Ini adalah pertarungan yang tak bisa ku gambarkan - kekuatan beruang, kecepatan serigala, mempertontonkan adegan 'binatang buas' yang intens. Ini membuatku sadar: jika bukan karena kecerdasan manusia dan sedikit energi spiritual pemberian Langit, dengan apa kita bisa menyaingi binatang-binatang ini?
Ku yakin, jika aku bertarung dengan salah satu dari mereka, tak sampai dua jurus, pasti sudah mati digigit atau dihantam cakar mereka!
"Siluman serigala licik dan lincah, pertarungan ini baru 5 menit saja, tapi sudah berhasil menggigit beruang manusia beberapa kali. Jadi dari situasi sekarang, beruang manusia terlihat lebih kerepotan dengan beberapa luka di tubuhnya. Soalnya soal kelincahan, dia jauh kalah dari siluman serigala."
Aku mengira beruang manusia akan kalah. Aku berbisik kepada Lao Zhang: "Kayaknya kita akhirnya harus berhadapan sama anak serigala."
Lao Zhang menggeleng kepala, berkata: "Menurutku yang harus kita hadapi terakhir malah beruang manusia."
"Kenapa?" Belum sempat aku bicara, Arwah Tua Wu tiba-tiba nyelutuk, membuat Lao Zhang nyaris terjatuh dari pohon. Dengan kesal dia memaki: "Jangan asal nyampuk! Kalau bukan karena kau tak punya tubuh, pasti sudah kuhajar kau!"
Arwah Tua Wu tersenyum canggung. Kadang dia memang menyebalkan, tapi kita tak bisa benar-benar membencinya karena di saat lain dia lucu juga. Lao Zhang hanya memaki sekali lalu tak mempermasalahkannya. Ini pertama kalinya aku melihat Lao Zhang marah, membuktikan betapa tegangnya dia. Setelah jeda sebentar, Lao Zhang menjelaskan pada Arwah Tua Wu: "Anak serigala itu memang lincah sampai bisa menggigit beruang manusia berkali-kali. Tapi kesempatannya mengalahkan beruang manusia cuma ada di beberapa menit pertama. Sederhana saja, karena anak serigala itu sama seperti harimau atau macan tutul - stamina dan tenaganya tak bisa menyaingi beruang manusia. Kalau di menit-menit awal dia gagal menggigit titik vital, sudah habis peluangnya."
Seolah takut kami tidak percaya, Lao Zhang menunjuk beruang manusia itu sambil berkata: "Lihatlah, meski beruang manusia ini terluka dan terlihat agak kerepotan, tapi coba lihat berapa banyak darah yang keluar? Apakah itu mempengaruhi gerakannya sama sekali? Tidak masalah besar. Tapi menurutmu bisakah siluman serigala itu tahan satu tamparan dari beruang manusia? Aku rasa satu tamparan pun tidak akan bertahan! Hanya saja aku tidak mengerti, beruang manusia yang begitu kuat ini, buat apa datang ke hutan pinggiran buat jadi 'tongkat'? Tidak masuk akal."
Menurutku perkataan Lao Zhang masuk akal. Bagaimanapun, sebagai orang gunung, dia lebih paham tentang pertarungan antar binatang buas daripada kami. Selain itu, aku juga punya pertanyaan terakhir yang sama dengannya: Mengapa beruang manusia sekuat ini sampai berkeliaran di hutan pinggiran? Aku yakin bagi binatang buas, hal paling berbahaya bukan bertemu dengan binatang yang lebih kuat, tapi berinteraksi dengan manusia. Manusia yang serba bisa dan bisa menggunakan 'senjata' ini, kalau benar-benar berniat menghajarnya, pasti tidak bisa lolos.
Ia harus berterima kasih pada kebijakan perlindungan hewan dari negara sekarang.
Waktu terus berlawan detik demi detik, pertarungan mereka masih berlanjut. Ini membuatku sangat terkejut. Seharusnya pertarungan antar ahli hanya terjadi dalam hitungan detik, pertarungan antar binatang buas biasanya juga tidak akan lama. Tapi lihatlah dua makhluk ini, sudah bertarung hampir sepuluh menit lamanya.
Namun kenyataannya seperti yang dikatakan Lao Zhang, siluman serigala ini semakin kehilangan stamina. Gerakannya tak selincah sebelumnya. Sebenarnya binatang buas memiliki firasat bahaya yang lebih tajam dan perkiraan kekuatan yang akurat. Aku bingung, apa yang membuat siluman serigala ini begitu nekat menantang manusia beruang?! Apakah benar seperti kata Lao Shen, karena makhluk di dalam hutan tidak tenang dan mencari tempat tinggal baru? Tapi kenapa justru memilih lawan sekuat manusia beruang?
Saat aku sedang berpikir, Lao Zhang tiba-tiba berbisik: "Sebentar lagi, anak serigala ini tamat."
Mendengar bisikan Lao Zhang, aku segera sadar. Persis saat itu kulihat manusia beruang tiba-tiba meledakkan tenaganya, membiarkan tubuhnya digigit siluman serigala. Tapi secepat kilat, cakar beruangnya menghantam dengan dahsyat!
Sadis sekali! Jurus 'seribu musuh terluka, delapan ratus luka sendiri' ini, bagaimana bisa strategi seperti itu muncul dari binatang?!
Siluman serigala tak sempat menghindar. Tamparan itu pasti tak terelakkan. Yang lebih mengherankan, tamparan manusia beruang itu mengarah ke pinggang siluman serigala. Aku yang cuma pernah berburu beberapa tahun bersama Guruku saja tahu pepatah: "Kepala serigala sekeras tembaga, ekor sekuat besi, tapi pinggang rapuh seperti tahu". Tapi ini kan pengetahuan manusia, mana mungkin binatang mengetahuinya?
Aku tahu seperti yang dikatakan Lao Zhang, serigala siluman itu tamat, tapi aku meremehkan kelicikan serigala dan insting bertahan hidup binatang buas. Dalam waktu sesingkat itu, siluman serigala itu malah melepaskan gigitannya dengan tegas dan menyusut ke arah lain hampir sekuat tenaga.
'Braak!' Separuh telapak tangan manusia beruang nyaris menyambar kepala siluman serigala. Meski tidak tepat mengenai sasaran, pukulan itu dengan keras melempar siluman itu sejauh 7,8 meter, jatuh berat di hamparan salju, tak bisa bangun cukup lama.
Di bawah cahaya bulan, kulihat darah segar mengalir dari mata, hidung, dan telinga siluman itu. Hanya membayangkannya saja, bulu kudukku sudah merinding. Ini pasti sensasi gegar otak berat!
Untung hanya terkena sambaran separuh telapak. Kalau pukulan itu kena sepenuhnya, kepala tembaga sekalipun bakal hancur lebur, kepala alloy pun pasti remuk.
Manusia beruang sebagai pemenang tentu takkan menunjukkan belas kasih. Melihat siluman itu terjatuh, ia segera meluncur ke arahnya dengan kecepatan luar biasa. Ia harus mempertahankan keunggulan yang susah payah diraih ini untuk memastikan kemenangan mutlak!
"Selanjutnya pasti akan terjadi pembantaian, ya?" Aku berpikir seperti itu. Kasihan siluman serigala ini belum sempat memanggil anak-anak serigalanya. Tapi mungkin ini lebih baik, menghadapi seekor beruang manusia sendirian lebih baik daripada kami harus berhadapan dengan sekawanan anak serigala. Dalam jangka panjang, para pemburu dan penduduk pegunungan yang hidup bergantung pada hutan di sini juga tidak ingin ada kawanan serigala muncul. Seekor beruang manusia soliter, meskipun ganas, selama dihindari, masih bisa dikatakan tidak terlalu berbahaya.
Seolah-olah debu telah mengendap. Berpikir demikian, aku menatap beruang manusia yang sedang menyerbu. Siluman serigala itu menggemeratakkan giginya dan bangkit, menggeram rendah dengan sikap tak mau menyerah menghadapi beruang manusia. Atau mungkin dalam kondisi sekarang, ia sudah tidak bisa melarikan diri lagi dan harus bertarung habis-habisan.
Tapi bisakah ia menang? Jawabannya jelas dalam hati setiap orang yang berpikiran jernih. Kami semua berpikir begitu. Mungkin dalam dua menit lagi, kami harus berhadapan dengan beruang manusia itu.
Namun, segala hal di hutan tua ini... Kau boleh bertindak sesuai aturannya untuk bertahan hidup. Tapi jangan pernah berkhayal bisa memahami segalanya di sini. Kenyataannya, setiap prediksi kami tentang hasilnya salah, dan itu salah besar!
"Hehehehe..." Persis ketika beruang manusia tinggal 2 meter dari siluman serigala, tawa terdengar dari puncak gunung. Tawa ini terasa sangat sinis dan membuat tidak nyaman. Di kedalaman malam hutan tua yang sunyi ini, suaranya begitu jelas dan menusuk telinga, sampai-sampai membuatku merinding sekujur tubuh!
“Siapa ini? Tidak hanya aku yang ragu-ragu, Kak Cheng Xin dan Lao Zhang juga sama. Bahkan Ruxue yang biasanya tenang, mengeluarkan suara terkejut 'Hah?' dari atas pohon. Makhluk apa yang tiba-tiba muncul ini? Seharusnya hanya manusia yang bisa tertawa seperti ini, tapi setelah menyaksikan dan mendengar banyak hal, kami benar-benar tidak berani memastikan apakah makhluk yang muncul tiba-tiba ini termasuk dalam kategori manusia.
Ren Xiong berhenti mendadak. Entah mengapa, aku selalu bisa merasakan sedikit ketakutan dari tubuhnya. Aku tidak bisa melihat tatapannya dengan jelas, tapi seolah melihat pancaran ketakutan dalam matanya. Seperti kami, ia mulai menengok ke sekitar dengan ragu-ragu, tubuhnya perlahan mundur.
“Di sana, di sana! Apa itu?” Arwah Tua Wu yang jarang berdiam diri, kini berdiri kokoh di sampingku dan Lao Zhang. Suaranya mengandung getar ketakutan.
Perasaan berbahaya yang belum pernah kurasakan sejak memasuki hutan tua ini meledak dalam hatiku, lebih kuat dari rasa krisis yang kurasakan saat 'dewa gunung' memperingatkan akan ada pertarungan di sini.
Aku bisa merasakan bulu kudukku berdiri, tubuhku mulai kaku. Mengikuti arah yang ditunjuk Arwah Tua Wu, kulihat siluet berbungkus kain warna-warni yang berdiri di lereng bukit tak jauh - itu perkemahan kami!
"Baju putih, dibungkus rapat, kaki berbulu, ekor, kulit kepalaku merinding. Tiba-tiba aku teringat perkataan Lao Shen dulu. Saat itu aku tidak percaya, merasa obat transformasi memang belum pernah kulihat. Kukira itu hanya cerita Guruku padaku, hal-hal yang hanya ada dalam kisah Guru Leluhur!"
Benarkah aku bertemu? Meski siluet di kejauhan memakai kain warna-warni, tapi kurasa jika kain itu kusentak, pemandangan mengerikan akan terlihat. Sulit menerima manusia berkepala binatang, juga kepala manusia dengan tubuh binatang. Bayangkan saja sudah sangat horor.
Waktu seolah membeku. Jelas kudengar serigala siluman mulai mengaum penuh kemenangan, tapi suaranya lemah. Kekuatan tamparan tadi mungkin belum sepenuhnya hilang.
Lalu kulihat, manusia beruang itu malah berbalik lari, lebih compang-camping daripada saat digigit serigala siluman.
"Hehehe..." Tertawa terus bergema di lereng bukit!
