Pikiranku mati rasa. Melihat saudara-saudara bertarung habis-habisan sementara aku tak bisa berbuat apa-apa sungguh menyiksa. Tapi aku harus tetap tenang. Kupahami dalam hati semua orang, baik karena kisahku di pasar hantu maupun pengakuan Jiang Yi atas 'penampilan magis' ku di ruang rahasia, telah menjadikanku kartu as terakhir.
Termasuk anggota kelompok ini yang memiliki perasaan sama. Kilatan petir surgawi tadi yang membunuh monster jubah hitam hanya dengan sekali sambar, membuat mereka menaruh harapan besar padaku.
Ini adalah pengakuan sekaligus tekanan. Menahan diriku untuk tidak gegabah karena kumemikul harapan semua. Jika tidak bertindak, biarlah. Tapi sekali turun tangan, pasti seperti petir menyambar yang mengubah jalannya pertempuran.
Di belakangku, Qiangzi telah menyelesaikan ilmu sihirnya. Pada saat itu juga, angin kencang bertiup kencang di belakangku hingga seragam kamuflasiku yang agak berat berkibar-kibar. Angin ini mengandung kehendak dan tekanan yang berbeda, namun juga menyimpan kekuatan ajaib. Saat angin melintas, kurasakan konsentrasiku pulih sedikit. Dan kekuatan ini bahkan bukan ditujukan padaku!
Inikah kekuatan ahli ilmu gaib? Aku terkesima. Dari situasi di lapangan, yang paling berbahaya adalah Huigen. Aku tidak berani menoleh ke Qiangzi, mataku terus menatap Huigen. Lega rasanya ketika pendarahannya sudah berhenti. Lebih ajaib lagi, ototnya yang sebelumnya mengembang hingga batas maksimal perlahan kembali normal, bahkan lebih kecil dari sebelumnya. Sekarang dia lebih mirip pemuda kekar biasa daripada pria berotot.
Apa yang terjadi? Apakah ini kegagalan? Tapi jika gagal pun tidak apa, setidaknya Huigen tidak akan meledak seperti balon. Bayangkan jika harus menghadapi pemandangan itu, saya pasti akan menjadi gila! Itu akan menjadi bayang-bayang yang menghantuiku seumur hidup! Lagipula dengan Qiangzi dan Mas Yuan Yi di sini, Huigen pasti aman. Ya, bukankah Qiangzi memiliki kemampuan untuk membantu?
Dalam dua detik singkat, begitu banyak pikiran melintas di benakku. Tapi di saat berikutnya, sesuatu yang membuatku tertegun terjadi. Huigen yang semula dicengkeram erat oleh Lu Fanming, tiba-tiba mengangkat tangannya! Dia menggenggam tangan Lu Fanming yang memeluknya, lalu perlahan-lahan mulai mendorong tangan itu!
Apakah... ini yang disebut "gajah tanpa wujud"? Saat kekuatan terkumpul hingga puncaknya, justru kembali ke keadaan biasa? Sebenarnya jika diamati lebih seksama, kondisi Huigen saat ini jelas tidak biasa. Dibandingkan otot bonggol yang dulu terlihat kikuk, sekarang ototnya tidak begitu mencolok. Bentuknya lebih ramping seperti aliran aerodinamis yang penuh estetika. Aku tidak terlalu paham hal ini, hanya teringat komentar Hui Dàye tentang praktisi bela diri: "Banyak orang mengira ilmu silat kuno Tiongkok hanyalah kisah fiksi belaka, kalah dari bela diri Barat terutama dalam hal kekuatan otot! Tapi coba pikirkan, mana ada ahli silat Tiongkok yang berotot bonggol? Suruh mereka lepas baju, umumnya ototnya menyambung seperti garis aerodinamis macam cheetah. Ingat kecepatan lari cheetah, atau binatang buas lain yang penuh kekuatan - mana ada yang berotot menonjol? Sebenarnya otot seperti inilah yang paling eksplosif, menyimpan kekuatan dahsyat."
"Pikir-pikir memang benar begitu. Pada saat ini, melihat Lu Fanming perlahan didorong oleh Huigen, jantungku berdebar kencang!"
Tepat di saat yang sama, kudengar Qiangzi berteriak lantang: "Huigen, Chen Li, aku bantu kalian!" Begitu ucapannya, angin kencang yang berhembus tiba-tiba diam sesaat. Selanjutnya, tiba-tiba seperti orang gila menerjang ke arah Huigen dan Qiangzi. Aku tak tahan menoleh melihat Qiangzi. Saat ini dia berdiri di belakang tongkat tulangnya yang tertancap di tanah, kedua tangan disilangkan di dada dengan posisi aneh, ekspresinya tenang namun penuh kesakralan. Pada momen itu, suatu tekanan yang seolah datang dari alam semesta langsung membuka Mata Ketigaku. Kulihat di belakang Qiangzi muncul bayangan raksasa!
Totem! Citra totem dwimuka yang mistis itu muncul di belakang Qiangzi. Tidak terlalu jelas, bahkan agak buram. Di bawahnya, kami semua terlihat sangat kecil. Meski hanya samar-samar seperti lukisan tinta Tiongkok bergaya bebas yang hanya menggunakan beberapa sapuan tipis dengan ruang kosong luas, namun memberikan kesan visual tak terbatas seolah benar-benar melihat pegunungan hijau dan aliran air jernih. Totem ini pun demikian, memberikan kesan mendalam yang tak terhingga, menunjukkan bahwa ini adalah kekuatan para dewa.
"Kak, dewa penjaga nyawaku." Begitu kata Qiangzi. Meski saat ini dia memanggilku 'kakak', tapi tanpa sadar kurasakan dia seolah sedang berdiri di langit kesembilan yang menjulang, berbicara padaku yang merasa begitu kecil.
Aku belum sempat berkata apa-apa, Qiangzi sudah menutup matanya. Di detik berikutnya, wajah penuh belas kasih itu tiba-tiba membuka mata. Kudengar di medan perang, setiap anggota kelompok pertama yang bertarung berdarah-darah serentak melolong panjang, seolah kekuatan tak terbatas kembali mengaliri tubuh mereka. Hanya sekejap ini, medan perang mengalami perubahan ajaib. Penjaga yang kelelahan tadi tiba-tiba menghantam musuh dengan dahsyat. Bahkan praktisi tubuh dari kelompok Lu Fanming yang mencoba melawan terpukul mundur, dan satu orang tewas.
Luar biasa, benar-benar luar biasa! Saat itu, jantungku dipenuhi kehebohan dan kebanggaan. Ya, aku bersemangat untuk saudara-saudaraku, bangga pada mereka. Karena tiba-tiba Huigen mengeluarkan lolongan panjang ke langit, dengan tenaga penuh mendorong Lu Fanming hingga terlempar. Ia berbalik menarik Chen Li, lalu menendang Lu Fanming dengan keras - dengan kekuatan saat ini, Lu Fanming sampai terlempar beberapa langkah!
Chen Li memandang Huigen dengan mata berbinar. Huigen mengangkat pisau pantangannya, mata pisau mengarah ke Lu Fanming. Anehnya, Lu Fanming malah menghindari konfrontasi. Ia berbalik dan mundur ke sudut yang relatif aman di medan perang, diam termenung entah memikirkan apa.
Lu Fanming ini, sejak pertama kali berinteraksi, aku tahu meski dia gila, tapi juga penuh siasat. Jangan-jangan dia punya konspirasi? Aku merenung, di bawah Mata Ketiga, medan perang yang kacau, tabrakan berbagai kekuatan di langit mengganggu pikiranku.
Dalam hitungan detik, perubahan besar terjadi. Semua ini berkat saudara-saudaraku yang sedang bertarung habis-habisan! Tapi persis saat itu, suara lembut: "Sudah hampir." Terdengar di telingaku. Itu Mas Yuan Yi. Sudah hampir apa?
Aku menoleh dan melihat Cap Leluhur Mas Yuan Yi kembali berubah. Setelah dia merampungkan ritual, cap kristal itu berubah. Kekuatan misterius di dalamnya mendidih bak air rebusan, bergemuruh hendak meluap. Warna cap berubah aneh menjadi kuning tanah yang bening.
Tapi kini Cap Leluhur sudah tenang total, bahkan terlihat mati dan berat. Kekuatan misterius tadi seolah menghilang. Bagaimana bisa ini dianggap 'sudah hampir'? Mas Yuan Yi sebenarnya...
Sebelum sempat kuolah pikiranku, tiba-tiba tekanan dahsyat menyapu alam semesta, membuat dada berdebar-debar!
Berbeda dengan tekanan yang dihasilkan Qiangzi setelah menyelesaikan mantra, kesucian dan kekuatan yang mengejutkan dari tekanan ini tidak sehebat Qiangzi, tapi jauh lebih jelas. Begitu jelasnya seolah berada tepat di depan matamu! Sedangkan tekanan Qiangzi meskipun kuat, terlalu samar dan jauh, tidak seperti tekanan ini yang terasa nyata hingga membuatmu merasakan ancaman!
Mana yang lebih mengancam: pisau yang menempel di lehermu atau meriam yang berjarak puluhan kilometer? Tentu pisau! Begitulah prinsipnya!
Jangan-jangan ini ulasan Mas Yuan Yi? Baru saja ide ini terlintas, tiba-tiba terdengar teriakan-teriakan panik dari belakang. Seketika, roh jiao (naga air) berwarna kuning tanah yang hidup muncul di langit. Kehadirannya langsung meredakan semua kekuatan roh yang sedang bertarung di angkasa. Meski jiao bukan naga sejati, tapi kemiripannya sudah sangat dekat. Siapa berani menantang wibawa dan kekuatan naga?
"Gao Ning, bantu aku!" teriak Mas Yuan Yi keras-keras. Tanpa ragu, Gao Ning segera berada di belakang Mas Yuan Yi lalu duduk bersila. Seketika, cahaya biru tipis mulai memancar dari tubuhnya. Tanpa ragu menggunakan kekuatan jiwa dan tenaga dalam untuk membantu Mas Yuan Yi. Gao Ning...
Aku merasa tersekat di tenggorokan. Benar, warisannya mungkin tidak gemilang, sihirnya mungkin juga tidak begitu hebat, tapi dia memiliki hati yang rela bertarung sampai mati. Dengan kekuatan jiwa dan tenaga dalam, dia membantu Mas Yuan Yi. Begitu melebihi batas, puluhan tahun tapa Gao Ning akan hancur. Intinya ini adalah aksi hidup mati bersama dalam Pertarungan Ilmu dengan Mas Yuan Yi!
Benar, Lao Hui tidak mati. Pada tubuh saudara-saudaraku ini, Lao Hui hidup kembali. Apa artinya kematian? Mati seperti gunung Tai yang agung, apa yang perlu disesali? Seperti kata Guruku dulu dengan tenang: Manusia harus punya kebenaran yang lebih besar, juga batasan diri.
Hal seperti ini mungkin sudah tak bisa membakar roh manusia modern. Tapi aku yakin, saat bencana datang, orang yang membuat kita tersentuh akan jauh lebih banyak daripada pengkhianat yang kita benci. Jauh lebih banyak!
Dengan bantuan Gao Ning, energi Mas Yuan Yi yang sempat melemah langsung melonjak. Ini terlihat jelas pada naga lumpur kekuningan itu. Sambil menggelengkan kepala dan mengibaskan ekor, makhluk itu mengaum panjang. Saat Mas Yuan Yi berseru "Lekat!", cap leluhur yang tadinya biasa-biasa saja tiba-tiba melesat ke atas lalu menghunjam keras. Naga itu mengaum garang sebelum menyelam ke dalam Tanah!
