati altar.
Jantungku berdebar kencang. Kutatap erat Gao Ning dan berkata, "Kalau ini tempat krusial, bukankah dengan keluar begitu kau hanya menunggu ketahuan?"
Gao Ning awalnya memandangku heran, tak mengerti mengapa kutahannya. Setelah mendengar alasanku, tiba-tiba ia tertawa dengan cara yang menyeramkan, lalu meyakinkanku dengan kata-kata penuh keyakinan: "Saudara, tenang saja. Hari ini pasti tak akan ada satu orang pun yang datang ke sini. Sama sekali tidak ada!"
Aku belum sempat bereaksi, tapi dia langsung menarikku sambil berbisik misterius: "Percayalah, hanya ada tiga hari seperti ini dalam sebulan. Hari ini salah satunya. Tenang saja, ikut aku naik."
Naik? Mau ke mana lagi? Aku seperti orang bodoh mengikuti Gao Ning, melewati altar, sampai di sisi lain. Baru kusadari di balik altar ada lorong megah dengan bingkai pintu dan tangga batu hijau yang miring ke atas. Jauh lebih mewah dibanding jalan tanah biasa yang kami lalui tadi. Entah ini menuju ke mana?
