Aku tak bisa menilai perasaan para penonton. Mereka mungkin tegang, cemas, merasakan ketegangan dan bahaya yang mengintai. Tapi mereka sama sekali tak bisa merasakan kesakitan yang kualami dalam pertarungan ini.
Bagi manusia biasa, roh tak berwujud saat ditembus. Tapi tabrakan antar roh itu sendiri, khususnya antara roh yang dipenuhi energi jahat, bagaikan dua balok logam besar yang saling bertabrakan. Keras, sengit, tak ada trik apa pun, murni benturan langsung yang keras!
Hanya dua menit pertarungan sengit seperti ini, membuat giginya mengatup kencang, seluruh tubuh bergetar. Keadaan roh juga bisa terluka - luka gigitan yang langsung bekerja pada jiwa, pukulan tinju yang menindih, rasa sakit yang sepuluh kali lebih dahsyat dari sakit fisik, disertai siksaan mental yang membuat kepala terasa seperti tertindih batu.
Luka yang kuterima langsung terpantul pada tubuhku, seperti ekspresi kesakitan Chen Cheng Yi yang sedang duduk bersila di tanah. Serangan si kecil datang lagi, tak ada celah untuk menghindar. Kami kembali bertubrukan lalu terpisah...
Kali ini, mulutku menggigit sepotong 'daging' si kecil. Dengan tatapan dingin kunelan bulat-bulat. Tak ada pilihan - harus menelan untuk mengisi energi. Bila terluka parah, rohku akan tercerai-berai. Ia juga sama, cakarnya mencengkeram sepotong 'daging harimau', tatapannya penuh energi kekejaman saat menelannya.
Tubuh terasa sangat tak nyaman. Bulu indah itu kini compang-camping. Meski tak mengeluarkan darah merah segar, luka-luka yang berbaring tak beraturan di seluruh tubuh menjadi bukti nyata cedera roh yang paling langsung.
Tapi sekarang aku adalah seekor harimau, tak bisa tersenyum, hanya bisa mengaum untuk mengekspresikan kegembiraan dalam hati. Si kecil yang ditakuti banyak orang ini pun kuhajar hingga babak belur. Setidaknya dalam pertarungan ini aku tidak dirugikan!
Daging (energi) si kecil yang masuk ke perut sama seperti sebelumnya, tak berasa apapun. Tapi seketika kurasakan nutrisi kekuatan jiwa yang mengandung energi jahat sekaligus terlalu banyak energi negatif darinya. Namun berkat akumulasi kehendakku selama bertahun-tahun, energi negatif itu segera menghilang tanpa memberi pengaruh apapun.
Selama kehendak aslimu belum musnah, silakan santap saja. Ini adalah 'aturan tak tertulis' dalam kanibalisme antar roh, tak perlu ragu-ragu.
Merasa kondisiku membaik, kusipitkan mata harimau ini dan melangkah anggun mencari peluang serangan berikutnya. Tapi makhluk yang dipengaruhi dendam seperti si kecil ini mana punya isi hati? Semakin kejam sifatnya, hanya teriak: "Bunuh, bunuh, bunuh kau!"
Ucapan si kecil yang paling sering kudengar hanya itu. Di dunianya seolah hanya ada kalimat itu, hanya pembantaian. Ya, ia butuh pembunuhan untuk meredakan dendam yang menggelegak di hatinya. Aku bangga, untuk diriku sendiri dan Lao Hui. Kami merebut Yihui dari tangan Lu Fanming sebelum menjadi monster haus darah seperti ini.
Saat si kecil menjerit, perubahan baru dimulai. Tinjunya yang terkepal mulai tumbuh duri tajam tak berwarna, taringnya juga memancarkan kilauan pucat...
Aku masih menyipitkan mata. Aku tahu persis, benturan berikutnya akan lebih dahsyat. Si kecil langsung menggunakan energi jahatnya. Energi jahatnya berubah wujud nyata, bahkan hendak menyerangku.
Apakah aku lemah? Tentu tidak. Bertahun lalu, aku adalah siluman perkasa di hutan pegunungan. Siluman harimau yang berhasil melalui kultivasi. Jika bisa pulih ke masa kejayaanku, bahkan membebaskan diri dari belenggu dimensi dan mencapai tempat legenda, bukan mustahil! Sayangnya, dulu aku terlalu banyak membunuh, akhirnya ditaklukkan manusia...
Apa ini? Tiba-tiba aku sadar. Aku menyentuh ingatan Si Bodoh. Apa maksud 'membebaskan diri dari belenggu dimensi ke tempat legenda'? Jantungku berdebar kencang. Seperti menemukan sesuatu, tapi aku tetap waspada. Aku sedang bertarung!
Si kecil bisa mengubah energi jahat menjadi wujud, masa aku tidak bisa? Seolah belajar sendiri, aku segera menguasai energi jahat. Cakar harimauku tumbuh duri tajam tak berwarna di atas cakar asli. Gigiku juga berpendar cahaya pucat!
Aku memandangi si kecil dengan tatapan mengejek. Maksudku sebenarnya: "Kau lihat tidak? Orangku tampan proporsional, bahkan setelah berubah jadi harimau pun tetap jadi harimau yang gagah perkasa! Main energi jahat, kira cuma kau yang bisa? Tuan Muda ini juga mahir! Ini hal yang tak bisa kau irikan!"
Jelas si kecil tak mengerti humor ini. Ia hanya meraung dengan ganas. Setelah energi jahat berubah wujud, kami kembali bertabrakan dengan 'keselarasan' yang mengerikan. Tabrakan dan perkelahian kali ini jauh lebih dahsyat dari sebelumnya. Meski tak ada darah yang terciprat kejam, tekanan energi yang menyebar membuat kerumunan penonton di bawah mundur beberapa langkah sambil memeluk korban luka-luka. Angin kencang yang dihasilkan dengan mudah meninggalkan jejak-jejak di pepohonan dan tanah. Jika tak menghindar sedikit saja, bisa terluka oleh serangan liar!
Kali ini perkelahian juga berlangsung lama. Si kecil jelas takkan mundur. Sebagai jenis hantu jahat yang termasuk paling mematikan, dadanya dipenuhi dendam yang terus-menerus menyiksanya. Begitu belenggu dilepaskan, ia hanya bisa menenangkan rasa sakitnya dengan pembantaian. Bagaimana mungkin ia mundur dalam pembantaian?
Dan tentu saja aku juga tidak boleh mundur. Saat pergi, Guru leluhur pernah memberitahuku bahwa ini adalah urusan keturunan Lao Li. Kali ini sama sekali tidak boleh mundur! Bahkan jika diriku sendiri pun tidak ada kemungkinan untuk mundur. Jika hari ini aku mundur, maka di kemudian hari akan ada pemandangan neraka di mana darah mengalir deras terhampar di hadapanku!
Apa kau bisa mengharapkan Lu Fanming si orang gila itu untuk membelenggu si kecil? Tidak mungkin! Orang gila seperti dia hanya membenci kematian orang, merasa jumlah orang yang menjadi bantalannya untuk 'itu' masih belum cukup!
Gerakan semakin melambat, serangan yang dilancarkan juga semakin lemah. Aku sama sekali sudah lupa berapa lama waktu telah berlalu. Luka di tubuhku membuatku mati rasa akibat kesakitan. Kulihat tubuhku perlahan menjadi semakin redup, tapi selama 'itu' tidak mundur, aku pasti tidak akan mundur!
Tabrakan brutal terjadi lagi. Aku menggigit sepotong 'daging' dari bahu si kecil, sekaligus menghantamnya dengan ekor harimau. Pada saat yang sama, cakar si kecil juga mencabik sepotong 'daging' dari punggung harimauku. Saat terhempas oleh pukulanku, tinjunya masih sempat menghantam keras kepala harimauku...
Aku hanya bisa menghindari tinju itu dengan susah payah. Tapi tenaga pukulan itu membuatku mundur cukup jauh. Sementara si kecil juga terhempas jauh oleh serangan ekor harimauku yang telah kukumpulkan tenaganya. Setelah pertarungan sengit yang entah berapa lama, kami akhirnya berpisah lagi.
Kali ini, bentuk tubuhku dan si kecil sama-sama menjadi semakin redup. Jika diukur dengan luka manusia, kondisi kami sudah seperti luka parah. Masih mau bertarung? Tentu saja harus bertarung lagi!
Pertarungan kami telah mencapai titik kritis ini, mustahil untuk mundur. Bahkan kulihat roh naga di bawah juga terpengaruh oleh kami, mengaum tak henti seolah ingin menyatakan: Jika bukan karena harus mempertahankan formasi, ia juga ingin bergabung dalam pertarungan sengit ini!
Namun setelah berubah menjadi siluman harimau bodoh, barulah kusadari: Roh naga di bawah sama sekali bukan roh naga sejati. Bahkan tidak mencapai sepersepuluh kekuatan roh naga asli. Secara sederhana, menggunakan Si Bodoh sebagai perumpamaan: Ia hanya sisa roh, bahkan lebih lemah dari sisa roh Si Bodoh dulu!
Dalam ingatanku, Lao Li sangat hebat. Dia juga memiliki roh simbiosis, yaitu... Aku tiba-tiba tak bisa mengingatnya. Entah mengapa dalam pertarungan ini aku memikirkan hal-hal seperti ini. Saat sadar, kusadari aku kembali terjerumus dalam ingatan Si Bodoh! Aku juga merasa agak kacau, karena setelah menyatu, rasanya aku bukan lagi Chen Cheng Yi murni, melainkan perpaduan antara Chen Cheng Yi dan Si Bodoh!
Memaksa diri untuk sadar, aku menengadah dan baru menyadari bahwa tubuh si kecil di kejauhan telah diselimuti cahaya merah tak wajar, merah hingga menghitam. Tampaknya ia sangat kesulitan mengendalikan cahaya ini. Seketika, bulu kudukku merinding, bulu harimauku tegak. Tiba-tiba aku paham—makhluk itu tak ingin berlama-lama bertarung. Ia akan melancarkan serangan maut, karena dahaganya akan pembantaian tak tertahankan lagi.
Selama ini kukira antara aku dan si kecil hanya bisa saling membunuh secara primitif. Sebagai sesama roh energi jahat, lingkungan atau dendam mana pun takkan mempengaruhi kami, karena energi jahat bisa menembus segala jenis energi. Ternyata ia benar-benar memiliki metode yang berbeda!
Harus bagaimana? Harus bagaimana? Untuk pertama kalinya aku merasa panik. Bahkan dalam beberapa krisis hidup-mati selama pertarungan tadi, kepanikanku tak separah ini. Bukan takut mati, tapi takut kematianku pun tak bisa menghentikan si kecil ini!
Tepat di saat itu, ingatan Si Bodoh muncul di benakku. Bersamaan, aku teringat satu metode dalam warisan ilmu Guru leluhur tadi. Aku hanya membacanya sekilas, baru menguasai dasar penyatuan. Metode ini sangatlah rumit.
Mungkin begini caranya? Kembali kusipitkan mata harimauku. Aku tahu Chen Cheng Yi yang sedang bersila di bawah juga akan terlibat!
