Gedung kecil ini cukup sederhana. Begitu melangkah masuk, gelombang hawa panas menyergap. Kipas angin lantai tua berderit 'kreek-kreek' mengayun, semburan angin panasnya mungkin hanya memberi penghiburan batin semata.
Ruangan dipenuhi beberapa tikar tipis, tapi dipenuhi para pria yang berbaring. Hanya dengan berdiri di kamar ini, panas menyengat khas musim panas bercampur dengan kegelisahan pra-pertempuran yang terpancar dari tubuh para pria, menciptakan dorongan dalam hati seperti sesuatu yang hendak meledak. Rasanya ingin segera bertempur habis-habisan di musim terik ini.
Sebuah siluet berlari mendekatiku, tidak seperti saat kecil yang langsung menempel di tubuhku. Ia hanya berdiri di sampingku, tersenyum kaku dengan tatapan heboh.
"Kak..." Huigen membuka mulut, lalu tiba-tiba 'malu-malu' tak tahu harus berkata apa.
Apakah ia tumbuh begitu cepat belakangan ini? Tiba-tiba menjadi pendiam dan pemalu - tanda kedewasaan psikologis seorang pria. Ia tak lagi cerewet seperti bocah kecil.
Secara refleks kusentuh kepala botak Huigen. Huigen kecil memang menggemaskan, tapi kuterima kedewasaannya meski prosesnya penuh peristiwa yang terukir di tulang.
"Kak..." Qiangzi menghampiri.
"Cheng Yi!" "Cheng Yi, kau datang juga..."
……
Mereka yang pernah bertarung bersamaku - Mas Yuan Yi, Xiao Bei, dan lainnya - berkerumun. Kupeluk satu per satu. Meski tak terlalu mesra, kubersedia menyerahkan punggungku pada mereka dalam pertempuran. Inilah persaudaraan antar pria.
Selain mereka, kebanyakan orang di ruangan ini tak kukenal. Kehadiran Jiang Yi membuat suasana agak kaku. Huigen berbisik, "Kak, masih banyak lagi di lantai atas."
Kuperhatikan Huigen yang kini berkulit legam. "Ya kan? Berat tidak hari-hari ini?"
"Nggak. Gua rasa inilah hidup yang pantas untuk pria sejati." Sorot mata Huigen memancarkan kilau aneh.
"Aku tak tahu harus berkata apa, tangan terletak di kepala botak Huigen, hanya terdiam."
Jiang Yi tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya berdiri sejenak lalu berbalik keluar ruangan. Sambil menggenggam tas punggungku, kuteriakkan ke punggungnya: "Kau tidak ikut bertarung? Andai kau turun tangan, setidaknya bisa menghindari banyak korban jiwa."
Melihat keahlian Zhenni, kupikir aksi Jiang Yi pasti juga akan luar biasa dahsyat. Kematian Lao Hui telah meninggalkan bayangan kelam di hatiku. Aku takut kehilangan rekan dekat, hasratku membara agar pertempuran mereka mendapat perlindungan.
Mendengar teriakanku, Jiang Yi tiba-tiba menoleh: "Bila identitas dan pengaruh mencapai tingkat tertentu, bahkan pertempuran pun tak lagi bebas. Komunitas punya aturannya sendiri. Tugas utamaku lebih sebagai penyeimbang. Percayakah kau? Andai aku turun tangan, pengorbanan justru akan lebih banyak."
"Mengapa?" Aku bingung, mengapa turun tangannya justru meningkatkan korban?
Tapi Jiang Yi sepertinya tak mau menjelaskan lebih lanjut. Ia melangkah keluar pintu gerbang sambil melemparkan kalimat: "Nanti kau akan tahu."
Apa yang akan kuketahui nanti? Kebingungan melanda, tapi tak kukejar juga. Kebanyakan orang di sini tahu identitas Jiang Yi. Atau mungkin ia perlu menjaga keagungannya? Aku membuat tebakan sembarangan.
Hanya saja, tak lama setelah Jiang Yi pergi, tiba-tiba terdengar suara siulan dari dalam ruangan. Sebuah suara kemudian berkata, "Bangsat, hampir mati kebelet! Ayo, minum-minum..." Sambil bicara, entah dari mana orang itu mengeluarkan kaleng bir dan meneguknya dengan nikmat.
Suasana hening di ruangan tiba-tiba berubah riuh. Ada yang minum arak, ada yang membual, bahkan ada yang main kartu... Harus diakui, beginilah seharusnya suasana ketika sekumpulan pria berkumpul. Aku tak bisa menahan senyum. Kutaruh barang bawaanku. Meski agak sulit berbaur dengan 'orang asing', tapi tak ada salahnya menikmati atmosfer santai sebelum pertempuran ini. Setidaknya bisa mengurangi stres psikologis.
Satu setengah hari kemudian...
Pernah kukatakan bahwa jarak antar pria mudah didekatkan. Sebatang rokok, segelas arak, mungkin cukup untuk memulai obrolan akrab. Meski aku tipe yang canggung dalam komunikasi dan kurang ekspresif, waktu satu setengah hari cukup membuatku akrab dengan 37 pria di sini.
Mereka adalah pasukan inti pertempuran!
Dua jam lagi menuju waktu operasi. Begitu pemberitahuan kapten tim tempur kami: "Masih ada dua jam sebelum bertarung. Kalian boleh cari hiburan apa saja, asal jangan sampai gagal saat waktunya. Para bangsat itu kejamnya bukan main - memperlakukan manusia bukan manusia, mengabaikan nyawa. Tugas kita mengakhiri kejahatan mereka."
Kalimat sederhana seperti ini, sangat polos. Setelah dia selesai bicara, para pria di ruangan hampir langsung bubar, berteriak mencari hiburan. Tapi kenyataannya banyak yang hanya keluar sendirian untuk menghilangkan stres, atau menelepon keluarga, hanya enggan mengakui karena dianggap lemah.
Kami berenam duduk di atap, di samping ada bir yang didinginkan air sumur. Huigen minum soda produksi lokal, 5 fen per botol. Dia tetap tidak berani minum arak.
Saat itu matahari sudah terbenam, udara mulai terasa sejuk. Sesekali angin segar berhembus. Memandang senja dan bayangan pegunungan di kejauhan, otakku mengalami kekosongan aneh. Benar-benar tak memikirkan apapun.
Huigen masih di sampingku 'membual' tentang pengalamannya saat aku di rumah sakit. Seperti operasi penangkapan berulang, bagaimana mereka bergerak memojokkan Lu Fanming dan kawan-kawannya lari seperti tikus ketakutan. Tentu ada momen menegangkan juga. Kami semua tersenyum, mendengar Huigen bercerita dengan semangat.
Di tengah cerita, Huigen tiba-tiba bertanya: "Kak, kau tidak marah sama gua kan? Waktu di rumah sakit, gua tidak datang menjenguk?"
Saat mengucapkan ini, Qiangzi dan Mas Yuan Yi juga melirikku. Tatapan mereka penuh rasa bersalah, seperti ingin bicara tapi ragu...
Aku meletakkan tangan di kepala botak Huigen, memandang ke arah cakrawala sambil meneguk bir, bertanya: "Bagaimana pendapatmu?"
Kali ini yang menjawab bukan Huigen, melainkan Qiangzi. Katanya dengan suara terkekeh: "Kami berpikir, daripada sekadar berbicara dan menemani, lebih baik fokus menghancurkan Lu Fanming. Semakin terpuruk dia, semakin terbalas dendam Lao Hui dan lukamu. Meski nyawa taruhannya, kami rela!"
Aku menenggak bir lagi, terdiam lama sebelum berkata: "Aku paham. Seperti kali ini, aku bersumpah akan menghabisi Lu Fanming sendiri, sekalipun harus bertarung habis-habisan."
Di tengah angin dan senja, suasana hening menyergap. Tatapan semua penuh tekad. Setiap tangan mengepal erat tinju. Mas Yuan Yi asyik menghitung pil di tangannya - obat yang kuserahkan tadi. Aku belum sempat menceritakan tentang kakeknya, hanya bilang ini titipan sahabat lama. Entah kenapa dia sangat memedulikannya. Apakah dia merasakan sesuatu? Tak ingin kupikirkan. Pertempuran sudah di depan mata. Bertahanlah! Bertahan hidup, baru kita bicara nanti.
Sebenarnya aku trauma dengan pemandangan seperti ini. Dulu sebelum perang di Desa Miao Heiyan, Guruku pernah mengajakku jalan-jalan di kota kecamatan. Senja saat itu juga merah membara. Tapi sepulang dari sana, tak lama kemudian Guruku menghilang.
Semoga kali ini, tak ada satu pun dari kita yang harus berkorban!
Dua jam berlalu dengan cepat, kami berkumpul dalam diam di dalam ruangan. Sebelumnya, kami sudah berganti seragam kamuflase standar dan telah mengoleskan ramuan anti nyamuk dan sebagainya. Perbedaan dengan penjaga sejati adalah mereka dilengkapi senjata lengkap, sementara tubuh kami dipenuhi berbagai alat ritual dan Kertas Fu.
Hongzi berangkat lebih dulu dari kami. Sebagai pemimpin pasukan kali ini, karena hubungan sensitif tertentu, departemen operasional juga akan terlibat untuk mencegah 'insiden' apapun di perbatasan, seperti pasukan dari sana.
Aku tak mau menilai alasan di balik ini, juga malas memikirkannya. Yang kuketahui, misi utama kami adalah menghentikan kelompok ini, menghabisi Lu Fanming dengan tangan sendiri, dan memusnahkan si kecil - jika memang si kecil berada di bawah kendali Lu Fanming.
Sebelum pergi, Hongzi memeluk kami. Katanya, "Tugasku kali ini paling santai. Sejujurnya, aku tak menghadapi bahaya berarti. Tapi kalian semua harus kembali hidup-hidup!"
Ya, kami berharap bisa pulang dengan kemenangan dan utuh. Sebelum berangkat, Jiang Yi datang.
