Ekspresi Guru leluhur begitu luwes, tangan disilangkan di belakang dengan wajah tenang. Seandainya memakai jubah panjang, kiasan "Aura dewa" takkan merendahkan sosoknya.
Guruku menunjukkan ekspresi alami antara canda dan marah, sementara aku hanya bisa disebut jujur. Kesan aura dewa yang melekat hingga ke tulang ini mustahil ditiru dengan rekayasa, seperti Taoist yang pernah kujumpai saat 'membongkar kepalsuan' dulu. Inilah tingkat keadaan meditasi Guru leluhur.
Di sana si kecil kembali menyerang. Biasanya ketika Guru leluhur menguasai tubuhku, apapun ilmu besar andalanku yang digunakan, Beliau tetap bisa mengamati sekitar sambil kehilangan fokus. Emosi takkan mempengaruhi, tapi kali ini anehnya Guru leluhur pun tak mengamati lingkungan, hanya menarik napas dalam-dalam tanda konsentrasi penuh.
Ekspresi Guru leluhur tetap luwes, namun saat langkah pertama diayunkan, seketika kurasakan sensasi berbeda yang tak terungkapkan. Bisa kudeskripsikan: seiring langkah pertama itu, sebuah bintang terasa mendekat drastis... Tekanan dahsyat dari bintang yang melesat ini bukan untuk orang biasa. Ini gemetar! Halusinasi seolah tubuhku akan remuk berkeping...
"Langkah kedua kuinjak, kurasakan ruang di sekitarku bergetar, roh seperti hendak hancur lebur dalam tubuh. Kekuatan roh yang meski lemah tapi tak putus-putus ini menyelamatkanku!"
Untuk menggambarkan perasaan saat ini, seakan ada bintang yang menggantung di atas kepalaku, jaraknya begitu dekat sampai aku bisa melihat kontur permukaannya... Juga merasakan tekanan mencekam dari benda raksasa di atas itu...
Langkah ketiga, keempat... Bintang kedua muncul... Pengalaman mistis ini sungguh menegangkan di setiap langkah.
"Indera spiritualmu kuat, sampai bisa merasakan bintang. Cheng Yi, Cheng Yi, konsentrasilah pada Tao! Mewarisi Tao sebagai satu kesatuan, pantas menyandang nama ini!" Tiba-tiba rohku menerima pancaran informasi penuh kepuasan - perasaan dan pikiran Guru leluhur yang tersampaikan padaku!
Aku kembali heboh. Ada apa hari ini? Bahkan kuragu, apakah ilmu Zhongmao yang kulakukan hari ini? Siapa sebenarnya yang kupanggil?!
Ucapan ini mungkin tidak sopan pada Guru leluhur, tapi aku tak bisa menahan diri. Ini terlalu anomali!
Sayangnya tak ada respons lagi, karena Guru leluhur telah menginjak delapan langkah. Dalam persepsiku, empat bintang kini bergantung tak beraturan di atas kepalaku.
Aku merasakan Guru Leluhur juga mengalami sedikit kesulitan, mungkin ini disebabkan oleh kondisi fisikku yang 'tidak prima'. Beliau berhenti sejenak, lalu kurasakan ekspresi wajahnya menjadi sangat serius di momen itu, disusul kekuatan jiwanya yang tiba-tiba mengalir deras bagai air bah.
Mungkinkah langkah kesembilan ini adalah kunci? Sebelum sempat berpikir lebih jauh, Guru Leluhur telah menginjakkan langkah kesembilan dengan penuh kesungguhan!
Saat itu, kurasakan kekuatan dahsyat bagai gempa mengguncang langit dunia persepsiku. Desiran angin seperti gunung berjalan memenuhi angkasa, bintang-bintang di atas kepalaku mulai bergerak!
Mulai bergerak mengikuti orbit tertentu!
Kurasakan jiwaku hampir pecah, memudar, menyatu dengan alam semesta. Di detik itu, kusentuh perasaan hancur-leburnya roh tanpa rasa sakit, sensasi menghilang yang lebih berat dari kematian.
Untungnya hanya sekejap, bintang-bintang mulai bergeser perlahan.
Aku tak mengerti misteri dibalik ini, apalagi makna Langkah Yu yang sesungguhnya. Pengetahuanku sangat terbatas, hanya dari buku-buku. Namun setelah mengalami Langkah Yu bersama Guru Leluhur, hatiku dipenuhi keterharuan yang tak terduga.
Kukira aku tak ada dalam jiwa maupun hati Guru Leluhur. Baginya, aku hanyalah sosok tanpa jejak, karena aku lahir setelah beliau tiada. Tapi hari ini kurasakan perhatiannya: mulai dari teguran di awal, hingga tanpa ragu membantuku melangkahkan Langkah Yu!
Harus diketahui Langkah Yu bagiku hanyalah sebuah konsep, setelah merasakannya baru tahu betapa melelahkan dan berbahayanya. Dia bahkan tak pernah mengeluh sedikitpun padaku yang hanya seorang cucu murid, bahkan tak pernah bilang "sulit" sekalipun!
Guru leluhur, tiba-tiba kusadar itu adalah ikatan yang lebih dalam dari darah. Keturunan Lao Li, kini kurasakan ini lebih dari sekadar keluarga.
Langkah ini diinjak, baru sepuluh detik!
Saat itulah guru leluhurku baru kehilangan fokus, di sana——Lao Hui!!
Saat ini kondisiku adalah roh, tak boleh ada ekspresi emosi atau gerakan tubuh. Jika tidak, mungkin aku akan 'gila' lagi. Kulihat zombie kecil mengoyak tubuh Lao Hui yang sudah lemas, hanya bisa menatapku sementara mulut zombie itu masih mengunyah sepotong dagingnya...
Lao Hui, kau pahlawan, kau pria sejati!
Sedangkan Lu Fanming, guru leluhurku bahkan tak meliriknya!
Di sisi lain, kulihat tangan guru leluhur menari cepat di udara. Sebuah mantra telah selesai diucapkan sebelum sempat kusadari – ini adalah tingkat meditasi dimana pikiran dan sihir menyatu, sesuatu yang bahkan tak bisa kupahami.
Begitu gerakan guruku selesai, petir besar menghujam zombie kecil itu. Akhirnya makhluk itu menjerit kencang sebelum terlempar jauh.
“Kau istirahat.” Guru leluhur hanya mengucapkan beberapa kata singkat. Langkah kakinya tak berhenti di detik berikutnya, gerakannya kini jauh lebih luwes dibanding langkah pertama tadi. Kurasakan, dia sedang menelusuri jalur bintang-bintang!
Lao Hui terbaring telentang di tanah, kondisi fisiknya tampak sangat lemah. Kuperhatikan ada 5 pisau tipis yang menusuk tubuhnya - bukti dia telah mempersembahkan 5 bagian Jingxue. Untung hanya 5 bilah, kalau lebih banyak lagi, mungkin dewa pun tak bisa menyelamatkan nyawanya!
Memikirkan ini, hatiku sedikit merasa tenang.
Kekagumanku pada guru leluhur tak terucapkan. Hanya tiga kata untuk Lao Hui: "Kau istirahat", tapi benar-benar melindunginya. Langkah kakinya tak berhenti, gerakan tangannya terus bekerja, bahkan disertai ritual menggambar jimat dengan lidah. Setiap kali hantu kecil muncul dari arah manapun, pasti tersambar petir atau api yang melukainya!
Makhluk itu tak bisa mendekatiku maupun Lao Hui. Semua sihir ini hanyalah gerakan spontan guru leluhurku, bahkan bisa disebut hanya sekadar pikiran! Tapi setiap serangan membuat hantu kecil itu sangat menderita!
Ini tingkat meditasi seperti apa? Bukan hanya bisa mengendalikan sihir sesuka hati, melepaskan mantra seketika, bahkan meramal gerakan zombie hantu kecil. Saat makhluk itu datang, mantra tepat mendarat di tubuhnya. Ini kombinasi dasar dari aliran Gunung dan Ramalan.
Pada saat itu, aku merasakan kebanggaan yang sangat besar, lebih dari itu adalah keterkejutan yang amat sangat. Bahkan sempat mengira Guru Leluhurku adalah dewa! Dia jelas sudah bukan termasuk dalam kategori manusia biasa!
Yang terkejut bukan hanya aku, tapi juga Lao Hui. Meski saat ini kondisinya sudah terluka parah hingga hampir linglung, dari matanya masih kulihat kekaguman yang mendalam.
Satu-satunya yang melelahkan adalah kekuatan jiwaku yang terus mengalir seperti air pasang, hampir tak sanggup menahan. Tapi justru dari sini aku semakin mengagumi Guru Leluhur. Dia seperti sedang menghitung setiap kekuatan dengan presisi, setidaknya hingga saat ini masih tersisa cadangan energi.
Di saat yang sama, orbit tiga bintang telah selesai terbentuk. Bintang terakhir pun akan segera selesai ditarik.
Setelah menyelesaikan tiga mantra terakhir untuk mengusir zombie kecil, Guru Leluhur sepenuhnya berkonsentrasi melangkahkan Langkah Gang. Begitu langkah terakhir diinjakkan, bintang terakhir pun tertarik sempurna. Gemuruh dahsyat bergema dalam kedalaman jiwaku!
Bintang-bintang kini tersusun rapi dalam formasi Empat Simbol. Penjara Empat Simbol dari Langkah Yu telah selesai!
Saat inilah untuk pertama kalinya aku merasakan konsep tentang ruang. Getaran itu memberikan sensasi nyata yang bahkan orang bodoh sekalipun bisa merasakan - getaran ruang dimensi misterius dengan tekanan dahsyat yang menghimpit zombie kecil!
Makhluk itu langsung tergeletak di tanah, bahkan satu jari pun tak bisa digerakkan!
Saat itu, Guru leluhur memalingkan pandangannya ke Lu Fanming. Saat ini Lu Fanming sedang melantunkan mantra tertentu. Aku memperhatikan zombie monster di Ruang Rahasia sudah seluruh tubuhnya berlumuran darah, sementara kekuatan jiwaku sudah hampir habis.
Jika kekuatan jiwaku diumpamakan seperti seember air, kini yang tersisa hanya lapisan tipis yang nyaris tidak menutupi dasar ember!
Hatiku langsung tegang!
