Perkataan Guruku bagai bom yang meledak di dalam gua. Begitu ucapannya berakhir, sembilan orang lain yang tadinya duduk tenang di atas tikar jerami serentak bangkit, memandangi Guruku dengan sorot mata penuh ancaman.
"Jika mau bertarung, bertarunglah." Guruku menghela napas, hanya mengucapkan empat kata ini yang maknanya sangat jelas.
Siluman tua tanpa bulu itu menggelengkan kepala, berkata pada Guruku: "Kami tidak akan melawanmu, pasti ada yang akan melawanmu. Karena kau bersikeras ingin bertarung sampai akhir, kami juga punya alasan untuk saling menghancurkan. Orang Miao hitam tidak boleh dihinakan!"
"Di tanah Tiongkok kami, banyak suku Miao hidup damai tanpa gangguan. Yang menghinakan kalian justru diri sendiri. Memakai nyawa orang lain untuk memperpanjang umur, demi keabadian rela mengorbankan nyawa keturunan sendiri. Kau tidak pantas bicara tentang bangsa." Demikian jawab Guruku.
Siluman tua itu sama sekali tidak menghiraukan Guruku, malah membelai perutnya sendiri sambil berkata pada Guruku: "Pemenang jadi raja, yang kalah jadi penjahat. Diri baruku akan segera lahir. Aku akan meraih keabadian melalui kelahiran kembali. Saat itu, bukan hanya orang Miao, kalian orang Han, bahkan seluruh umat manusia di dunia ini akan bersujud di kaki Suku Miao Hitam-ku, memohon agar kubawa mereka ke dunia baru. Batu sandungan seperti kalian ini, kebencian seluruh umat manusia lah yang akan menyambutmu nanti."
Guruku menatap perut siluman tua itu dengan raut wajah aneh, akhirnya menggelengkan kepala dan berbisik: "Kau takkan pernah punya kehidupan baru. Kau hanya pion menyedihkan yang membuka jalan bagi kehidupan lain."
Siluman tua itu mendengus keras, lalu berbalik pergi bersama enam siluman tua lainnya. Sebelum pergi, dia berkata sesuatu dalam Bahasa Miao kepada enam orang itu yang langsung mengangguk khidmat.
Nenek Ling Qing tentu paham perkataan siluman itu. Ia berkata: "Lichun, kita harus halangi mereka! Siluman tua itu menyuruh enam orang lainnya mengorbankan diri untuk sepenuhnya membangunkan Ulat Setan. Katanya dia akan memikul misi Hei Yan dan menghidupkan kembali kejayaan Hei Yan."
Tapi Guruku malah menggeleng, membiarkan mereka pergi. Dia justru berkata pada pria tua berbaju gaya Tang itu: "Wu Liyu, untuk apa organisasimu mengambil risiko membantu siluman ini? Keuntungan apa yang dijanjikan makhluk tua ini sampai kau rela bertarung untuknya?"
Saat itu, aku baru menyadari bahwa kami tidak mungkin mengejar para siluman tua itu. Karena pria bernama Wu Liyu ini telah menghadang kami bersama dua orang lainnya membentuk formasi segitiga. Sekalipun kami nekat mengejar, para siluman tua pasti akan membantu menghalangi sehingga mereka bisa kabur dengan mudah. Percuma saja kami mengejar.
Satu-satunya cara adalah mengalahkan ketiga orang di hadapan kami.
Wu Liyu, rupanya dialah Wu Liyu. Guruku pernah sekali menyebut namanya, sepertinya dia adalah anggota tingkat tinggi organisasi itu. Artinya ketiga orang ini semuanya berasal dari organisasi tersebut.
Menghadapi pertanyaan guruku, Wu Liyu tersenyum getir lalu berkata: "Seperti katamu, ini memang kubangan keruh yang sangat besar. Bukankah keputusan pimpinan tertinggi departemenmu untuk membereskan Desa Miao Heiyan sudah mewakili kehendak negara? Kalau bukan karena organisasi kami masih punya pengaruh, mungkin kami pun tidak akan mampu ikut campur dalam masalah ini. Meski begitu, kami tidak berani mengerahkan semua kekuatan. Hanya orang tua lemah seperti saya yang berani turun tangan."
"Aku tidak datang untuk mendengar omong kosong. Organisasimu tidak akan bertindak tanpa imbalan. Keuntungan apa yang dijanjikan padamu?" Guruku sama sekali tidak berniat menghindari topik ini.
"Hanya seekor larva setengah dewasa yang diambil dari perut siluman tua, plus metode pengembangbiakan dan pengendalian cacing ini. Apa, kau juga tertarik?" Wu Liyu tertawa ringan, menjawab pertanyaan guruku dengan santai.
"Melihat Wu Liyu yang sedang asyik bercanda, aku merasa orang ini memang sangat elegan dan karismatik. Dari namanya 'Li' yang seangkatan dengan guruku, tapi kenapa perbedaan antar manusia bisa begitu besar ya?"
Di tengah momen genting nan serius ini, pikiranku malah melayang. Terus teringat wajah Guruku yang jorok, suka numpang makan, dan jongkok di pinggir jalan ngamatin cewek.
Tapi sementara aku melamun, ekspresi Guruku berubah. Tiba-tiba dia melontarkan pertanyaan yang tidak ada hubungannya sama sekali: "Makam Hantu Kelaparan itu ulah atasanmu ya?"
"Atasan apa? Kau seharusnya memanggilnya Paman seperguruan! Meski berbeda prinsip, aku selalu menyebut gurumu sebagai Paman Li. Soal Makam Hantu Kelaparan itu, waktu itu guruku sedang mencari gurumu ke Sichuan. Dia menemukan makam seorang Dàwū yang ingin menjadi dewa. Setelah menyelidiki, ternyata itu adalah Tanah Berkumpulnya Yin yang bagus, plus ada seekor Naga Lilin yang masih hidup. Uniknya, ada juga zombie yang belum bangkit. Jadi... Singkatnya, guruku mungkin sudah lupa dengan makam itu. Tapi rupanya kau yang menghancurkannya. Sepertinya kesalahpahaman Paman Li terhadap guruku sudah menurun ke generasi murid." Wu Liyu menghela napas penuh penyesalan.
Namun hatiku berdegup kencang. Ini jelas merupakan rahasia besar bagiku. Selama ini kukira aliran kita hanya memiliki beberapa anggota. Bahkan Guru leluhurku yang legendaris itu selalu hidup menyendiri. Bagaimana mungkin muncul anggota seperguruan? Bahkan hubungan mereka tampak tidak harmonis. Mataku melotot menyimak baik-baik, tak ingin melewatkan satu kata pun. Guruku selalu melindungiku dengan sangat baik, atau mungkin dia sengaja tidak ingin aku terlibat dalam konflik-konflik ini.
Menanggapi perkataan Wu Liyu, Guruku hanya berkata dengan nada merendahkan: "Kau tak perlu memanggil guruku sebagai Paman seperguruan. Guruku tak pernah mengakui kalian, apalagi mengakui seniormu sebagai adik seperguruannya! Saat aku masih muda, dulu pernah bertemu 10 orang saudara seperguruanmu. Tak kusangka kalian membentuk organisasi gila itu. Kalau bukan karena Makam Hantu Kelaparan, takkan kutelusuri identitas kalian yang sebenarnya. Berhentilah! Jalan pencerahan tidak ditempuh dengan cara seperti ini."
Wu Liyu tak marai mendengar ucapan kasar Guruku. Kemampuan mengendalikan dirinya sangat baik. Dia hanya membuat ekspresi sedih: "Guruku selalu menghargai ikatan persaudaraan dengan Paman Li. Tapi kalian..."
"Cukup omong kosong. Ayo kita bertarung!" Guruku mengerutkan alis tak sabar. Sikapnya telah memperjelas bahwa dia sama sekali tidak menyukai anggota aliran Wu Liyu, apalagi ingin menjalin hubungan dengan mereka.
"Tapi si Wu Liyu ini cerewet sekali," menghadapi tuntutan Guruku untuk bertindak, dia hanya berkata, "Kakak Lichun, muridmu ini bagus. Katanya saat menggunakan ilmu Zhongmao, dia bahkan bisa memanggil penampakan Paman Li. Aliran kalian, terutama cabang 'Gunung', kondisinya kurang baik. Lebih baik serahkan muridmu padaku untuk kudidik, pasti kuperlakukan seperti anak sendiri."
Guruku tiba-tiba tersenyum, lalu berkata padaku: "Cheng Yi, kau mencium bau apa tidak?"
Selama masa-masa di Pondok Bambu, kami berdua sudah terbiasa saling menggoda. Soal 'kebusukan' mulut, ilmu sejati Hui Dàye dan Guruku sudah turun padaku. Mendengar pertanyaannya, aku langsung paham maksudnya. Segera kukerutkan kening: "Ada! Bau sekali, Guru. Ada yang kentut di tempat pengap begini. Gimana dong?"
Guruku melirik ke arah Wu Liyu: "Gimana lagi? Pukul saja dia!"
"Yah, hajar saja!" jawabku sambil tersenyum pada Guruku.
Wu Liyu yang semula tampak anggun, mendengar percakapan 'jorok' kami akhirnya tak tahan: "Sebagai penganut Taoisme, kalian malah menyamakan diri dengan warga biasa! Mana sikap elegan seorang Taois? Hari ini aku akan memberi pelajaran atas nama Paman Li!"
Dasar! Sok suci sekali. Masih berani menyebut-nyebut guru leluhurku. Wu Liyu ini benar-benar munafik, selalu ingin tampak paling benar.
Tapi Guruku semakin jahat dengan kata-katanya, berteriak: "Hei? Kapan seekor anjing jahat bisa mewakili guruku? Kenapa guruku bilang kalau melihat gerombolan anjing, jangan banyak bicara, langsung serang? Lihatlah, aku tidak menuruti kata guru, malah ngobrol dengan anjing, akhirnya digigit kan?"
Wu Liyu wajahnya pucat marah mendengar ucapan guruku, menarik napas dalam-dalam lalu berkata: "Jiang Lichun, hari ini lawanmu adalah aku, jangan sampai kau ketakutan. Wei Yi, Wei Er, orang-orang ini cuma kumpulan sampah yang sudah lemah, pilih beberapa orang sebagai lawan. Jangan mempermalukan organisasi kita."
Wei Yi, Wei Er, nama yang sangat aneh. Aku penasaran melihat dua pria berjas ini. Di hati aku khawatir, Guruku terluka sumber energinya, Biksu Hui juga sudah banyak menguras tenaga dalamnya. Belum lagi luka yang dideritanya beberapa tahun lalu. Dari nada bicara Wu Liyu, sepertinya Wei Yi dan Wei Er ini cukup kuat.
Bisakah kami memenangkan pertarungan ini?
