Sebenarnya seberapa mengerikannya ruangan ini, kami tidak tahu. Tapi setelah melalui banyak pengalaman, hantu jahat semacam ini tidak mungkin mengancam kami. Hanya saja dendam yang terpendam di sini agak merepotkan. Jika lengah sedikit, kami bisa terjebak.
Aku berjalan di depan Huigen, tanpa ragu membuka pintu. Kukira saat itu aku akan melihat sosok mengerikan, atau dua manusia berdarah menghampiri. Sudah kusiapkan mental, tapi kenyataannya tidak. Semua sunyi.
Seluruh ruangan gelap gulita. Aura jahat yang sebelumnya ada telah lenyap. Sepi seperti kamar biasa yang menanti tuannya pulang.
Aku tak berani menyalakan lampu. Hanya bisa menarik tirai tebal. Debu beterbangan membuatku batuk beberapa kali. Tapi perjalanan ini sunyi senyap, tanpa kejadian apapun.
Setelah tirai tertutup, akhirnya aku bisa leluasa menyorotkan senter ke seluruh penjuru. Mungkin kamar ini pernah dibersihkan profesional. Tempat tidur besar ditutupi sprei putih, semua perabotan terbungkus kain penutup. Tidak seperti ruang tamu yang perabotannya terbuka. Mungkin pernah ada yang ingin membeli rumah ini?
Aku berpikir kacau, hidungku agak tak nyaman karena kamar ini selalu berbau anyir darah yang terlalu menusuk. Kutukar petugas kebersihan yang tak bertanggung jawab, sementara Huigen sudah memanggilku.
"Kak, lihat di lantai!" Suara Huigen bernada heboh.
Ada apa di lantai? Aku melangkah cepat mendekati Huigen lalu menyorotkan senter ke lantai. Di sana terlihat jelas bekas darah yang sudah mengering. Bukan itu poin utamanya, melainkan garis putih berbentuk tubuh manusia yang masih jelas tergambar di lantai. Pemandangan ini membuat bulu kuduk meremang!
Melihat semua ini, tiba-tiba kusadari ada sesuatu yang kulewatkan. Aku membeku, berusaha keras memikirkan apa yang kusampingkan?
Setelah menatap bekas bentuk manusia itu selama setengah menit, akhirnya kutahu apa yang terlewat. Rasa krisis tiba-tiba menyergap. Saat hendak bicara pada Huigen, tiba-tiba seluruh ruangan terang benderang!
Ini tengah malam. Tirai kamar sudah kututup rapat dan tak ada sumber cahaya. Mengapa ruangan tiba-tiba terang? Huigen terkejut tapi sama sekali tak takut.
Karena sudah memahami detail tertentu, tentu saja kumengerti segalanya. Kukatakan pada Huigen: "Nak, takkah kau sadari satu masalah?"
Huigen bingung bertanya: "Masalah apa?"
"Kami membuka Mata Ketiga, menurutmu apakah benda yang kami lihat dalam kondisi Mata Ketiga akan terlihat seperti ini? Bagaimana wujud benda yang terlihat dalam kondisi Mata Ketiga, kau pasti pernah merasakannya?" kataku pada Huigen.
Huigen langsung tersadar, dalam kondisi Mata Ketiga benda yang terlihat samar-samar dan akan melihat Aura Energi, sama sekali bukan kondisi seperti sekarang yang sama persis dengan penglihatan mata normal!
Kami terlalu tegang memikirkan apa yang akan terjadi di ruangan ini, awalnya masuk dalam keheningan membuat kami tiba-tiba rileks, sehingga tidak menyadari detail ini.
"Kak, maksudmu...?" Huigen berkata dengan nada tak percaya.
"Ya, dua makhluk ini punya keahlian, tanpa sadar kita sudah masuk ke dalam ilusi mereka," jawabku pada Huigen.
Dalam ilusi, yang paling menakutkan adalah tidak menyadarinya. Begitu tahu, banyak cara untuk memecahkan lingkungan ilusi. Mata Ketiga juga bukan segalanya, seperti harimau bisa mengalahkan serigala, tapi anak harimau? Seekor serigala pasti bisa membunuhnya!
Dua makhluk ini sangat ganas. Aku dan Huigen membuka Mata Ketiga dengan santai, jadi tanpa sadar terkena jebakan!
"Kak, kalau sekarang...?" Huigen mungkin ingin bertanya apakah harus memecahkan ilusi, tapi sebelum selesai bicara, pintu kamar berderit 'kreek' terbuka.
Aku berdiri malas sambil menarik lengan Huigen, "Mari menonton pertunjukan!"
Huigen tidak berkomentar, ikut berdiri di sampingku.
※※※
Saat itu kamar berada dalam suasana siang yang suram. Setelah pintu terbuka, masuklah seorang wanita yang terlihat berusia 30-an tahun. Jejak masa-masa yang tersisa di wajahnya tidak banyak, bahkan hingga kini tetap terlihat sebagai wanita yang elegan dan cantik.
Wanita itu sama sekali tidak melirik aku dan Huigen. Setelah masuk ke kamar, ia melempar tasnya ke tempat tidur, melepas jaket, lalu langsung menuju kamar mandi.
Aku dan Huigen tidak berbicara. Kami datang mencari jejak. Ilusi seperti ini sebenarnya sangat membantu kami. Maka ketika suara air "wah-wah" mulai terdengar dari kamar mandi, kami tetap menunggu dengan sabar.
Seluruh kamar sunyi senyap. Tak ada suara selain gemericik air dari kamar mandi. Tiga menit kemudian, pintu kamar berderik lagi - seorang pria masuk ke dalam!
Ini adalah pria dengan Aura Energi yang sangat kuat. Sekilas saja orang langsung tahu dia seorang yang sukses. Namun saat ini wajahnya terlihat penuh kelelahan, dengan tatapan mata yang jelas-jelas mengandung ketakutan.
Begitu tiba, dia langsung terduduk lesu di kursi malas di sudut kamar. Pandangannya mulai mengabur, ekspresi wajahnya berubah cepat: kadang tenang, kadang panik, sesekali tegar, lalu tiba-tiba menjadi mengerikan.
Sebenarnya pemandangan ini sangat menyeramkan. Seseorang terbaring diam sambil menunjukkan berbagai ekspresi wajah. Jika ada kamera yang merekam semua ini, mungkin akan membuat beberapa gadis menangis ketakutan.
Tapi bagi aku dan Huigen, ini bukan masalah. Aku berbisik pada Huigen: "Dia pasti sudah terkena sihir saat ini. Sayangnya ini cuma ilusi, kita tak bisa membuka Mata Ketiga sekarang untuk mencari jejak."
Huigen mengangguk, sebenarnya dia juga penasaran ada apa dengan pria itu!
Waktu seolah membeku, kamar kembali sunyi. Sang wanita sedang mandi, sementara si pria terus-menerus 'berganti ekspresi'!
Setelah sekitar sepuluh menit, wanita itu keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe sambil mengeringkan rambut. Melihat tatapan pria yang tiba-tiba berbinar, dia mendekat mesra dan melingkarkan tangan di leher pria: "Sayang, kok pulang cepat sekali?"
Ekspresi pria yang tadi masih berubah-ubah langsung tenang begitu wanita muncul. Tatapannya penuh kelembutan menunjukkan cintanya. Menanggapi rayuan sang istri, dia menjawab letih namun tetap hangat: "Hari ini agak capek, jadi pulang lebih awal."
Memasuki usia paruh baya, kemesraan mereka sungguh mengharukan. Mendengar suaminya lelah, sang istri mulai memijat pelipisnya dengan lembut. Sang suami terpejam menikmati, sambil mengobrol santai tentang keseharian.
Semua ini seperti adegan film, tapi bagi kami, rasanya aneh. Persis seperti sedang terjebak dalam layar lebar.
Semula semuanya berjalan normal, tentu saja wajah pria itu akan lebih normal jika tidak berkedut setiap beberapa menit.
Tapi apa yang akan terjadi selanjutnya?
Tiba-tiba wanita ini berkata kepada pria itu: "Sayang, akhir-akhir ini urusan perusahaan begitu melelahkan, mengapa kau menyiksa diri sendiri dengan bersikeras bersaing dengan perusahaan XX? Lebih baik kita berkompromi saja."
Pria itu membuka matanya, tatapannya tiba-tiba menyiratkan kilatan kekejaman, tapi kemudian dia tenang kembali dan berkata: "Kau ingin aku berkompromi? Lalu apa? Perusahaan akan dikuasai orang lain. Bukankah akhirnya aku akan kehilangan perusahaan?"
"Sebenarnya kita sudah memiliki segalanya, sepenting apa perusahaan itu? Jika kau ingin beristirahat, kita bisa punya anak," kata wanita itu dengan lembut.
Mendengar ini, tubuh pria itu gemetar beberapa kali. Dia melepaskan tangan wanita itu dengan gelisah.
Wanita itu agak terkejut tapi tidak berpikir panjang, mungkin mengira pria itu marah karena diminta meninggalkan perusahaan. Ia berbalik menuju tempat tidur sambil berkata: "Sepupuku sudah punya anak, lucu sekali katanya. Katanya sering melihat foto anak bisa membantu kita punya anak nanti, apalagi anak yang lucu. Sudah kubawa fotonya..."
Sambil berbicara, wanita itu meraih tas di tempat tidur. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa di belakangnya, pria itu telah berdiri dengan tubuh gemetar dan ekspresi mengerikan yang penuh penderitaan di wajahnya.
Sepertinya karena tidak sanggup menahan lagi, ia langsung duduk di kursi malas sambil memeluk kepalanya...
Wanita itu mengambil foto dari tas, lalu menoleh dan melihat pria itu memeluk kepalanya dengan kedua tangan. Ia bergegas mendekat dan bertanya, "Sayang, ada apa?"
Foto itu pun diletakkan sembarangan di samping tubuh pria tersebut...
Melihat ini, aku dan Huigen sudah 5-6 persen yakin.
