Benar, aku tak punya mantra instan. Dalam 'konfrontasi' kali ini, aku mengakui kalah licik dari Lu Fanming. Terlalu fokus pada lukaku, selalu ingin menyimpan kekuatan untuk serangan mematikan terakhir pada Lu Fanming dan kelompoknya!
Dan teman-teman seperjuanganku juga memegang prinsip ini, mereka lebih memilih bertarung habis-habisan di depan, berulang kali menghentikanku, demi membuatku tetap berada di posisi terakhir, menyimpan harapan pamungkas!
Sayangnya pertempuran bukanlah permainan kartu yang biasanya menyimpan 'bom raja' untuk akhir, Lu Fanming jelas lebih paham tentang 'meja permainan' dalam perang ini dibandingku!
Hanya saja, aku belum kalah. Mantra seketika? Aku tidak punya, tapi jika harus membayar konsekuensi, bukan tidak mungkin dilakukan. Seperti misalnya alih-alih menggunakan kekuatan jiwa, langsung membakar kekuatan jiwa. Hasilnya adalah kekuatan jiwa takkan bisa pulih lagi, karena secara tidak langsung, itu berarti membakar jiwa!
Chen Li dan yang lain sudah menerjang maju. Aku tidak bisa hanya berdiri menyaksikan mereka menggunakan nyawa untuk menghalangi Lu Fanming dan kawanannya. Aku mulai merangkai segel tangan - segel untuk membakar kekuatan jiwa tidak rumit, hanya butuh 5 detik. Setelah segel ini selesai, aku bisa melepaskan ilmu besar seketika, bahkan jika akhirnya nyawaku yang melayang!
Ya, konsekuensinya memang seperti itu!
Tapi saat itu, dentuman senjata menggelegar di kegelapan malam. 'Braak!' Aku melihat jelas tubuh Lu Fanming yang paling depan terhenti, kecepatannya melambat drastis. Tembakan berikutnya beruntun, sembilan monster berjubah yang berlari itu kecepatannya ikut melambat. Yang terlemah bahkan sudah berhenti sama sekali.
Suara senjata, apakah Hongzi sudah turun tangan? Hatiku bergembira, aku selalu memandang rendah senjata api, tak disangka mereka masih memiliki kekuatan seperti ini, bisa menghentikan monster zombie yang sedang berlari, juga tak kuasa tidak mengagumi keahlian tembak Hongzi dan kawan-kawannya yang sanggup mengenai sasaran bergerak dengan kecepatan tinggi!
Di saat yang sama, Xiao Huo yang tadi berdiri di sampingku berkata: "Sudah waktunya." Sambil berbicara, dengan tatapan muram dan menyedihkan, ia meniup alat musik aneh di tangannya yang mengeluarkan suara unik, terdengar seperti lolongan serigala kesepian yang pilu.
Sebelum sempat berkata apa-apa, tanganku tiba-tiba ditarik seseorang. Kulihat itu Wang Wu yang sudah sangat kelelahan akibat Pertarungan Ilmu. Kulihat jelas ia mengerahkan tenaga besar untuk sampai di sampingku, terengah-engah berkata: "Chen Cheng Yi, jangan turun tangan, kau pasti tidak boleh bertindak! Ada yang bilang, kau akan bertindak di saat-saat terakhir, jika ada perubahan situasi, aku harus menghentikanmu, kalau tidak akibatnya akan sangat serius, sangat serius..."
Apa maksudnya ini? Sepertinya ada pesan tersembunyi di baliknya. "Jangan bertindak sekarang", mengapa aku dilarang bertindak? Aku bingung, tapi melihat tatapan Wang Wu yang panik dan tulus, mungkin dia juga tak tahu alasannya. Kalau tidak, di saat genting seperti ini pasti sudah dijelaskan. Perasaan krisis dalam hatiku bukannya mereda, malah semakin menjadi. Seolah ada suara dari dalam batin yang terus berbisik: Jangan bertindak! Jika nekat sekarang, pasti akan menyesal!
Ya, aku mulai memperhatikan suara ini. Medan perang sudah beberapa kali dalam kondisi kritis. Saudara-saudaraku bertarung sampai titik darah penghabisan. Aku bertahan tidak turun tangan karena ada suara batin yang terus mencegah. Benar! Bertindak di waktu yang salah pasti akan kusalami penyesalan!
Aku memilih mempercayai Wang Wu, melepaskan tangan. Dentuman senjata di belakang semakin keras. Secara logika, Hongzi dan yang lain seharusnya aman. Selain sembilan monster berjubah, semua musuh sudah mati. Pemilihan waktu turun tangan mereka sangat tepat, pengaturan taktik ini juga sangat brilian.
Aku mulai curiga bahwa pertarungan ini sebenarnya diatur oleh orang yang ahli!
Mengapa dikatakan senjata api tidak berguna dalam pertarungan praktisi spiritual? Karena sebaik apapun kamu bersembunyi, begitu suara tembakan terdengar, praktisi spiritual langsung bisa menilai posisimu di manakah. Jangankan sihir lain, bahkan hanya dengan melepaskan satu roh pun, jiwamu akan mengalami kerusakan parah. Masih bicara soal daya serang? Perlu diketahui bahwa melepaskan roh hampir tidak termasuk dalam kategori ritual. Daya serang terhadap praktisi spiritual tidak tinggi, sehingga tidak memerlukan persiapan khusus. Dari sudut lain, senjata tercanggih pun tetap membutuhkan manusia untuk mengoperasikannya, bukan begitu?
Karena itu, kekuatan penghancur praktisi spiritual sangat mengerikan. Selalu ada kekuatan tak kasat mata yang mengendali mereka agar tidak terlibat dalam pertempuran konvensional orang biasa. Kekuatan ini selain berupa batasan buatan manusia, bahkan Langit sendiri seolah menyiratkan maksud serupa. Praktisi spiritual yang melawan orang biasa, baik kebetulan atau tidak, selalu akan mengalami akhir yang mengenaskan!
Bahkan orang gila seperti Lu Fanming sekalipun, yang berani menyiksa orang biasa, pasti tidak berani campur tangan dalam konflik antar manusia biasa. Kecuali dia sudah memutuskan untuk memutus jalan bertapanya sendiri!
Jadi, aku menarik napas lega. Melihat senjata api berhasil menghentikan monster berjubah ini cukup efektif. Meski monster-monster itu masih menyimpan sebagian kemampuan, aku tidak percaya mereka bisa melakukan ritual dari jarak sejauh ini. Semakin jauh jarak, semakin banyak kekuatan jiwa yang dibutuhkan. Mereka sudah kehilangan hak itu! Setidaknya secara permukaan, karena mereka bukan Bupati Tua yang melawan takdir, dan tidak menelan tumbuhan ungu asli!
Hanya saja, mengapa di dalam hatiku ada perasaan menyedihkan yang membuatku ingin menangis? Aku tak bisa memahami alasannya saat ini!
Tiba-tiba kudengar Mas Yuan Yi dan Gao Ning di sampingku mendengus kesakitan, lalu jatuh bersamaan. Melalui Mata Ketiga, kulihat medan energi penekan itu hancur. Monster jubah yang sebelumnya dihalau senjata api tiba-tiba melesat cepat kembali!
Bahkan kudengar teriakan salah satu penembak: "Bangsat! Peluru dumdum pun tak bisa menghancurkan makhluk-makhluk ini. Mereka apa sebenarnya? Kalau lebih lambat sedikit, bisa kutembak kepalanya. Tapi secepat ini, sulit mengenai!"
Tak kudengar Hongzi berbicara. Ya, kecepatan mereka yang tiba-tiba meningkat ini pasti menyulitkan bidikan!
Namun di saat yang sama, monster jubah lainnya terus menerobos hujan peluru. Tapi satu di antaranya tiba-tiba berhenti, meraba-raba, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam jubahnya. Dari jarak ini, tak bisa kulihat jelas!
Tiba-tiba perasaan sedihku meledak. Seperti ada sesuatu yang kusadari, hingga aku berteriak sekuat tenaga: "Hongzi, kalian cepat lari!"
Tapi mungkinkah melarikan diri? Sesaat kemudian, kilatan cahaya menyambar. Bahkan tak sempat kulihat jelas, hanya terdengar suara dari pepohonan di belakangku: "Apa itu?!" Disusul jeritan-jeritan mengerikan dan suara tubuh terjatuh!
Aku sama sekali tak berdaya. Sebab secepat apapun manusia, takkan bisa menyaingi kecepatan roh!
Ternyata ada benda semacam ini, aku benar-benar tidak menyangka lawan punya benda semacam ini! Nama benda itu sangat sulit diucapkan, secara umum disebut 'bom roh' yang menyegel roh penuh kebencian yang hampir hancur lebur. Begitu roh ini mengincar target, ia akan melampiaskan kebencian tanpa henti hingga hancur total!
Praktisi spiritual saja merasa sulit menghadapinya, apalagi orang biasa!
Alasan aku tidak menyangka lawan punya benda ini adalah karena mengumpulkan roh yang hampir hancur sangat sulit, juga jarang ditemukan. Benar-benar rencana manusia kalah dengan takdir langit, bagaimana bisa begini?
Hongzi, Hongzi dia...? Aku nyaris gila berlari ke lokasi persembunyian Hongzi dan kawan-kawan, sama sekali tidak menyadari bahwa melodi Xiao Huo sudah berhenti total. Dari beberapa sudut mati di medan perang, muncul beberapa serigala besar seukuran anak sapi dengan tatapan siluman. Saat ini satu serigala besar telah menerjang monster berjubah yang tiba-tiba berhenti.
Sekali lagi aku merasakan patah hati. Meski kondisi Mas Yuan Yi, Gao Ning, Xiao Bei, Huigen, dan Qiangzi sangat buruk, setidaknya mereka masih hidup. Apakah aku harus kehilangan saudara lagi?
Aku terus berlari, Wang Wu mengikuti ketat di belakang. Kudengar dia berkata terbata-bata: "Kumohon, jangan turun tangan, jangan..."
Jantungku kacau balau, sedihnya minta ampun, tapi yang mengejutkan, Hongzi ternyata keluar dari tempat persembunyian, memeluk senjata besar yang terlihat hebat, aku langsung tersenyum gembira, tapi menyadari kondisi Hongzi saat ini tidak biasa, bahkan cara jalannya pun aneh!
Dia mulai bicara padaku: "Cheng Yi, sebenarnya aku sudah mati? Aku tidak memberitahumu, sebenarnya aku sudah siap mati, takut kau sedih. Sudah dekat..."
Apa? Hongzi yang jelas-jelas hidup berbicara padaku ini, bilang dia sudah mati? Sudah dekat apa?
Tidak mungkin, tidak, tidak, apa maksudnya? Mataku membelalak, napas tersengal, kata-kata tercekat di tenggorokan, dada sesak minta ampun. Di sampingku, Wang Wu tiba-tiba berlutut, menggenggam tanganku sambil berteriak parau: "Tahan diri, jangan turun tangan apapun yang terjadi, kumohon!"
