Saat itu tengah malam. Meski kegelapan malam mengaburkan pandanganku, bayangan pegunungan yang bergelombang di bawah kelopak mataku tak mungkin salah kulihat. Menatap ke atas, bulan dan bintang terasa begitu dekat. Benar, aku sedang berada di langit!
Seketika aku terdiam. Namun keheningan ini disertai getaran halus di seluruh tubuhku, termasuk otot-otot wajah yang berkedut. Ini adalah ekspresi kegembiraan yang memuncak tapi tak terucapkan!
Selama ini, bisa terbang bebas di langit biru adalah mimpi umat manusia. Untuk mimpi ini, manusia terus berusaha hingga terciptanya berbagai alat-alat penerbangan yang pada akhirnya mewujudkan mimpi ini walau tak sempurna.
Namun penerbangan dengan bantuan alat berbeda sama sekali dengan sensasi terbang menggunakan tubuh sendiri. Ini bisa disebut sebagai penyesalan yang tak kecil. Hari ini, meski digendong Zhenni sang pemimpin, pengalaman ini sungguh berbeda.
Terbang di ufuk langit adalah perasaan melepaskan diri secara fisik dan mental - perasaan yang membangkitkan kegairahan sejak zaman purba hingga kini: Kebebasan!
Benar, perasaan kebebasan tak terbatas itu, rasa terbebas dari belenggu. Tapi aku tak tahu mengapa muncul perasaan ini?
Namun ini hanya satu sisi dari perasaanku saat ini. Yang lebih mengganggu, pandangan duniaku seolah hancur berantakan. Meski kini berada di langit ketujuh, aku tetap tak bisa menerima realitas ini. Bahkan sempat mengira si Kakak sulung Zhenni menggunakan metode tertentu yang menjebakku dalam ilusi.
Pikiran ini membuatku tanpa sadar menggigit lidah. Jika ini keadaan roh, seharusnya tak ada rasa sakit. Tapi kenyataannya perih sekali! Ujung lidahku benar-benar nyeri! Ini membuktikan tubuhku benar-benar ada di langit, atau ilusi Zhenni sudah sampai level bisa mensimulasikan lima indera - sesuatu yang hanya bisa dilakukan dewa sejati!
Merasa aku sudah sadar, Zhenni tiba-tiba bicara dengan suara tertahan: "Tenaga dalamku tak memadai. Tak bisa banyak bicara sekarang. Diamlah."
Jadi aku benar-benar harus diam, tapi rasanya seperti dicekik!
Kuusahakan menerima kenyataan ini. Ingat ucapan Guruku saat kecil dulu: "Taoisme merosot. Di era keemasan, banyak ahli spiritual bisa terbang di angkasa dan menempuh ribuan li dalam sekejap. Pengetahuan orang zaman itu mungkin jauh melebihi generasi kita."
Pada masa itu, hati manusia relatif murni, sumber daya relatif melimpah, alam semesta juga relatif bersih. Banyak orang memiliki keyakinan yang teguh. Para ahli Taoisme yang mumpuni tak perlu terlalu mengisolasi diri, melainkan mencari ketenangan dan pemahaman. Maka era itu juga menjadi zaman bermunculannya mitos dan legenda, periode dimana orang-orang luar biasa dan peristiwa aneh sering muncul di kalangan rakyat.
Warisan dari zaman kuno, baik itu "Shan Hai Jing" maupun "Sou Shen Ji", semuanya penuh dengan kejadian misterius. Terbang di langit apa istimewanya? Aku menarik napas dalam-dalam, merenungkan... Lagipula, di seluruh penjuru bumi baik Timur maupun Barat, bukankah kemampuan terbang selalu menjadi ciri utama para dewa dan orang suci? Terbang dalam arti sesungguhnya! Ini tak bisa dikatakan sebagai kebetulan imajinasi manusia belaka, bukan?
Sebagai seorang Taoist, aku mengakui pengetahuan yang kumiliki tak bisa dibilang dangkal. Bahkan persilangan dimensi yang tiba-tiba pernah kusaksikan. Namun saat ini aku masih terus membangun keyakinan diri. Proses belajar Taoisme-ku berjalan beriringan dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan di sekolah. Pertumbuhanku dalam menyerap pengetahuan adalah proses konflik internal. Guruku selalu berpesan di telingaku: "Carilah saling penguatan, bukan saling tolakan."
Begitulah yang kulakukan, perasaan konflik yang menyiksa itu perlahan menghilang. Tapi saat ini, fakta bahwa aku berada di langit benar-benar terpampang di depan mataku. Bagaimanapun, aku tak bisa membangun persiapan mental dengan baik. Pikiranku terus terpaku pada satu hukum fisika — Hukum Gravitasi Universal... Untuk melepaskan diri dari gravitasi, dibutuhkan daya pengereman yang kuat. Misalnya pesawat terbang atau balon udara. Yang pertama mengandalkan daya dorongnya sendiri yang kuat, sedangkan yang kedua memanfaatkan hukum alam tertentu lalu mengubahnya menjadi daya dorong untuk melepaskan diri dari gravitasi!
Bagaimana mungkin manusia bisa melakukannya?
Dalam lamunan yang kacau, perasaanku sangat tidak tenang. Aku bahkan lupa untuk merasakan pengalaman terbang ini. Setelah membangun persiapan mental yang kuat, barulah aku bisa menenangkan pikiran dan merasakan bagaimana caraku terbang. Tapi saat kurenungkan dengan tenang, kusadari ini bukan semata-mata soal kecepatan. Bagaimana menggambarkan perasaan ini? Sebenarnya ini lebih seperti melompat di langit daripada terbang lurus...
Kedengarannya sangat mistis, mungkin banyak orang tak akan memahami pengalaman ini. Saat kucoba merasakannya lagi dengan lebih detail, bisa kukatakan: Ketika aku masih bisa melihat pemandangan sekitar, kurasakan bahwa Pemimpin Wanita Zhenni seperti sedang meluncur. Seperti benda yang setelah melesat dengan kecepatan tinggi, masih akan terdorong oleh momentum beberapa jarak sebelum akhirnya meluncur perlahan dengan kecepatan yang semakin berkurang.
Saat aku tidak bisa melihat pemandangan di sekitar, tadi ada gaya yang bekerja secara instan pada kami, lalu dalam sekejap kami melesat dengan kecepatan luar biasa menempuh jarak jauh. Ada perasaan bahwa proses ini terlalu cepat, sehingga aku tak bisa melihat jelas pemandangan sekitar.
Tapi ilmu pengetahuan yang kupelajari sejak kecil sampai universitas mengatakan: ketika kecepatan mencapai tingkat tertentu, akan timbul hambatan besar. Jika kecepatannya ekstrem, manusia seharusnya terkoyak-koyak oleh hambatan itu, bagaimana mungkin bisa menanggungnya?
Aku bingung, ini benar-benar melampaui kognisiku. Misalnya ilmu Tao-ku dulu, selalu bisa kucari penjelasan ilmiah untuk memverifikasinya, agar tak hidup dalam kesakitan. Bahkan langkah Gang yang paling mistis, bisa kukira sebagai gerakan khusus yang membangkitkan resonansi alam semesta - seperti rangkaian listrik sederhana yang tersusun tertentu bisa mengalirkan listrik. Sedangkan mantra dan Konsentrasi Pikiran adalah cara manusia sebagai makhluk paling mulia di antara segala ciptaan memanggil kekuatan alam, ibarat diri menjadi saklar.
Belajar Tao adalah mempelajari hukum alam semesta. Untuk menyatu dengan alam, harus ada hati yang mengikuti prinsip "Tao mengikuti alam". Bagaimanapun hukum alam semesta terkandung dalam makna natural - semakin dekat dengan alam, semakin menyatu dengan semesta, maka semakin efektif menjadi "saklar" ini.
Diri sendiri adalah alam semesta, sebagian dari alam semesta adalah diri sendiri!
Aku terlalu paham prinsip-prinsip ini. Tapi terbang... apa itu terbang? Aku tak bisa lagi menjelaskan sensasi ini!
Aku tak bisa membedakan apakah ini mimpi atau kenyataan, perlahan-lahan di bawah langit berbintang dan cahaya bulan ini, aku merasa diri menjelma angin yang bebas berkeliaran. Ingin aku berteriak, sekalipun ini hanya mimpi, tiba-tiba aku sangat merindukan perasaan ini!
Pantas saja orang-orang bilang dewa itu baik, ternyata benar enak jadi dewa...
Tapi beberapa perasaan, meski kau sangat merindukannya, pasti akan berakhir. Seperti saat Pemimpin Wanita Zhenni kembali ke kondisi meluncur yang kubicarakan, dia mulai turun perlahan. Di bawah pandanganku terbentang pegunungan tak berujung, di tengah malam suara serangga dan raungan binatang terus bergema, di bawah sinar bulan pucat, bayangan-bayangan pohon tua tampak menyeramkan... Tapi ternyata Pemimpin Wanita Zhenni mendarat perlahan di tempat seperti ini.
Aku masih tak sadarkan diri. Bahkan tak tahu di mana ini. Hanya merasa hutan ini penuh bau busuk, daun-daun di bawah kaki yang tertumpuk begitu tebal sampai terasa seperti kaki terbenam, licin-leklet, mungkin daun di bawahnya sudah membusuk.
Segudang pertanyaan ingin kusampaikan, tapi Pemimpin Wanita Zhenni sama sekali tak memberiku kesempatan. Dengan teriakan khasnya: "Si bocah nakal! Masih betah di punggungku? Badanmu segede ini kira ringan kubawa, ya?"
Aku langsung merasa malu, bagaimanapun juga terlepas dari identitas Zhenni sang pemimpin wanita, seorang pria dewasa seperti aku yang bergelantungan di tubuh wanita 'mungil' tentu tidak pantas dipandang. Dengan canggung aku menjulurkan lidah, lalu segera turun dari punggung Zhenni.
Gerakan menjulurkan lidah itu kebetulan tertangkap mata Zhenni. Dengan ekspresi pasrah ia berkata: "Pria dari keturunan Lao Li, semuanya seperti anak kecil. Lihatlah, sudah dewasa begini masih menjulurkan lidah! Kalau dianggap baik, ini disebut hati polos layaknya anak kecil. Tapi kalau tidak, berarti tingkat kecerdasanmu patut dipertanyakan."
Di tengah kalimatnya, tiba-tiba ia membalikkan telapak tangan. Sebelum sempat bereaksi, sebuah pil lagi sudah dipaksa masuk ke mulutku. Ia sendiri juga menelan satu butir. "Tempat ini penuh gas beracun. Pil ini adalah obat penangkal racun. Meski aku kebal, menghirupnya tetap tidak baik bagi tubuh. Nanti harus bersusah payah membersihkannya. Kau tunggu sebentar, aku perlu meditasi. Barusan terlalu menguras tenaga. Sebentar lagi akan kugendong pulang."
Usai bicara, Zhenni sang pemimpin wanita langsung menangkap kerah bajuku tanpa mempedulikan protesku. Dengan kekuatan luar biasa dan kelincahan bak monyet, ia menyeretku ke pohon. Hanya dalam beberapa gerakan cepat, tubuhku sudah teronggok di antara dua cabang lebar. Sementara dirinya dengan ajaib merangkak ke pucuk pohon, duduk di ranting kurus yang terlihat rapuh, mulai bermeditasi menghadap bulan.
Aku mengerang pasrah. Aku pikir lebih baik aku menanggalkan pandangan dunia dan prinsip ilmiahku selama bersama Zhenni si pemimpin wanita ini.
