Siapa dia? Bukankah itu bos departemen misterius——Jiang Yi?
Awalnya aku sangat penasaran dengan orang ini. Bagaimanapun, Guruku juga bekerja di bawahnya. Sebagai bumi dewa yang legendaris, aku hanya pernah mendengar namanya tapi tak pernah bertemu. Bagaimana mungkin aku tidak penasaran?
Saat suaranya yang familiar terdengar di telingaku, seharusnya aku menengok dan merasa bersemangat seperti 'Mengungkap Misteri'. Tapi kenyataannya, aku sama sekali tidak bereaksi. Aku tenggelam dalam kesedihan kehilangan seorang saudara, sulit bagiku merespons apapun.
Tapi jangan tidur! Saat ini aku tidak takut mati, karena kematian mungkin bisa mengakhiri segalanya! Yang kutakuti adalah tertidur dalam keadaan hidup. Jika begitu, bagaimana dengan Kunlun di relung hatiku? Aku akan sangat menyesal! Jika itu terjadi, mungkin banyak orang bisa sembuh seiring waktu, tapi sebagai 'mayat hidup', aku akan terjebak dalam kesedihan berkepanjangan!
Dengan susah payah kubuka mata lebar-lebar. Tiba-tiba bayangan menyelimuti tubuhku - Jiang Yi berjongkok di depanku. Sebuah wajah muncul di hadapanku, wajah biasa namun penuh keagungan!
Bentuk wajah persegi, rambut hitam rapi disisir ke belakang. Dari seluruh wajahnya, hanya dua alis putih tebal yang aneh itu yang mencolok. Sosoknya sangat tinggi, terlihat jelas meski sedang berjongkok.
Inikah Jiang Yi? Ataukah dia karakter seperti Raja Elang Alis Putih dari novel silat yang pernah kubaca?
"Aku merasa lucu dengan pikiranku yang tak masuk akal, tapi Jiang Yi tidak berkata apa-apa. Dengan sigap dia menyelipkan sebutir pil ke mulutku, lalu membuka kotak berisi jarum-jarum emas yang berjejal rapat..."
"Resep untuk memelihara roh hampir punah, aku tidak memilikinya! Dulu ada beberapa pil pemelihara roh, sekarang tinggal satu butir. Telanlah ini, perlahan akan memelihara jiwamu agar kekuatan jiwamu tidak habis selama tidur lelap... Selama bertahun-tahun aku mendalami aliran pengobatan. Sekarang dengan teknik jarum emas ini akan merangsang pikiranmu, sekaligus mengunci kekuatan jiwamu agar tidak bocor..." Jiang Yi terus mengoceh sambil menusukkan jarum ke tubuhku.
Pil yang dimasukkannya ke mulutku langsung terurai saat terkena ludah, mengalir seperti arus jernih ke tenggorokan dan lambungku... Kemudian menyebar menjadi energi sejuk yang meredakan kepalaku dan tubuh yang lelah!
Tindakan Jiang Yi memang luar biasa. Tapi pernyataannya tentang resep pemelihara jiwa yang punah tiba-tiba mengingatkanku pada sesuatu - bukankah Kakek tua Mas Yuan Yi pernah memberikan resep di pasar hantu?
Perasaan aneh muncul di hatiku. Bukankah takdir terhubung seperti rantai yang tak terputuskan!
Seiring jarum emas Jiang Yi yang satu per satu ditusukkan, kondisi mentalku perlahan membaik. Aku mengangkat tangan dan menyerahkan jam tangan itu ke hadapan Jiang Yi, berkata: "Ini bukti, juga seorang pahlawan, nyawa saudaraku!"
Jiang Yi menerima jam tangan itu dengan raut wajah tenang, namun di matanya terlihat kilasan kekaguman dan kesedihan yang segera menghilang. Aku tidak marah. Cultivation pada level mereka telah melihat hidup-mati dengan terlalu jernih. Bisa memiliki perasaan seperti itu sudah sangat langka.
Seperti guru leluhurku yang hanya menyayangkan sebentar, berkomentar bahwa rohnya akan terangkat.
Mungkin tingkat pemahaman yang berbeda membawa perspektif berbeda!
Dia tidak buru-buru melihat isi jam tangan itu, bahkan tidak bertanya apapun. Hanya melambaikan tangan, seseorang datang dan menggendong anak di sampingku. Aku menatap Jiang Yi: "Selamatkan dia."
Jiang Yi berkata: "Akan kulakukan sebisaku." Sambil berbicara, jarum emasnya terus menancap di tubuhku tanpa henti.
Tiba-tiba suara rem mendadak kembali terdengar, disusul langkah kaki bergegas mendekat. Pertama kulihat Huigen, lalu Qiangzi, Mas Yuan Yi... Mereka datang. Sahabat-sahabat yang pernah menghadapi hidup-mati bersamaku datang.
Mereka mengelilingiku dalam hening. Xiao Bei tiba-tiba menatap langit, seolah menghela napas namun bertanya tenang: "Kak Hui... Apakah sudah pergi?"
Suara ini akhirnya tak bisa lagi mempertahankan ketenangan, hingga di akhir, nada yang tersisa hanyalah helaan napas. Aku mengepal tinju erat, lama baru bisa mengucapkan: "Hmm……"
Postur Xiao Bei tak berubah, menatap langit bahkan tanpa berkedip. Lalu kudengar napasnya mulai tersengal-sengal. Aku tahu dia menangis.
Kemudian, Qiangzi tiba-tiba jongkok di tanah, memeluk kepala sambil tersedu-sedu. Mas Yuan Yi, Gao Ning, Huigen... satu per satu mulai menangis. Lalu kudengar seseorang menuntun langkah kaki tertatih-tatih mendekat – Zhao Hong, yang datang meski lukanya parah.
Yang dilihatnya adalah pemandangan beberapa orang pria berkerumun sambil tersedu dan berlinang air mata. Dia bertanya keras: "Kalian menangisi apa?!"
"Lao Hui... Lao Hui sudah pergi..." Yang menjawab Zhao Hong adalah Mas Yuan Yi.
"Apa?!" Zhao Hong nyaris terjatuh, ditopang orang lain. Lalu bergumam: "Kenapa? Bagaimana bisa? Bukankah kita sudah melewati hidup-mati bersama? Kenapa dia pergi?"
Di akhir ucapan, Zhao Hong pun menangis. Suaranya mulai bergetar.
Malam musim panas yang gerah masih menyiksa, tapi tiba-tiba angin dingin berhembus perlahan menerpa tujuh pria yang basah oleh air mata ini. Tapi bisakah angin itu mengusir kesedihan?
“Pergilah, temukan Lao Hui kembali, seorang heroik layak mendapat pemakaman. Jangan sampai usaha Lao Hui sia-sia, situasinya lebih parah dari yang kuduga!” Tiba-tiba sebuah suara menyela suasana duka ini, berasal dari Jiang Yi.
Saat saudara-saudaraku mendekat tadi, Jiang Yi telah mundur ke samping dan diam-diam memeriksa jam tangan penting itu. Setelah selesai, dia berbicara kepada kami!
“Ayo berangkat!” Xiao Bei pertama kali mengusap air mata, memasukkan tangan ke saku celana. Kulihat tangannya bergetar. Saat ini, kurasa yang dia butuhkan adalah pertarungan, pelampiasan.
Sikap setiap orang sama: mengusap air mata lalu berdiri tenang di belakang Xiao Bei. Xiao Bei menatapku berkata: “Cheng Yi, kau tidak ikut?”
“Aku mau pergi.” Jawabku singkat!
Xiao Bei mengangguk. Mas Yuan Yi tanpa bicara langsung mendekat dan membopongku, “Kalau begitu ayo berangkat. Kubawa kau, hemat sedikit waktu.”
Aku tidak berdebat, membiarkan Mas Yuan Yi membopong. Saat itu Jiang Yi sedang memberi pengarahan pada staf tentang penghapusan jejak. Satu menit kemudian, puluhan 'polisi' bersenjata lengkap muncul. Tentu saja mereka bukan 'polisi', hanya menyamar! Mereka pastinya anggota departemen rahasia.
“Ayo!” kata Jiang Yi tenang, lalu berjalan di depan. Saat melewatiku, dia berbisik: “Hati ini gelisah. Seorang kawan lama pakai ramalan, hasil ramalannya membuatku buru-buru datang. Untung bisa menyelamatkanmu tepat waktu, kalau tidak mana mungkin hatiku tenang.”
“Lao Hui tidak bisa diselamatkan lagi.” Aku sendiri tak paham perasaan apa yang sedang kurasakan, apakah ini bentuk kemarahanku pada Jiang Yi?
“Rohnya telah diselamatkan!” Jiang Yi berjalan di depan tanpa menoleh ke belakang.
Heh, sama dengan pandangan guru leluhurku? Atau, orang sakti pun tak menarik, kehilangan beberapa emosi, apakah hidup jadi hambar? Aku tidak bermaksud menghina guru leluhurku, ini memang 'hati nurani'-ku sendiri. Rintangan perasaan sulit diatasi, diriku yang berkata "takkan melepaskan" di Desa Tandus itulah jati diriku sebenarnya.
Suara langkah kaki bergema di malam yang sunyi ini, tenang tanpa kebisingan. Jiang Yi berjalan di depan, masuk ke ruangan yang baru saja kutinggalkan. Ruangan ini sunyi yang mengerikan! Sama sekali tak seperti tempat pertarungan sengit yang terjadi 10 menit lalu.
Tujuh pria kuat masih terikat di lantai dua, mengeluarkan rintihan seperti hantu serigala, seolah mengalami teror hebat. Jiang Yi mengerutkan alis, berbisik pada orang di sampingnya: “Tangani ini!” Kemudian masuk ke ruang bawah tanah di belakang jam dinding besar.
Xiao Bei mengikuti dari belakang. Mas Yuan Yi yang membawaku di punggung juga masuk. Kini kondisiku sudah membaik, kukatakan pada Mas Yuan Yi: “Turunkan aku, aku harus bertarung!”
Mas Yuan Yi tampak ingin berkata sesuatu, tapi akhirnya diam. Ia menurunkanku. Namun begitu kakiku menyentuh tanah, pemandangan di depan membuatku bingung. Apa... apakah ini ruang bawah tanah yang kutinggalkan tadi?
