Akhirnya Bu Hua secara tak terduga membawa Lao Li ke ruang ulat. Mereka pun menyaksikan makhluk-makhluk itu.
Seperti yang dikatakan Lao Li, dia hanya melihat ulat-ulat ini tanpa melakukan tindakan fisik. Sebelum pergi, Lao Li menyerahkan sebuah botol kepada Buhua sambil berkata: "Botol ini berisi zat khusus. Jika diberikan kepada ulat, akan membuat kemampuan evolusi mereka melemah sekitar 60% di masa depan. Jika kau memilih ulat, buanglah ini. Jika kau memilih manusia, berikan pada ulat. Cukup satu tetes dicampurkan dalam satu baskom air jernih untuk seekor ulat. Takaran dalam botol ini cukup untuk beberapa induk serangga di ruang ulat. Setelah meminumnya, telur serangga yang dihasilkan tidak akan bisa berevolusi menjadi induk serangga."
Buhua sangat ingin membuang botol itu, namun entah mengapa tangannya justru mencengkeram erat hingga buku jari memucat. Perasaan itu kembali muncul - perasaan tak berdaya menghadapi orang ini. Selalu menurut pada setiap ucapannya, seolah setiap kata yang diucapkannya mengandung ilmu santet yang membuatmu nekat membawanya masuk ke ruang ulat, membuatmu yang ingin membuang obat berbahaya ini untuk ulat dan desa, justru ragu untuk melakukannya.
Ironisnya, kau bisa merasakan dengan jelas bahwa dia takkan mengucapkan satu pun kebohongan, bahkan kata-kata merayu hati sekalipun. Dengan langsung dia menyampaikan permintaan, sekaligus menghargai pilihanmu.
"Saat Buhua merenung, Lao Li sudah membalikkan badan hendak pergi. Tapi Buhua mendengar dia menghela nafas dan berkata: 'Obat ini juga akan membuat ulat-ulat itu memakan lebih sedikit orang karena kelemahannya. Meski tak ada yang disebut jahat atau baik, meski waktunya belum tiba, meski itu juga takdir mereka... Tapi aku tetap manusia. Terkadang, aku tak bisa terlalu berpegang pada takdir, terlalu berpegang pada Tao.'"
Buhua memandang punggung Lao Li dan bertanya: "Bukankah kau bilang tak boleh melakukan gerakan fisik terhadap keberadaan di tempat yang sama?"
Lao Li tidak menoleh, sosoknya semakin menjauh: "Aku tidak melakukan apapun. Aku memberikan sebilah pisau pada seseorang, menjelaskan bahwa pisau itu bisa melukai. Membunuh atau tidak, itu pilihan orang itu, bukan aku."
"Kau tidak takut aku membuang botol ini?"
"Itu hanya pilihanmu saja."
"Apa kau sudah memperhitungkanku? Apa kau menggunakan metode tertentu untuk merayu hatiku?"
"Hahaha..." Tertawa Lao Li menggema, sementara seluruh sosoknya telah menyatu dengan kegelapan malam, tak terlihat lagi.
※※※
Surat sampai di bagian ini, kami para saudara seperguruan sudah sangat bersemangat. Rupanya Guru Leluhur benar-benar berasal dari Kunlun! Ternyata sejak dulu Guru Leluhur sudah memasang jebakan untuk melemahkan ulat-ulat itu. Aku selalu bertanya-tanya, di era Dinasti Ming saat banyak ahli spiritual bermunculan pun tak bisa memusnahkan Ulat Setan ini, bagaimana di zaman modern kita justru bisa menghancurkannya?
Ternyata, sejak puluhan tahun lalu, mereka sudah dilemahkan 60% oleh guru leluhurku tanpa disadari.
Tapi, masih banyak teka-teki berputar-putar di kepala kami, seperti bagaimana kami tak pernah menyangka Guru Leluhur ternyata dewa di Gunung Kunlun, lalu apa maksud semua yang dilakukan Gao Ning?
Untuk mengetahui jawaban semua ini, hanya ada satu cara: terus membaca surat itu.
Surat itu sangat panjang, belasan halaman penuh, seolah Gao Ning menuangkan semua yang dipendam seumur hidup dan kata-kata yang tak sempat terucapkan.
Namun isi selanjutnya, meski bertele-tele, tidak terlalu penting. Utamanya bercerita tentang transformasi mental Bu Hua, nenek Gao Ning: melalui kematian ibu dari pasangan ibu-anak yang gagal diselamatkannya hingga merasa bersalah, berbaikan dengan orang tuanya, berteman dengan orang-orang baik di desa. Singkatnya, di masa kecil ia merasakan kejahatan manusia, namun dewasa justru (entah secara tak terduga atau memang takdir) menemukan kebaikan dalam manusia.
Ia istimewa karena kebanyakan orang pertama kali merasakan kebaikan, baru kemudian tersandung kejahatan dalam perjuangan hidup. Ia mengalami proses terbalik ini. Bagaimanapun, ini membuktikan: di dunia fana tak ada kejahatan mutlak maupun kebajikan absolut. Sepanjang perjalanan, kau akan memahami esensi manusia. Selebihnya, seperti pilihan Bu Hua nenek Gao Ning: ke mana hatimu akan melangkah.
Singkatnya, kehangatan manusia dan kekejaman ulat yang semakin jelas, akhirnya memaksa Bhu Hua memilih manusia. Ia menggunakan obat dalam botol itu. Pada hari itu, seluruh ulat tiba-tiba memasuki kondisi lemah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan muncul efek aneh: induk serangga yang lemah mulai menghisap kekuatan larva. Banyak larva mati hari itu, bahkan beberapa di antaranya adalah larva berpotensi.
Perubahan besar ini tentu membuat desa kacau balau. Pencarian pelaku dimulai. Bhu Hua yang pasrah terpaksa melarikan diri dari desa melalui gua mekanisme jebakan.
Dalam proses ini, terjadi dua hal. Pertama, orangtua Bhu Hua telah meninggal, sehingga ia tidak memiliki ikatan keluarga lagi dan bisa kabur tanpa membebani siapapun.
Kedua, terjadi hal ajaib. Bhu Hua memilih kabur melalui ruang ulat Zi Zi. Pada momen itu, Zi Zi berkomunikasi dengan Bhu Hua dan menyampaikan banyak informasi, yang kemudian menjadi dasar semua yang terjadi pada Gao Ning.
Komunikasi antara Bhu Hua dan ulat berbeda dengan interaksi antarmanusia. Lebih tepatnya, ini adalah komunikasi langsung melalui hati. Karena itu, sejumlah besar informasi bisa ditransfer ke Bhu Hua dalam sekejap.
Berdasarkan surat yang kami baca, kami menyimpulkan bahwa Bhu Hua bahkan tidak memberitahu Guru leluhur kami tentang informasi-informasi ini.
Tapi siapakah Guru Leluhur Lao Li kita ini? Menguasai lima aliran sekaligus, dengan cultivation setiap aliran mencapai tingkat yang sangat tinggi. Seperti kemampuan beliau meramalkan bahwa Bu Hua memiliki celah batin yang menjadi kunci pemusnahan ulat, meramalkan Bu Hua akan memilih manusia, bahkan meramalkan keturunan Bu Hua akan tersesat dan meninggalkan jimat emas berisi segel petir surgawi.
Inilah Guru Leluhur kita - Lao Li!
Lalu informasi apa yang diperoleh Bu Hua dari Zi Zi? Surat Gao Ning mencatat dengan jelas: Zi Zi meminta Bu Hua tidak melupakan janji untuk pulang ke kampung halaman bersama. Dijelaskannya bahwa karena melemah, dirinya tak bisa berevolusi ke tingkat yang memungkinkan kepulangan. Meski setiap 80 tahun saat induk serangga berevolusi mereka membawa darah penuh energi spiritual, tetap tak cukup. Mereka harus memasuki mode simbiosis misterius untuk menembus belenggu dan pulang.
Dijanjikannya pada Bu Hua bahwa setelah pulang akan ada banyak metode ajaib untuk memisahkan mereka. Terakhir, ia berpesan agar Bu Hua jangan sampai melupakan janji.
Bu Hua berhasil kabur, mengubur rahasia dari Zi Zi dalam-dalam di hatinya. Dalam sudut pandang tertentu, Bu Hua tumbuh besar bersama Zi Zi. Ikatan perasaan mereka mencapai tingkat yang sulit diukur.
Bahkan jika Bu Hua akhirnya memilih manusia, itu tidak berarti perasaannya terhadap Zi Zi telah lenyap. Aku tak bisa menebak lintasan batin seumur hidup Bu Hua, hanya bisa mengatakan bahwa pasti ada rasa bersalah terhadap Zi Zi dan semacam penyesalan dalam hatinya. Karena itu dia tidak memberitahu rahasia ini pada guru leluhurku, sehingga ketika Gao Ning yang berbakat dalam ilmu sihir lahir, di saat kematiannya, dia memberitahu Gao Ning semua ini.
Dalam suratnya, Gao Ning menyebutkan bahwa nenek pernah berkata: Meskipun Zi Zi adalah Ulat Suci, dia tak pernah menipuku dan selalu melindungiku. Aku membuat Zi Zi kehilangan kesempatan kembali ke kampung halamannya, hatiku sedih.
Dia tidak pernah memintaku untuk menyatu dengan Zi Zi, hanya merindukan agar kuberjanji untuk mengunjungi Zi Zi dan sebisa mungkin membantunya berevolusi. Karena aku jenius dalam ilmu sihir, Jingxue-ku juga darah yang mengandung roh.
Tapi sekarang, setelah menyatu dengan telur serangga, semakin kurasakan Zi Zi mungkin telah menipu nenekku. Tidak ada simbiosis! Yang ada hanya batu loncatan! Sialan cacing ini, untungnya aku tidak punya perasaan padanya.
Melewati bagian pengakuan Gao Ning ini, dia menulis lagi suatu peristiwa masa lalu dalam surat karena Lao Li muncul kembali.
Kali ini sudah 15 tahun sejak pertemuan terakhir. Tahun itu Tiongkok merdeka, tahun itu nenek Gao Ning telah menjelma menjadi wanita Han biasa, hidup sebagai orang biasa dengan keluarga dan anak-anaknya sendiri.
Tahun itu, Lao Li masih sendirian menemui Buhua. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, kali ini Lao Li terlihat sangat lemah. Namun dia tidak tampak lesu, kelemahan itu seperti aura yang memancar dari dalam tulangnya.
Kali ini, Lao Li menyerahkan sebuah kotak kepada Buhua. Kotak ini sama dengan yang digunakan Gao Ning untuk menyimpan surat-suratku.
