Lembaran cendana mulai terbakar, mengeluarkan asap kehijauan yang mengepul. Ini adalah Qi Nan berharga peninggalan guru leluhur. Setelah meneliti, aku tahu ini adalah Green Qi - tingkat tertinggi dalam varian Qi Nan. Ditambah perawatan spiritual guru leluhur selama bertahun-tahun, nilainya sudah tak ternilai. Tapi di tempat ini, aku dengan "boros" membakar separuhnya.
Asap cendana selalu memiliki efek memfokuskan pikiran. Jiwa yang tenggelam dalam aromanya bisa menolak segala gangguan luar. Selama ini memang obat penenang terbaik. Makanya, Qi Nan ini juga ampuh untuk penyakit jantung, bisa cepat menstabilkan detak.
Aku pribadi tak bisa sepenuhnya menolak gangguan Wu Liyu. Hanya bisa mengandalkan kekuatan Qi Nan ini. Cendana ini mengandung perawatan spiritual guru leluhurku, menyimpan konsep Tao-nya, sehingga efeknya lebih dahsyat.
Saat aku mengolah Qi Nan, Wu Liyu juga tidak tinggal diam, malah mulai menyusun formasi sederhana. Waktu bertapaku masih singkat, tak bisa dibandingkan dengan generasi tua yang hampir seumur hidup berlatih. Pengetahuanku pun terbatas, aku sama sekali tidak tahu formasi apa yang dia susun.
Tapi tak masalah. Biarlah kau dengan segala trikmu, aku akan menghancurkannya dengan kekuatan murni.
Dalam aroma hio yang menenangkan ini, aku memulai lagi ilmu Zhongmao. Wu Liyu tentu tahu khasiat cendana, tapi mana mungkin dia membiarkanku menyelesaikan ritual dengan mudah. Apalagi dia tidak mengenal asal-usul cendana yang kukeluarkan ini.
Gangguan kembali datang. Namun kali ini, dengan bantuan asap kehijauan dari hio yang membantu memfokuskan pikiran dan menenangkan hati, aku berhasil merasakan kekuatan itu. Asal bisa merasakannya, memanggil kekuatan itu adalah hal yang mudah.
Gangguan Wu Liyu semakin kuat. Kami seperti tarik tambang, akhirnya aku menang meski tidak mudah. Memaksa Konsentrasi Pikiran bukanlah hal yang menyenangkan, ini memberi tekanan besar pada otak.
Saat merasakan kekuatan familiar menyebar di tubuh, kubuka mataku. Reaksi pertama justru memuntahkan cairan pahit. Tekanan pada otak yang terlalu besar pasti menimbulkan reaksi fisik.
Melihat penampilanku seperti ini, Wu Liyu menunjukkan raut wajah puas, sementara Guruku akhirnya tidak tahan dan mendekat dengan khawatir bertanya, "Cheng Yi, jangan memaksakan diri lagi. Kalau perlu..."
Aku menggelengkan tangan, lalu memberikan tatapan menenangkan kepada Guruku. Kesadaranku perlahan memudar digantikan oleh kesadaran kuat yang menguasai tubuhku. Sebenarnya ilmu Zhongmao yang kugunakan ini belum bisa disebut versi sempurna, karena aku sendiri tak mampu mengendalikan kekuatan itu. Pada dasarnya hanya menyaksikan Guru leluhur menggunakan tubuhku untuk 'berakting'. Baru ketika aku bisa menguasai kekuatan dan kehendak ini, barulah ilmu Zhongmao yang mendekati tingkat Shangmao ini bisa dianggap lengkap.
Kehendakku terlempar ke pinggiran, sementara versiku yang menjelma sebagai Guru leluhur pertama-tama mengusap sudut mulut, lalu berkata dengan nada mengejek diri sendiri, "Benar-benar kegagalan!"
Wu Liyu di seberang tidak menyadari bahwa ilmu Zhongmao-ku telah berhasil. Ia masih terus berteriak histeris. Meski kesadaranku berada dalam kondisi sampingan, aku sangat paham niat jahat Wu Liyu. Melihatku muntah, ia menilai ritualku terputus dan kesadaranku belum pulih sepenuhnya. Jika terus berteriak seperti ini, aku akan dihancurkan menjadi idiot.
Ritual spiritual tidak mudah membuat pikiran melepaskan diri dari Konsentrasi Pikiran dan kembali jernih. Sekadar mengucapkan kata "kegagalan" di tengah proses paling hanya menunjukkan pemulihan kesadaran sebagian. Menyadari ini, Wu Liyu justru semakin gencar berteriak.
"Sifat orang ini benar-benar kejam!" Dalam hati, aku merendahkan karakter orang itu. Perasaan yang sama juga kualami terhadap guruku. Jelas-jelas kulihat ekspresi meremehkan di wajahnya. Saat ini, guruku sepenuhnya menyadari bahwa aku telah berhasil.
"Bising sekali, kau tutup mulut!" Watak guru leluhurku memang dikenal bebas dan tak terikat konvensi. Sesuai dengan sedikit kehendak yang ditunjukkan guru leluhur, performaku pun mencerminkan sifat itu.
Tapi siapakah guru leluhur ini? Apakah perkataannya sembarangan? Kalimat ini saat diucapkan telah mengandung teknik teriakan yang sangat sempurna. Bagaimana mungkin Wu Liyu bisa menandingi guru leluhur? Saat teknik teriakan guru leluhur meluncur, Wu Liyu terpaksa 'menelan' kata-kata yang hendak diteriakannya. Teknik teriakan ini seharusnya membutuhkan sirkulasi energi. Dipaksa menahan seperti ini sama dengan mengganggu aliran energi. Wu Liyu seketika memuntahkan darah dari mulutnya.
Perubahan situasi ini membuat wajah Wu Liyu menunjukkan kemarahan terkejut. Tapi sebagai orang yang berpikiran sangat dalam, dia segera menguasai diri. Dengan nada datar dia berkata, "Kau berhasil, benar-benar melawan takdir! Hanya saja masih jauh dari sempurna. Seandainya teknik ini bisa menunjukkan separuh kekuatan Paman Li, pasti aku akan pingsan sebanyak dan kau bisa menghajarku."
Meski berbicara, tangannya tak berhenti bergerak. Sebelumnya dia telah menyiapkan formasi sederhana. Kini tangannya semakin gesit menyempurnakan formasi tersebut.
Sementara itu, aku yang menghadapi ucapan 'serangan' sengaja Wu Liyu hanya tak sabar mengorek telinga, lalu merogoh cambuk debu dari pinggang, membelai pegangan cambuk itu pelan-pelan sambil berbisik: "Sungguh familiar!"
Aku tak bisa melihat ekspresi dan raut wajahku sendiri, tapi dari wajah Guruku terlihat kegembiraan. Meski kehendakku dalam posisi lemah, aku bisa merasakan perasaan diri yang saat itu: suka cita dan kerinduan samar. Pengalaman ini benar-benar ajaib.
Perasaan seperti itu hanya muncul sejenak, lalu diriku kembali ke keadaan tanpa sukma-duka. Mengangkat cambuk debu, menatap Wu Liyu di seberang sambil berkata: "Bentuk Formasi Sha, undang Dewi Sha. Bukankah si jagoan itu di masa mudanya suka pakai trik ini untuk mengeruk keuntungan?"
Si jagoan yang mana? Karena posisiku lemah, sama sekali tak bisa menyentuh fragmen memori dalam kehendak ini. Jadi tak tahu maksut ucapan diriku itu.
Tapi mendengar pernyataan ini, wajah Wu Liyu yang jarang menunjukkan kemarahan terpaksa memandangku dengan tatapan tertekan dan penuh dendam, karena sedang melakukan ritual tak bisa bicara.
Aku justru sangat senang melihatnya seperti itu. Aku bisa memahami perasaannya: meski kau adalah Paman Li seperguruan, tak boleh menghina guruku seperti ini.
“Aku tidak mengerti bagaimana sihir ini bisa mengambil keuntungan dari orang, tapi yang kuketahui langkah terpenting dalam membuat jimat adalah menyelesaikan mantra penutup (jie fu sha), baru jimat ini bisa berfungsi. Semakin kuat mantra penutupnya, semakin efektif jimat tersebut! Yang disebut formasi penutup mantra (jie sha zhen) dan memanggil dewa mantra (sha shen), pada dasarnya menggunakan kekuatan yang seharusnya hanya untuk jimat, dan menerapkannya pada diri sendiri. Ini merupakan teknik sihir yang sangat canggih, seperti menambahkan lapisan kekuatan ekstra di luar kekuatan diri sendiri.”
“Jika dipikir seperti itu, memang bisa dimengerti. Kekuatan di luar kekuatan, tidak perlu memanggil dewa yang menguras indera spiritual, juga tidak perlu ritual Mao yang menghabiskan kekuatan roh untuk menekan keseimbangan. Benar-benar cara yang sangat menguntungkan.”
“Selain itu, proses pelaksanaan sihir ini setelah formasi selesai diatur sangatlah cepat. Saat Wu Liyu menatapku dengan tatapan penuh dendam tak sampai dua detik, saat aku masih sibuk memainkan cambuk debu, Wu Liyu sudah menyelesaikan ritualnya.”
“Pada saat ini, aura keseluruhannya sudah berubah. Tatapannya padaku dipenuhi kepercayaan diri dan kesombongan yang lebih besar.”
“Anak muda sombong.” Setelah mengeluarkan suara hinaan ‘hng’, cambuk debu di tangannya dikibaskan sambil bersiap pada posisi bertarung.
“Seketika, Wu Liyu yang telah mendapatkan kekuatan tambahan mulai mengerahkan sihir baru. Di dalam gua bawah tanah ini, tiba-tiba muncul pusaran angin yang suram. Aku sangat familiar dengan pusaran angin Yin ini – bukankah ini pertanda kemunculan arwah Yin?”
Aliran ilmu sihir racun yin itu benar-benar banyak. Ada mantra kutukan, teknik memanggil yin - semua teknik ini bisa membunuh orang secara tak terduga, sama sekali tidak memiliki belas kasih seperti ilmu ortodoks yang selalu menyisakan jalan keluar.
Tapi saat ini aku agak mengagumi Wu Liyu. Bukankah biasanya orang dengan tenaga dalam rendah membutuhkan waktu lama untuk memanggil yin? Dan bisa memanggil beberapa saja sudah bagus.
Melihat sikap Wu Liyu yang santai, dengan gerakan tangan saja pusaran angin yin yang muram terus menerus datang dari gua, jelas orang ini benar-benar misterius.
Tapi saat itu aku tidak menghiraukan. Satu langkah maju, cambuk debu yang lembut itu menjadi kaku seperti pedang, menyapu angin yin terdekat dengan sudut yang presisi. Ajaibnya, angin yin itu pun padam.
Terlihat mudah, tapi hanya aku yang terjebak di situs spiritual yang tahu penderitaannya. Karena satu sapuan itu memakai tenaga dalamku yang terkuras seperti air bah - seolah-olah tak ada harganya...
