Masalah ini tak bisa dihindari. Setiap manusia pasti khawatir. Menghadapi pertanyaan ini, wajah Guruku sama sekali tak berubah. Malah ia mendesah dingin dan berseru lantang: "Yang bersalah harus menerima hukuman. Ini prinsip universal yang tak berubah sejak zaman kuno. Bukankah banyak orang dari desa kalian yang pergi mengelabui orang demi uang? Aku tegaskan: Semua penipu dari desa ini yang ada di luar sudah ditangkap. Bagi yang pernah menipu dan sudah kembali ke desa, hukuman tetap menanti. Tapi karena ini tidak menyangkut nyawa manusia, maka hukuman mati tidak berlaku. Namun hukuman penjara tak terelakkan. Putuskanlah sendiri!"
Selama bukan hukuman mati, masuk penjara masih memberi harapan. Negara memiliki banyak penjara khusus tersembunyi untuk narapidana spesial. Kemungkinan besar penduduk desa ini akan ditahan di tempat-tempat seperti itu, mengingat terlalu banyak rahasia terlibat.
Hanya orang-orang di luar yang sudah ditangkap, aku teringat kejadian beberapa tahun lalu, A Bo yang tatapan matanya garang seperti serigala itu ternyata juga ditangkap?
Saat itu, orang-orang Desa Miao Heiyan masih melakukan pemungutan suara yang disebut mengangkat tangan, aku tak bisa menahan diri bertanya pelan pada Guruku: "A Bo itu, Guru, A Bo yang pernah kulihat terlibat jebakan penipuan itu juga ditangkap?"
Guruku menatapku sejenak, geleng-geleng kepala berkata: "Karena menyangkut dirimu, aku sengaja memeriksa kasusnya. Orang ini tidak ditangkap, melainkan dua tahun lalu sudah bunuh diri. Waktu itu, dia kebetulan terkepung di sebuah penginapan kecil, tanpa ragu langsung bunuh diri. Sungguh keras kepala!"
Dia mati? Aku dan orang itu hanya kebetulan bertemu sepintas, tapi tak menyangka pemuda bertatapan serigala itu bisa se-ekstrem itu.
Guruku melanjutkan: "Leluhurnya, aku juga tidak jelas generasi keberapa, intinya ada satu orang yang termasuk siluman tua. Kekakuan hatinya itu memang ada alasannya."
Ternyata dia keturunan siluman tua? Aku benar-benar tak menyangka, tapi tetap tak tanya: "Waktu itu kan masih fase menahan diri, pantaskah menangkap orang-orang mereka?"
"Kalau tidak ketahuan, mungkin masih bisa diabaikan. Tapi karena sudah terbongkar, tentu harus ditindak. Perjanjian waktu itu memang mengharuskan orang Desa Miao Heiyan tinggal di wilayah terpencil. Kalau mereka keluar menipu orang dan ketahuan, kami berhak menangkap. Mereka pun tak bisa protes. Kau nanti harus hati-hati jangan sampai diawasi siluman tua. Meskipun desa ini terisolir, sukar berhubungan dengan anggota suku yang keluar, tapi karena mereka kerja sama dengan organisasi itu, kalau ditanya pasti bisa dapat informasi. Apalagi kali ini, semua siluman tua itu seharusnya sudah 'bangkit'." Guruku berbisik padaku.
Aku terdiam. Nasibku memang penuh liku. Peristiwa yang sudah begitu lama pun bisa menjadi penyebab bagiku. Rupanya takdir memang tak main-main denganku, ia serius bermain denganku.
Saat kami berbincang, orang-orang desa itu sudah membuat keputusan. Lie Zhou berteriak ke arah guruku: "Guru Jiang, kami sudah memutuskan. Aku akan membawa orang desa pergi. Harap Guru menepati janji untuk menjaga warisan budaya orang Miao hitam kami."
Guru Jiang berkata tenang: "Pergilah. Warisan Miao Hitam tak akan punah. Kalian tak akan dihancurkan. Selama kalian tinggal dengan damai di tanah Tiongkok ini, dan tak punya pikiran macam-macam lagi, semuanya tak jadi masalah."
Lie Zhou langsung bertindak. Ia memberi hormat dengan cara khas orang Miao, lalu membawa sukunya pergi. Pasukan membuka jalan untuk kerumunan orang yang berjalan bergerombol itu. Aku berdiri di pinggir jalan, lega karena pertumpahan darah yang semula mengancam tiba-tiba bisa dihindari. Semuanya terasa tidak nyata.
"Saat Bu Zhou melewati aku, dia berhenti. Dia berkata padaku: 'Sekarang aku akan tinggal dekat Ruxue. Aku tidak pernah melakukan kejahatan! Tapi aku memutuskan tidak membencimu lagi, toh tadi kau juga tidak membalas dendam. Aku akan bersaing secara adil denganmu untuk Ruxue.'"
Setelah bicara, dia langsung pergi. Lebih baik begitu, aku juga bingung bagaimana harus menjawab. Lagi pula hubunganku dengan Ruxue bukan urusan orang lain. Tapi orang seperti Bu Zhou, mungkin ini bentuk kebahagiaannya sendiri. Setidaknya dia bisa bebas mencintai Ruxue. Meski akhirnya tidak mendapatkan, masih lebih baik daripada aku yang memutuskan perasaan sendiri dengan paksa.
"Lie Zhou, pengkhianat! Kau akan membayar mahal!" Tiba-tiba suara itu bergema dari lereng gunung, terdengar menusuk di tengah keheningan.
Kerumunan orang berhenti. Lie Zhou juga diam. Aku menoleh dan melihat beberapa orang turun dari gunung, berdiri tak jauh dari kaki gunung sambil memaki-maki Lie Zhou dengan keras.
Lie Zhou maju ke depan, membalas teriak: "Kalian yang selama ini merasa superior, hampir memusnahkan klan Hei Yan kami! Apa salahnya Lie Zhou membawa rakyatku pergi? Kami tak mau lagi jadi pion kalian. Kami pergi!"
Usai bicara, Lie Zhou memimpin rakyatnya pergi tanpa menoleh. Beberapa orang itu tak berani turun, hanya terus memaki dari lereng. Dadaku sesak. Melihat mereka, aku meneriakkan: "Pergi ke gunung sana! Nanti kami juga akan naik. Mau mati kok buru-buru?"
Guruku memandangku dengan penuh apresiasi, jelas orang-orang yang berisik di sekitar ini bukanlah hal yang menyenangkan.
Dengan jumlah personel kami yang lebih banyak, menghadapi ucapan tegasku, beberapa orang itu tak berani membantah. Mereka hanya melempar ancaman, "Kalian tunggu saja!" sebelum lari terbirit-birit seperti kelinci yang ketakutan.
Memandangi mereka, tak ada niatku untuk mengejek. Perjalanan sejauh ini hanyalah 'hidangan pembuka'. Aku sadar pertempuran sesungguhnya akan terjadi setelah mendaki gunung.
Di kejauhan, warga Desa Miao Heiyan telah pergi. Dengan kepergian mereka, segala permusuhan telah sirna. Sekalipun Lie Zhou pernah mengepung Yueyan Miao Zhai, saat ini tak ada yang akan mempermasalahkannya lagi.
Bagaimanapun, ini adalah konflik antara dua faksi berbeda. Lie Zhou tetap berada di bawah kendali siluman-siluman tua itu, mustahil baginya bertindak sebaliknya.
Negara pun tak pernah berniat kejam untuk memusnahkan seluruh klan. Memberi celah kehidupan adalah prinsip Dewata sejak dulu, juga ajaran nenek moyang. Mustahil pemimpin negara tak memahami prinsip universal ini.
Permusuhan di sini telah berakhir, tapi pertempuran besar di sana akan segera dimulai. Melirik puncak gunung, aku masih tak bisa menahan desiran kegelisahan di hati.
Di sisi ini, Paman Chen sudah mulai membagikan pil. Ini adalah sejenis pil Taoisme yang berfungsi sebagai stimulan ringan. Tentu tidak sekuat pil yang kuminum hari itu, tapi juga bukan narkoba. Pil ini murni terbuat dari ramuan obat tradisional Tionghoa dengan formula yang telah dinetralisir sebagian. Hanya saja resepnya rumit dengan beberapa bahan langka, sehingga tidak bisa diproduksi massal. Tapi di momen genting ini, penggunaannya sangat diperlukan.
Bagaimanapun, semua orang telah berjuang semalaman dan harus menghadapi pertempuran besar selanjutnya. Pasukan yang kelelahan bagaimana bisa bertempur dengan baik?
Tentu ada jatah pil untukku. Kuambil dan langsung kuminum tanpa ragu. Butuh waktu untuk efeknya muncul, jelas tidak bisa dibandingkan dengan pil yang kuminum dulu.
Pasukan diperintahkan Guruku untuk tetap di sini. Beliau memerintahkan komandan untuk mengepung gunung ini dengan ketat. Siapapun selain anggota kita yang mencoba turun, harus dieksekusi di tempat!
Menghadapi keputusan Guruku, sang komandan langsung bertindak tanpa ragu-ragu. Pertempuran selanjutnya mungkin bukan wilayah pasukan khusus biasa ini. Guruku pernah berkata sesuatu yang belum sepenuhnya kupahami:
"Ada aturan tak tertulis dalam pertempuran level tertentu. Campur tangan pasukan biasa sangat dilarang. Melanggar aturan ini berarti mengundang amuk semua kekuatan tersembunyi di Tiongkok!"
Tentang kekuatan tersembunyi ini, aku tahu maksudnya adalah orang-orang dengan warisan khusus seperti aku dan guruku.
"Aturan apa sebenarnya itu?" Aku sama sekali tidak tahu, tapi aku pernah tidak sengaja mendengar Paman Li membicarakan sedikit di kantornya, sepertinya beberapa orang penting yang menetapkan aturan ini, namun detailnya tidak terlalu kuketahui.
Dalam ucapan Guruku, seolah-olah termasuk organisasi itu pun tidak boleh melanggar aturan, termasuk beberapa keputusan negara juga harus tunduk pada aturan. Seperti kasus Desa Miao Heiyan ini, baru bisa ditingkatkan tindakannya setelah operasi kami gagal.
Setelah mengatur semuanya, Guruku mengumpulkan pasukan, baru kemudian berkata: "Ayo, naik ke gunung."
Semua orang mengikuti dengan diam. Apa yang akan dihadapi nanti, hidup atau mati, tidak ada yang tahu. Tapi sejak bergabung dengan departemen ini, harus menghadapi banyak bahaya tak terduga - ini adalah kesadaran setiap orang yang mendaki gunung.
Aku menunggang kuda di samping Guruku, tak kuasa berkata: "Guru, kau benar-benar hebat. Hanya dengan beberapa kalimat saja bisa menghindari pertempuran. Bagaimana kau memperhitungkan Lie Zhou akan menyerah?"
"Aku hebat?" Guruku menggelengkan kepala menyangkal, "Yang hebat bukanlah aku, melainkan nenek moyang kita. Setelah pertempuran besar dengan Desa Miao Heiyan dulu, nenek moyang telah merencanakan strategi ratusan tahun ke depan. Aku hanya kebetulan memetik buah dari rencana itu."
Aku membeku, rencana yang dimulai ratusan tahun lalu?
