Cahaya senter semakin banyak, semakin terang. Perlahan, bayangan orang muncul di puncak gunung sana, lalu yang kedua, ketiga...
Kami bersembunyi di tempat gelap, sementara mereka membawa senter. Jadi, setiap gerakan di puncak gunung sebelah terlihat jelas oleh kami. Ada kabar bahwa yang kami hadapi mungkin bukan manusia. Aku takut melihat sekumpulan 'zombie monster', tapi kenyataannya tidak demikian. Setidaknya dua puluh lebih yang sudah muncul masih terlihat seperti manusia normal.
Suasana sudah mencapai titik kritis yang menegangkan. Saat ini di sekitarku hampir tak terdengar suara nafas. Saat ketakutan mencapai puncak, manusia tidak terengah-engah, tapi secara instingtif menahan nafas. Inilah kondisi kami sekarang.
Semakin banyak orang memadati puncak gunung. Orang-orang di depan sudah mulai turun. Baru sekarang aku menyadari keanehan: sepuluh orang terakhir ini, di cuaca panas terik seperti ini, memakai topi dan jubah. Apakah ini...? Aku mengerutkan alis, pertama karena mungkin benar ada monster seperti itu, kedua karena aku tidak melihat bayangan Lu Fanming.
Tapi ini wajar. Menurut informasi dari Lao Hui, Lu Fanming sudah berubah menjadi monster. Mungkin salah satu dari empat orang bertopi itu adalah Lu Fanming! Hanya saja tepi topi mereka terlalu rendah dan jubahnya menutupi, jadi aku tidak bisa mengenalinya.
Tepat 41 orang. Mereka mulai turun gunung satu per satu. Jarak antar puncak gunung sebenarnya tidak jauh, hanya terhalang lembah di tengah. Di keheningan pegunungan, kami bisa mendengar obrolan terputus-putus mereka, tapi isinya hanya basa-basi tak berarti.
Apa semoga perjalanan ini lancar ya, setelah melewati ini, bisa hidup bahagia lagi dan sebagainya.
Wang Wu tergeletak di posisi paling depan, saat ini sudah membuat sebuah isyarat tangan. Arti isyarat ini adalah: begitu mereka turun ke lembah dan mendekati formasi, kelompok pertama harus segera bergerak maju.
Kelompok pertama terdiri dari 14 orang, murni tim tempur. Jelasnya, ini adalah tim yang ahli dalam pertarungan jarak dekat. Mereka akan berada di garis depan untuk menahan musuh dan membeli waktu bagi kami melakukan ritual. Huigen berada di kelompok pertama ini.
Waktu berlahan-lahan. Meskipun lereng bukit menurun ke lembah curam, karena ini adalah turunan, kecepatan mereka cukup cepat. Hanya dalam 20 menit, sebagian besar sudah sampai di lembah, menyisakan mereka yang masih memakai jubah.
Gerakan mereka agak kaku sehingga memperlambat turunan. Dalam hati aku tersenyum sinis: Tidak bisa menyamai 'tingkatan' Bupati Tua, apakah ini kegagalan?
Orang-orang yang sudah sampai di lembah dengan sabar menunggu di tepi. Keajaiban terjadi: mereka yang berjubah seolah tak sabar turun perlahan. Saat tersisa sepertiga jarak, tiba-tiba mereka melompat dari lereng curam itu satu per satu.
Di bawah kumpulan cahaya senter, aku melihat dengan jelas orang-orang itu melompat turun dari lereng bukit lalu berdiri seolah tak terjadi apa-apa. Topi beberapa orang terjatuh, memamerkan wajah-wajah yang sangat mengerikan di bawah sorotan senter - wajah dengan kulit baru dan kulit lama yang membusuk saling menjalin, jaringan otot baru dan lama saling bersilangan, permukaan tidak rata yang menyeramkan... Ini ketiga kalinya aku melihat wajah seperti ini.
Dari belakangku terdengar beberapa kali suara tarikan napas tertekan. Rupanya mereka ketakutan oleh pemandangan aneh ini. Wang Wu menoleh ke belakang, melirik tajam ke arah sumber suara. Orang-orang yang tidak tahan langsung menutup mulut mereka sendiri, berusaha tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Kelompok itu terus berjalan. Wang Wu mengangkat tangan kanannya, membentangkan lima jari dan mulai menghitung mundur. Semua orang paham, saat tangan Wang Wu mengepal menjadi tinju, itulah saat aksi dimulai - badai harus segera datang.
5. Kelompok itu telah melewati tepi lembah...
3. Mereka masih berjarak sekitar 30 meter dari hutan jarang tempat formasi spiritual disembunyikan di tengah lembah...
0. Wang Wu mengepalkan tangannya erat-erat. Tinju besar itu memancarkan kekuatan eksplosif yang unik di bawah cahaya bulan. Persis di saat itu, kelompok itu memasuki tanah lapang berumput lebat di depan hutan jarang tersebut...
“Chong…” Seorang pria tiba-tiba berdiri. Orang ini adalah kapten tim pertama bernama Chen Li, bertubuh gagah dengan tinggi dua meter. Sebagai praktisi metode rahasia agama Buddha dalam melatih fisik, ketika bangkit secara tiba-tiba seperti puncak gunung yang menjulang. Teriakan "Chong" yang bergemuruh itu langsung memicu pertempuran.
Chen Li pertama kali menerjang. Huigen yang selama ini tergeletak di sampingku juga mengaum laksana harimau lalu menyusul Chen Li. Seketika 14 pria itu seperti angin menerjang turun dari bukit tempat kami berada.
Pemandangan itu sungguh menggetarkan. Sekelompok pria berlari bagai angin dengan energi meledak-ledak, disertai raungan harimau yang meningkatkan semangat. Adegan ini membuatku tertegun, tanpa sadar membayangkan bagaimana dahsyatnya ribuan pasukan berkuda jika ini benar-benar medan perang.
Bersamaan dengan itu, suara peluit nyaring terdengar dari barisan kami. Disusul lolongan serigala yang sangat mirip bergema di puncak bukit dengan gema panjang mengitari pegunungan - itu suara Xiao Huo...
Balasan untuk Xiao Huo datang dari segala penjuru: lolongan serigala yang lebih pendek namun berenergi, mirip gonggongan anjing. Kawanan serigala hutan datang! Meski tak sekuat serigala padang rumput, kawanan serigala hutan ini jauh lebih licik...
Teriakan serigala itu datang dari segala arah, semakin mendekat ke lereng bukit di belakang rombongan Lu Fanming, bertujuan memblokir jalan pelarian mereka!
Hanya dalam 10 detik, situasi berubah drastis. Rombongan Lu Fanming yang berdiri di tanah lapang itu terkepung secara mendadak. Dalam cahaya senter, kulihat mereka panik, bahkan belum sempat menyadari situasi.
Saat itu, kelompok pertama sudah melesat seratus meter lebih menuruni lereng. Di lembah, akhirnya rombongan Lu Fanming bereaksi. Kudengar suara parau yang tidak mengenakkan berteriak: "Matikan senter..." Suara itu tenang, seolah pengepungan mendadak kami sudah diperhitungkan.
Suara itu terdengar familiar namun asing sekaligus. Di detik itu, aku menggigit gigi kuat-kuat. Ya, berbeda tapi tetap bisa kukenali sebagai suara Lu Fanming! Perintah matikan senter adalah penilaian presisi yang langsung mengubah situasi. Dengan senter dimatikan saat kelompok pertama belum mencapai mereka, mereka bisa bubar dan bersembunyi - baik untuk Pertarungan Ilmu maupun kabur dalam kekacauan, ini memberi keuntungan besar.
Tapi apakah berguna? Saat ini aku sudah berdiri, semakin banyak orang juga ikut berdiri. Di puncak gunung ini, terdapat sebidang tanah lapang yang sengaja diratakan. Seketika, suara-suara melantunkan mantra bergema, mereka yang membentuk mudra, melangkahi formasi langkah GANG, menggunakan mantra verbal dari metode rahasia agama Buddha—semua mulai bergerak. Tugas kami adalah melindungi tim pertama agar bisa menerobos dengan lancar!
‘Peng’ ‘Peng’ ‘Peng’—beberapa dentuman berturut-turut. Setelah cahaya senter padam satu per satu, beberapa lampu sorot raksasa menyala, mengarah langsung ke tanah lapang di lembah. Jadi, apakah ini berguna? Kami sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.
Aku tidak buru-buru turun tangan. Karena jiwa saya terluka parah, kondisi saat ini belum pulih sepenuhnya. Ini berarti aksiku akan sangat terbatas. Aku sudah memutuskan: jika tidak bertindak, maka sekali bertindak harus menjadi 'pukulan mematikan'!
Mataku menatap tajam ke arah Huigen. Saat berlari, pisau pantangannya sudah tergenggam di tangan. Kilauan pisau yang terang benderang, diterangi lampu, meninggalkan jejak cahaya putih menyilaukan dalam kecepatan tinggi di kegelapan malam. Malam ini, pisau itu pasti akan haus darah. Semoga Huigen tidak terjadi apa-apa. Aku harus terus mengawasinya.
Bersamaan dengan penerjunan tim pertama, Xiao Bei dan beberapa orang yang bertanggung jawab atas formasi juga bergegas turun dari puncak gunung. Mereka memikul tugas berat—harus menyempurnakan formasi!
Sementara Lu Fanming dan rombongannya, setelah mengalami kepanikan awal, di bawah sorotan lampu sorot, tiba-tiba tak lagi gugup. Dari kerumunan mereka, suara serak dan tak sedap Lu Fanming terus bergema: "Jangan panik!" "Mulailah Pertarungan Ilmu!" "Korbankan nyawa untuk bertarung! Terobos, maka kebahagiaan akan menanti kami!"
Aku mengikuti sumber suara, terus mencari di manakah siluet Lu Fanming. Akhirnya kudapati Lu Fanming, sosok tertinggi di antara kelompok bertopi itu!
Lu Fanming, meski tak kuhantam langsung, bukan berarti aku tak punya cara. Kukeluarkan beberapa lembar jimat dari saku!
